Cara Mengendalikan Marah

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.

Bagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para sahabat ketika marah, lalu apa yang harus kita lakukan ketika marah melanda kita?

Pertama: 
Andaipun memang harus marah, maka marahlah dengan cara sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Yaitu, marah yang benar, tegas dan santun. InSha Allah, marah dengan cara yang demikian akan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.

Kedua: 
Bersikaplah tawaduk dan jangan banyak keinginan. Mengapa? Keranana di saat kita banyak keinginan, maka akan banyak sekali kemungkinan-kemungkinan kita akan merasakan kekecewaan yang berlanjutan kepada kemarahan. Iaitu, saat keinginan-keinginan kita itu tidak dipenuhi. Bukan bererti tidak boleh memiliki keinginan. Melainkan maksudnya adalah bahawa kita harus selalu sedia menghadapi segala kemungkinan. Kerana tidak setiap keinginan kita akan tercapai. Semakin ingin dihargai, dihormati, dipuji, dikagumi, dibalas budi, akan semakin sering sakit hati dan marah.

Ketiga: 
Ucapkanlah “`A’udzubillahi minasyaithaanirrahjiim” (Aku berlindung kepada Allah, dari godaan syaitan yang terkutuk), kerana kemarahan itu adalah bentuk hasutan syaitan. Sulaiman Ibnu Sard RA meriwayatkan, “Pernah dua orang yang saling mencerca satu sama lain di hadapan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Sementara itu, kami sedang duduk di sisi baginda. Salah seorang dari mereka menghina yang lainnya dengan diiringi kemarahan, hingga merah mukanya.

Maka, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku mengetahui suatu kalimah yang jika diucapkan olehnya (orang yang sedang marah), maka akan hilang kemarahannya. Hendaklah dia berkata, “A’udzubillahi minasy syaithanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk)”. (Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim).

Keempat: 
Diamlah sejenak. Jangan bereaksi dahulu ketika marah terasa bergelora. Kerena akhlak itu adalah reaksi yang spontan. Sebagai contoh, saat kita keluar dari masjid dan kita mendapati kasut kita hilang dari tempatnya, ada orang yang secara spontan terus mengungkapkan kata keji dan kemarahannya bahkan dengan kata-kata yang tidak baik. Dalam contoh situasi seperti ini, maka sebaiknya sikap yang kita lakukan adalah menahan diri untuk bereaksi secara spontan.

Kelima: 
Sesuai dengan sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, apabila kita sedang dalam keadaan marah yang tidak juga boleh reda dengan sikap diam, maka apabila keadaan kita sedang berdiri, duduklah. Jika dengan duduk masih juga belum reda, maka berbaringlah. Tentu saja bukan bererti harus berbaring di sembarangan tempat. Maksudnya adalah, ketika amarah masih belum juga reda, carilah situasi yang lebih menenangkan dan mententeramkan hati.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah duduk. Jika masih belum reda marahnya, maka hendaklah berbaring”. (Hadith Riwayat Ahmad)

Hal ini kerana marah dalam keadaan berdiri lebih besar kemungkinannya untuk melakukan keburukan dan kerosakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh baik daripada duduk dan berdiri.

Keenam: 
Ambillah wudhu. Air wudhu InShaAllah akan mententeramkan hati yang panas dibakar amarah.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya, kemarahan itu berasal dari syaitan. Dan syaitan tercipta dari api. Dan sesungguhnya, api itu dapat dipadamkan dengan air. Jika salah seorang diantara kalian marah, maka berwudhulah”. (Hadith Riwayat Ahmad dan Abu Daud)

0 Response to "Cara Mengendalikan Marah"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak