Keutamaan Sholat Dhuha
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, dan meminta ampunan-Nya.
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, dan meminta ampunan-Nya.
Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan-keburukan jiwa kita, dan kejelekan-kejelekan perbuatan kita.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang orang yang setia meniti jalan petunjuknya hingga hari kiamat.
Sholat Dhuha merupakan salah satu ibadah Sholat Sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam.
Sholat Dhuha dikerjakan pada waktu Dhuha. Waktu Dhuha adalah waktu pada saat matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta mulai dari terbitnya matahari sekitar pukul 07.00 pagi sampai waktu dhuhur sekitar pukul 12.00 siang.
Sholat Dhuha menjadi amalan yang sangat dianjurkan karena di dalamnya memiliki banyak Keutamaan.
Salah satunya memohon kelancaran rezeki. Banyak dalil dalam Hadis yang menunjukkan Keutamaan Sholat Dhuha, seperti memohon ampunan dosa. Kemudian apa saja Keutamaan serta kapan Waktu Terbaik menunaikan Sholat Duha ?
Keutamaan dan Waktu Terbaik menunaikan Sholat Dhuha :
1. Amal harian wasiat Rasulullah
Sholat dhuha diwasiatkan Rasulullah kepada Abu Hurairah untuk menjadi amal harian.
أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
“Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan tiga hal padaku: berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan sholat dhuha dua raka’at dan sholat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
2. Sholat awwabin
Sholat dhuha adalah sholat awwabin, yakni sholatnya orang-orang yang kembali (bertaubat) alias taat. Merutinkan shalat dhuha menjadikan seseorang dicatat sebagai orang-orang yang taat.
أوصاني خليلي بثلاث لست بتاركهن أن لا أنام إلا على وتر وأن لا أدع ركعتي الضحى فإنها صلاة الأوابين وصيام ثلاثة أيام من كل شهر
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah melakukan shalat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat shalat Dhuha karena ia adalah shalat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih)
3. Dua rakaat Sholat Dhuha senilai 360 sedekah
Keutamaan ini banyak dikaitkan dengan lancarnya rezeki, karena setara dengan 360 sedekah.
4. Empat rakaat Sholat Duha membawa kecukupan
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim)
Sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi:
Tata cara sholat dhuha
Bagaimana tata cara sholat dhuha? Sholat dhuha dikerjakan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat. Rasulullah kadang mengerjakan sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan rakaat.
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih)
Tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya, yaitu:
Doa sholat dhuha
Ada satu doa sholat dhuha yang sangat populer, yaitu:
Doa sholat dhuha sebagai berikut di bawah ini.
Bacaan sholat dhuha
Keajaiban shalat dhuha
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)
Hal ini sesuai dengan sabda Raulullah:
“Barang siapa yang mengerjakan sholat Dhuha dan mampu menjaganya setiap waktu, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya. Sekalipun dosa-dosanya itu banyak seperti buih di lautan.” (HR. Tirmidzi dari Abu Daud Ra)
Dari Abu Hurairah Ra berkata:
“Kekasihku Rasulullah saw telah berpesan kepadaku supaya berpuasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” ( HR. Buhkari dan Muslim).
5. Berpahala Umrah
Mengerjakan shalat dhuha tentunya akan mendapatkan pahala. Pahala dari shalat dhuha setara dengan pahala mengerjakan umrah.Sesuai dengan isi hadist dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah. (Shahih al-Targhib : 673)
6. Shalat Duha dua rakaat sebagai pengganti tasbih, tahmid dan tahlil
Rasulullah bersabda:
“Setiap pagi ada kewajiban untuk tiap-tiap persendian bersedekah. Tiap-tiap tasbih itu sedekah, tiap-tiap tahlil sedekah, tiap-tiap tahmid sedekah, tiap-tiap takbir sedekah, tiap-tiap menganjurkan kebaikan sedekah, tiap-tiap mencegah yang mungkar sedekah dan cukup menggantikan semua itu dengan dua rakaat shalat dhuha”. (HR Muslim)
Waktu Sholat Duha terbentang sejak matahari naik hingga condong ke barat. Di Indonesia, waktu ini terbentang selama beberapa jam sejak 20 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit sebelum masuk waktu Dzuhur.
Waktu yang lebih utama adalah setelah seperempat siang, atau sekitar 9.00 WIB untuk wilayah Jakarta.
Di Arab, waktu itu ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak unta beranjak. Sebagaimana sabda Rasulullah:
أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Bahwasanya Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha (di awal pagi). Dia berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’” (HR. Muslim)
Tata cara sholat dhuha
Bagaimana tata cara sholat dhuha? Sholat dhuha dikerjakan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat. Rasulullah kadang mengerjakan sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan rakaat.
عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الْفَتْحِ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِىَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih)
Tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya, yaitu:
- Niat
- Takbiratul ihram, lalu membaca doa iftitah
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat atau ayat Al Qur’an
- Ruku’ dengan tuma’ninah
- I’tidal dengan tuma’ninah
- Sujud dengan tuma’ninah
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
- Sujud kedua dengan tuma’ninah
- Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat atau ayat Al Qur’an
- Ruku’ dengan tuma’ninah
- I’tidal dengan tuma’ninah
- Sujud dengan tuma’ninah
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
- Sujud kedua dengan tuma’ninah
- Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
- Salam
Demikian tata cara sholat dhuha. Setiap dua rakaat salam, diulang sampai bilangan rakaat delapan atau yang dikehendaki. Setelah sholat dhuha dianjurkan berdoa. Bisa pula berdoa dengan doa sholat dhuha.
Doa sholat dhuha
Tidak ada doa sholat dhuha khusus yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga dalam kitab-kitab Fiqih populer, para ulama sama sekali tidak mencantumkan doa sholat dhuha.
Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab maupun Fiqih Manhaji mazhab Imam Syafi’i, semuanya tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Sehingga, kita boleh berdoa secara umum dengan doa apapun yang baik.
Ada satu doa sholat dhuha yang sangat populer, yaitu:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
(Alloohumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Alloohumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiron fayassirhu, wa inkaana harooman fathohhirhu, wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudrotika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin)
Doa sholat dhuha sebagai berikut di bawah ini.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّـحَى ضُحَـاؤُكَ وَالْجـَمَالَ جَمَالُكَ وَالْبَـهَاءَ بَـهَاؤُكَ وَالْقُـدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْقُوَّةَ قُـوَّتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ وَالْمَغْفِـرَةَ مَغْفِـرَتُكَ أَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّـمَاءِ فَأَنْـزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي اْلأَرْضِ فَأَخْـرِجْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْمَاءِ وَالْبَحْـرِ فَأَطْـلِعْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيـْداً فَقَـرِّبْهُ وَإِنْ كَانَ آجِـلاً فَعَجِّـلْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسَّـرًا فَيَسِّـرْهُ وَإِنْ كَانَ حَـرَامًا فَطَـهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيْلاً فَكَـثِّرْهُ وَإِنْ كَانَ كَـثِيْرًا فَبَارِكْ لِي فِيْهِ وَأَوْصِلْهُ إِلَيَّ حَيْثُ كُنْتُ وَلاَ تَنْـقُلْنِي إِلَيْهِ حَيْثُ كَانَ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَجَمَالِكَ وَبـَهَائِكَ وَقـُدْرَتِكَ وَقُـوَّتِكَ أَللَّهُمَّ اجْعَلْ يَدِيَ الْعُلْيَا بِاْلإِعْطَاءِ وَلاَ تَجْعَلْهَا السُّـفْلَى بِاْلإِسْـتِعْطَاءِ أَللـَّهُمَّ آتِنِي مَاآتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَـالَمِيْنَ .
(allaahumma innadh dhuhaa dhuhaa uka waljamaala jamaaluka walbahaa a bahaa uka walqudrata qudratuka walquwwata quwwatuka wal’ishmata ‘ishmatuka walmaghfirata maghfiratuka allaahumma inkaana rizqii fis samaa i fa anzilhu wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu wa inkaana filmaa i walbahri fa athli’hu wa inkaana ba’iidan faqarribhu wa inkaana aajilan fa’ajjilhu wain kaana mu’assaran fayassirhu wa inkaana haraaman fathahhirhu wa inkaana qaliilan fakatstsirhu wa in kaana katsiiran fabaariklii fiihi wa awshilhu ilayya haytsu kuntu walaa tanqulnii ilaihi haytsu kaana bihaqqi dhuhaa ika wajamaalika wabahaa ika waqudratika waquwwatika allaahummaj ‘al yadiyal ‘ulyaa bil i’thaa i walaa taj’alhas suflaa bil isti’ thaa i allaahumma aatinii maa aatayta ‘ibaadakash shaalihiin washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhamadin wa aalihii washahbihi wasallam walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin).
Artinya : Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah milik engkau, keindahan adalah milik engkau, kemegahan adalah milik engkau, kekuasaan adalah milik engkau, kekuatan adalah milik engkau, pemeliharaan adalah milik engkau, dan ampunan adalah milik engkau.
“Ya Allah ya Tuhanku, apabila rizki saya berada di langit maka turunkanlah ia, apabila rizki saya berada di perut bumi maka keluarkanlah ia, apabila ia berada di dalam air atau di dalam laut maka keluarkanlah, apabila ia berada di tempat yang jauh maka dekatkanlah ia, apabila ia datangnya lambat maka percepatlah, apabila sulit diperolehnya maka mudahkanlah, apabila ia rizki yang haram maka sucikanlah”.
“Apabila ia sedikit maka perbanyaklah, apabila ia banyak maka berkahilah untuk saya dan sampaikanlah ia kepada saya di mana saya berada, janganlah Engkau bawa saya kepadanya di mana ia berada dengan kecerahan-Mu, dengan keindahan-Mu, dengan kemegahan-Mu, dengan kekuasaan-Mu, dan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah ya Tuhanku”.
“Jadikanlah tangan saya ini sebagai tangan yang di atas dengan memberi dan janganlah engkau menjadikannya sebagai tangan yang di bawah dengan meminta. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah kepada saya apa-apa yang telah Engkau berikan kepada para hamba-Mu yang saleh. Sampaikanlah shalawat dan salam sejahtera kepada penghulu kami Nabi Muhammad dan kepada keluarganya serta para sahabatnya, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.
Meskipun bukan berasal dari hadits Nabi, doa sholat dhuha ini boleh-boleh saja dibaca. Boleh pula membaca doa lainnya yang penting isinya baik.
Bahkan, diperbolehkan pula berdoa dengan bahasa Indonesia sekiranya tidak bisa bahasa Arab. Karena doa tersebut dibaca di luar sholat.
Bacaan sholat dhuha
Terkait bacaan sholat dhuha, kadang ada pertanyaan, surat apa yang harus dibaca setelah selesai Surat Al Fatihah? Tidak ada hadits shahih yang menjelaskan surat apa yang dibaca saat sholat dhuha.
Berbeda dengan sholat Jumat atau sholat Subuh yang ada hadits shahih menerangkan sunnahnya membaca surat tertentu.
Bagaimana dengan pendapat yang menganjurkan rakaat pertama sholat dhuha membaca surat Asy Syams dan rakaat kedua membaca surat Adh Dhuha? Agaknya pendapat itu bersumber dari riwayat berikut ini:
صلوا ركعتى الضحى بسورتيهما والشمس وضحاها والضحى
“Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.” (HR. Ad Dailami dari Uqbah bin Amr, dicantumkan dalam Jami’ul Ahadits)
Menurut para ulama, hadits tersebut derajatnya dhaif. Bahkan menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Jami’us Shaghir, hadits tersebut maudhu’ (palsu).
Jadi, tidak masalah bagi kita untuk membaca surat atau ayat manapun dari Al Qur’an dalam shalat dhuha, baik pada rakaat pertama maupun rakaat kedua.
Sedangkan bacaan pada gerakan sholat (ruku’, sujud dan lainnya) sama seperti sholat pada umumnya. Lebih rinci bisa dibaca pada artikel Bacaan Sholat.
Keajaiban shalat dhuha
Banyak kisah nyata tentang keajaiban sholat dhuha. Berangkat dari keutamaan yang telah diuraikan di atas, keajaiban ini umumnya terkait dengan rezeki. Bahwa siapa yang mendawamkan sholat sunnah ini, rezekinya dimudahkan Allah, dilancarkan dan diberkahiNya.
Ustadz Yusuf Mansur mengalami keajaiban itu sejak pertama kali mengerjakan empat rakaat dhuha. Didasari ilmu yang didapatnya bahwa siapa yang mengerjakan empat rakaat dhuha akan dicukupkan rezekinya, bahkan diantar. Dan ternyata benar, hari itu juga beliau mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Yakni melalui orang yang bertanya alamat makelar rumah. Beliau dapat komisi yang terbilang fantastis di hari itu.
Ustadz Yusuf Mansur juga punya pengalaman menarik dari jamaahnya. Ada yang sudah menikah bertahun-tahun tapi belum punya anak. Ia mendawamkan sholat dhuha selama satu tahun dan kemudian diberi Allah anak sesuai doanya. Kisah selengkapnya bisa dibaca di Kisahikmah.
Demikian panduan lengkap sholat dhuha mulai dari keutamaan, waktu, tata cara, niat sholat dhuha, doa dan keajaibannya. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bish shawab.
0 Response to "Keutamaan Sholat Dhuha"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak