Makna Iman dan Ihtisab dalam Puasa Ramadhan
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.
Ramadhan bulan peluang. Peluang memborong kebaikan, keutamaan, kemuliaan. Allah subhanahu wa ta’ala menyediakan fasilitas kemudahan yang tak tanggung-tanggung, tak main-main, hanya untuk hamba-hambaNya yang beriman. Fasilitas teristimewa adalah malam yang lebih berharga daripada seribu bulan
Yang dimaksud iman di sini adalah keyakinan akan kebenaran diwajibkannya puasa atasnya. Sedangkan ihtisab adalah meminta pahala dari Allah ta’ala. Sesuai dengan Hadits berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan meminta pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
Hadis ini menyerukan untuk melandasi ibadah puasa ramadhan dengan iman dan ihtisab. Iman berarti meyakini dan membenarkan ibadah puasa yang diperintahkan dan juga menerima pahala yang akan diberikan atas pelaksanaan puasa tersebut.
Sedang ihtihsab adalah niat dan kesungguhan untuk meraih pahala puasa yang telah dijanjikan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Jika seorang Muslim berhasil melaksanakan puasa dengan landasan iman dan ihtihsab maka ia akan menjadi orang yang berhak mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa yang telah ia lakukan. Berikut makna iman yang melandasi ibadah puasa di bulan ramadhan:
1. Meyakini Kewajiban Puasa Ramadhan
Seorang Muslim tidak cukup melaksanakan ibadah puasa yang diperintahkan, tetapi ia juga harus menerima dan menyetujui kewajiban puasa yang dilaksanakan. Karena mengingkari apa yang harus jelas merupakan suatu kekufuran, sedang menggalkan apa yang menjadi alasan, selama ia masih menerima sebagai suatu keharusan.
2. Meyakini Pahala Puasa Ramadhan
Disamping memenuhi keinginan puasa, seorang muslim yang inginnya menerima pahala puasa yang dilaksanakannya. Karena keimanan atas aspek inilah yang akan mendasari ekstinsensi ihtisab (niat meraih pahala ibadah) dalam setiap ibadah yang dikerjakan.
3. Mengharap Ridha Allah Subhanahu wa ta'ala
Puasa yang bertujuan untuk meraih ridha dan cinta Allah Subhanahu wa ta'ala adalah Mutlak diadakan. Karena niat meraih cinta dan ridha Allah Subhanahu wa ta'ala merupakan prinsip terpenting yang harus melandasi segala ibadah yang dikerjakan.
4. Mengharap Pahala
Mengharapkan pahala merupakan sala satu prinsip dari tiga prinsip yang harus melandasi ibadah. Sebagian ulama salaf berkata, “Barangsiapa beribadah kepada Allah semata karena mengharap pahala-Nya maka ia adlah mur'ji. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala karena taku siksanya maka ia adalah haruri.
Barangsiapa beribadah kepda Allah Subhanahu wa ta'ala hanya-mata karena cinta kepada Allah Subhanahu wa ta'ala maka ia adalah zindiq. Barangsiapa beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala karena mengharap pahala-Nya, takut siksa-Nya, dan ingin mendapatkan cinta-Nya maka ia adalah mukmin sejati. ” (Baca: Al-takhwif min An-Nar / 17)
5. Menjauhkan diri dari Riya dan Sum'ah
Salah satu dari ibadah rukun diterima Allah Subhanahu wa ta'ala adalah keikhlasan yng berart bersih dari niat syirik, riya, dan sumah. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia yang kamu terima, yang menerima wahyu, itu sungguh Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka memintalah dia melakukan amal yang dijualh dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. " (QS. Al-Kahfi: 10)
Ibnu katsir berkata, “Inilah rukun amal ibadah yang diterima Allah Subhanahu wa ta'ala. Hendaknya amal ibadah itu murni untuk Allah Subhanahu wa ta'ala semata dan benar-benar didapat lengkap oleh Rasulullah SAW. ” (Baca: Tafsir ibnu Katsir / 3/133)
Menghilangkan Perasaan Malas dan Berat
Alkhsththsbi berksts, “Ihtisab adalah mengharap pahala puasa dengan jiwa yang bersih, tidak peduli berat dengan puasa yang dilaksanakannya dan tidak mempertimbangkan lama hari-hari ia berpuasa (baca: fathul Bari / 6/138)
Bermalas-malasan, tangguh, dan jenuh dalam melaksanakan ibadah, lebih baik hamba yang takut siksa dan murka Allah Subhanahu wa ta'ala, meminta ridha-Nya dan pahala dari-Nya.
Langkah untuk Membangun Iman dan Ihtisab Agar Dosa-Dosa Kecil Diampuni
1. Memahami amal amal akan di terima Allah Subhanahu wa ta'ala jika menerima dua rukun amal.
Pertama: Ikhlas, yaitu beribadah hanya karena mengharap pahala dan ridha dari Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan mengharap puji-pujian dari manusia atau kenikmatan dunia.
Kedua Mutaba'ah, yaitu beribadah sesuai dengan tuntunan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, bersih dari bid'ah dan kejahilan dalam beramal.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
"Sesungguhnya Kami telah membuat apa yang ada di bumi sebagai perhiasan yang diambil, untuk Kami yang mereka, siapakah yang bisa melakukan yang terbaik." (QS. Al-Kahfi: 7)
Sebagian ahli tafsir mengatakan : “siapakah di antara mereka yang terbaik amal perbuatannya; ditiru dengan siapakah di antara mereka yang amal lakukannya ikhlas paling atas untuk Allah Subhanahu wa ta'ala dan paling sesuai sesuai dengan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam.
2. Memahami amal amal akan diterima Allah Subhanahu wa ta'ala jika memenuhi landasan amal.
Pertama: Raja ', yaitu Beramal karena mengharap pahala dan surga Allah Subhanahu wa ta'ala;
Kedua: Khaud, yaitu beramal karena takut akan siksa dan neraka Allah Subhanahu wa ta'ala;
Ketiga: Mahabbah, yaitu beramal karena mengharap cinta dan ridha Allah .
3. Senantiasa Berkumpul dengan para ahli Ibadah. Berkumpul dengan orang yang rajin beribadah akan menumbuhkan semangat beribadah dengan tulus pada diri seorang muslim.
Karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengeluarkan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, agar senantiasa bersama orang-orang shaleh dan rajin beribadah.
واصبر نفسك مع الذين يدعون ربهم بالغداة والعشي يريدون وجهه ولا تعد عيناك عنهم تريد زينة الحياة الدنيا ولا تطع من أغفلنا قلبه عن ذكرنا واتبع هواه وكان أمره فرطا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeret Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) berharap perhiasan kehidupan dunia ini; Dan janganlah kamu ikuti orang yang ditangkap telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, dan juga menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya yang melewati batas. ” (QS. Al-kahfi: 28)
Wallahu a’lam
0 Response to "Makna Iman dan Ihtisab dalam Puasa Ramadhan"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak