Mengingat Kematian. Hidup Adalah Sementara

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sholawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarga, para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti Baginda hingga ke hari kiamat. Wahai Sahabatku yang selalu di rahmati oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

Yang pertama dan yang paling utama mari kita selalu besyukur pada Allah, kita bersyukur atas seluruh nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Mari kita bersyukur dengan sebenar-benarnya, tidak sekedar di lisan akan tetapi bil qolbi wal lisaani wal jawaarih yaitu dengan hati, lisan dan juga amal perbuatan badan. Kemudian, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada panutan kita, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Tidak lupa, untuk saling mengingatkan diri kita sendiri  untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Taqwa adalah sebaik-baik bekal di dunia dan akhirat. Allah berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian.” (QS. Ali-Imran: 185)

Setiap manusia pasti akan mati, siapapun dia, tidak peduli dia raja, pejabat atau rakyat jelata, pria atau wanita, orang kaya atau dhuafa, TNI/Polri, jaksa, hakim, ataupun juga ulama. Jika hari ini kita sering mendengar berita kematian, kabar lelayu, innalillahi wa inna ilaihi raji’un… telah meninggal fulan bin fulan. 

Maka bisa jadi besuk diri kita yang akan diumumkan berita kematiannya. Jika hari ini kita memandikan, mengkafani, menyolatkan atau menguburkan janazah maka akan datang masanya yang dimandikan, dikafani, disolatkan dan dikuburkan adalah jenazah kita.

Tidak ada satupun yang bisa lari dari kematian. Bagaimanapun manusia berusaha menjaga kesehatan dan keselamatan tetapi jika telah datang waktunya ajal menjemput maka tidak bisa lari. Meskipun tiap hari olah raga, makan juga makanan yang paling bergizi, dan ketika sakit pun berobat dengan berbagai bentuk dan cara pengombatan, tetapi itu semua tidak akan akan mengelakkan kita semua dari kematian ketika kematian itu telah ditetapkan oleh Allah.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8)

Allah juga berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di benteng yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 78)


Mengingat kematian memiliki banyak sekali faedah untuk diri kita. Orang yang selalu ingat kematian maka dia akan berusaha berhati-hati dalam menjalani hidup. 

Orang yang ingat dirinya pasti mati maka dia tidak akan mungkin sekedar bersenang-senang memuaskan hawa nafsunya di dunia ini. 

Banyak orang lalai dari ketaatan dan tenggelam dalam kemaksiatan tidak lain karena dia lalai dari mengingat mati. Andai kata pencuri itu tahu bahwa beberapa hari lagi dia akan mati pasti dia akan berhenti dari mencuri. 

Andai kata pezina itu tahu beberapa hari lagi dia akan mati tentu dia akan berhenti dari zinanya. 

Mengingat kematian memiliki banyak faedah, oleh karena itu Rasulullah bersabda:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ – يَعْنِي الْمَوْت

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).” [Riwayat at-Tirmidzi)

Ulama Salaf berkata,

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا

“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.”


Kita yakin pasti kita pasti mati. Demikian pula manusia secara umumnya, mereka yakin akan mati. 

Namun aneh ternyata tidak banyak yang mempersiapkan dengan baik kematiannya. Lalai dari ibadah dan mencari bekal untuk setelah mati. Kata khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah,

ما رأيت يقينًا أشبه بالشك من يقين الناس بالموت ثم لا يستعدون له

“Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.”

Orang yang ingat kematian dan juga berusaha bersiap  yang terbaik itulah orang yang cerdas dan faham hakekat hidup sejati.  Rasulullah bersabda,

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

”Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Ta’ala“. (HR. Tirmidzi)

Mari kita berusaha menjadi orang-orang yang cerdas, yaitu yang ingat bahwa hidup ini hanya sementara. Kita pasti mati. Dan mari kita selalu berusaha bersiap untuk mencari bekal di kehidupan setelah mati.

Hidup bukan sekedar untuk hidup di dunia. Hidup juga bukan sekedar untuk mati. Hidup adalah jalan untuk menuju hidup yang lebih baik, lebih kekal dan abadi yaitu di kehidupan akhirat nanti.

وَاْلأَخِرَةُ خَيْرٌوَأَبْقَى

“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).

Hidup di dunia ini pasti berakhir, kematian pasti menghampiri, dan semua pasti akan menuju alam akhirat. Cepat atau lambat, suka atau tidak suka semua akan meninggalkan alam dunia ini dan menuju alam akhirat. Permasalahannya sudahkah kita menyiapkan bekal untuk itu?


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18).

Mari kita menginstropeksi diri kita masing-masing. Melihat apa yang telah kita siapkan masing-masing. Mari kita evaluasi ibadah kita, evaluasi amalan kita, evaluasi perbuatan kita. 

Jangan-jangan amal kebaikan kita ternyata masih sangat sedikit. Atau bahkan ternyata dosa dan kesalahan kita masih sangat banyak. Mari kita perbaiki diri dan amal kita masing-masing. Marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat, yaitu dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan marilah kita perbanyak taubat dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan. 

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang berat timbangan amal kebaikannya di hari hisab nanti. Amien ya rabbal alamin.  Sekian, semoga bermanfaat. 

0 Response to "Mengingat Kematian. Hidup Adalah Sementara"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak