MEMBERIKAN PERHATIAN PADA ANAK DI USIA 6 TAHUN PERTAMA KEHIDUPANNYA

 

MEMBERIKAN PERHATIAN PADA ANAK DI USIA 6 TAHUN PERTAMA KEHIDUPANNYA

Sesungguhnya tahapan awal dari kehidupan seorang anak (yaitu 6 tahun pertama) merupakan fase paling rawan dan penting, karena memiliki pengaruh paling besar di dalam membentuk karakternya.

Maka semua yang terbentuk di dalam benak sang anak di fase ini, akan menampakkan pengaruhnya secara lebih nyata terhadap karakternya di saat ia bertambah dewasa.

Karena itulah, wajib bagi para pendidik untuk memberikan ekstra perhatian di dalam mendidik anak di fase usia ini.

Mungkin bisa kami ringkaskan sejumlah faktor yang wajib diperhatikan oleh kedua orang tua (di dalam mendidik anak di fase ini), sebagai berikut :

Pertama : mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang kepada anak yang ia butuhkan dari kedua orang tuanya terutama dari ibunya. Ini adalah suatu keharusan (dhorûrî) agar anak bisa belajar mencintai orang lain.

Apabila anak tidak pernah merasakan rasa cinta seperti ini, maka kelak ia akan tumbuh mencintai dirinya sendiri saja dan membenci orang-orang yang ada di sekitarnya.

“Seorang ibu muslimah, wajib baginya memahami bahwa tidak ada sesuatu apapun secara mutlak yang dapat menghalangi antara dirinya di dalam mencurahkan perhatiannya kepada anaknya untuk memenuhi kebutuhan alami sang anak berupa rasa cinta, kasih sayang dan penjagaan.

Sang ibu bisa saja merusak secara total karakter sang anak apabila ia tidak menunaikan hak anak berkenaan dengan perasaan-perasaan ini, padahal Allah sendiri telah meletakkan dengan rahmat dan hikmah-Nya hal ini ke dalam diri seorang ibu, yang secara otomatis akan muncul dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhan sang anak.”

Hendaknya seorang ibu berupaya dengan sungguh-sungguh akan hal ini, dan janganlah ia sibuk dengan karir di luar rumah, berselisih dengan suami, atau semisalnya.

Kedua : membiasakan anak untuk bisa berdisiplin pada periode awal hidupnya, yaitu semenjak bulan-bulan pertama kehidupannya.

Kami tidaklah mengira bahwa hal ini tidaklah mungkin bisa dilakukan. Suatu hal yang telah terbukti bahwa membiasakan anak menyusu di waktu-waktu tertentu dan dilakukan secara ajeg (konsisten), demikian pula dengan urusan buang hajat di waktu-waktu tertentu adalah sesuatu hal yang memungkinkan, meski harus dengan upaya berulang-ulang, karena tubuh itu akan terbiasa dan terlatih dengan hal ini.

Kedisplinan itu sendiri akan semakin tumbuh dan bertambah seiring dengan perkembangan anak, hingga anak akhirnya mampu sendiri untuk mengendalikan tuntutan dan kebutuhannya secara mandiri.

Ketiga : Memberikan contoh berupa keteladan yang baik dari orang tua untuk anaknya dari semenjak periode awal kehidupannya.

Ayah bunda hendaknya berpegang teguh dengan manhaj Islam di dalam berperilaku secara umum, dan di dalam berinteraksi dengan anak secara khusus.

Ayah bunda jangan pernah mengira bahwa anak tersebut masih kecil sehingga belum mengerti, lalu dengan enaknya orang tua berperilaku dengan perilaku yang salah di hadapan anaknya, karena sungguh ini akan memberikan impact (dampak) yang besar bagi kejiwaan sang anak, karena kemampuan anak untuk mencerna sesuatu, baik sadar atau tidak sadar adalah sangat besar, bahkan lebih besar dari apa yang biasanya kita kira, sementara kita melihat anak kita tersebut sebagai sosok yang masih kecil belum dapat memahami dan mengerti sesuatu.

Iya, taruhlah anak kita belum bisa memahami semua apa yang dia lihat, namun ia tetap akan terpengaruh dengannya. Anak kita memiliki dua instrumen indera yang sangat sensitif di dalam dirinya, yaitu instrumen untuk menerima/menangkap sesuatu (jihâz al-ltiqâth) dan instrumen untuk merespon sesuatu dengan meniru/mimkri (jihâz al-Muhâkah), meski terkadang kesadarannya berkembang belakangan -sedikit maupun banyak-, namun hal ini tidak akan merubah sedikitpun, yaitu anak akan tetap menerima dan meniru (meng-copy paste) segala sesuatu apa yang ia lihat atau dengar di sekelilingnya tanpa ia sadari atau dengan kesadaran tidak sempurna.

Keempat : Membiasakan anak dengan adab-adab umum yang harus ia kerjakan di dalam pergaulannya (sehari-hari), seperti :

• Membiasakan untuk memberi dan mengambil, serta makan dan minum dengan tangan kanan. Apabila ia makan dengan tangan kiri, maka diingatkan dan dipindahkan makanannya di tangan kanannya dengan cara yang halus (lemah lembut).

• Membiasakan untuk berpakaian dengan mendahulukan bagian kanan (tayâmun) seperti saat mengenakan kemeja, gamis atau selainnya dengan cara memulai dari kanan dulu, dan saat melepaskan pakaian memulai dari kiri.

• Melarang anak tidur menelungkup (berbaring di atas perutnya) dan membiasakan anak untuk tidur berbaring ke arah kanan.

• Menghindarkan dari memakai baju ataucelana yang pendek, agar anak tumbuh  terbiasa menutupi aurat dan merasa malu apabila membukanya.

• Mencegah anak terbiasa menghisap jari dan menggigit-gigit kukunya.

• Membiasakan anak untuk bersikap sederhana (i’tidâl) di dalam makan dan minum serta menjauhkan dari sikap rakus.

• Mencegah anak dari terbiasa bermain-main dengan hidungnya.

• Membiasakan anak untuk mengucap bismillah ketika akan makan.

• Membiasakan anak untuk makan dari yang dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum orang lain.

• Mengajarkan anak agar tidak memandang makanan dengan tajam dan tidak pula terhadap orang yang sedang makan.

• Membiasakan agar tidak tergesa-gesa ketika makan dan melatih untuk mengunyah makanan dengan baik.

• Membiasakan anak agar memakan makanan yang ada dan tidak menginginkan makanan yang tidak ada.

• Membiasakan anak untuk menjaga kebersihan mulutnya dengan cara menggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur dan setelah bangun tidur.

• Mendidik anak agar senang dengan itsâr (mendahulukan orang lain) di dalam hal makanan atau permainan yang ia senangi, dengan cara membiasakan anak agar memuliakan saudaranya dan kerabatnya yang masih kecil, dan anak-anak tetangga apabila mereka melihatnya sedang asyik dengan makanan atau permainan yang disenanginya.

• Membiasakan anak untuk mengucapkan syahadatain dan mengulang-ulanginya berulang kali dalam sehari.

• Membiasakaaan anak untuk mengucapkan alhamdulillah setelah bersin dan mendoakan orang yang bersin setelah mengucapkan alhamdulillah dengan doa yarhamukallâhu.

• Melatih anak untuk menahan mulutnya ketika menguap dan menutupinya, dan jangan sampai mengeluarkan suara ketika menguap.

• Membiasakan anak berterima kasih atas segala kebaikan yang ia peroleh meskipun itu remeh/kecil.

• Membiasakan anak untuk tidak memanggil ayah dan bundanya dengan namanya, dan hendaknya membiasakannya untuk memanggil orang tuanya dengan panggilan Ummi atau Abi.

• Mengajarkan anak agar tidak berjalan di depan kedua orang tuanya atau di depan orang yang lebih tua darinya di jalan, dan janganlah masuk ke suatu tempat sebelum kedua orang tuanya sebagai bentuk pemuliaan terhadap mereka.

• Membiasakan anak untuk berjalan di atas trotoar, tidak di tengah jalan.

• Mengajarkan anak agar tidak membuang kotoran di jalanan, namun ajarkan agar menyingkirkan gangguan dari jalan.

• Mengajarkan anak untuk mengucapkan salam dengan adab terhadap orang yang ditemuinya dengan ucapan :

assalâmu’alaykum, dan membalas salam orang yang menyalaminya.

• Mentalqin (mengajarkan anak untuk mengucapkan) kata-kata yang benar dan membiasakannya dengan bahasa yang fasih.

• Membiasakan anak untuk menurut jika diperintah oleh salah satu orang tuanya atau orang yang lebih tua darinya di dalam perkara yang mubah.

• Berusaha memperbaiki jika anak bandel (suka membantah) dan mengarahkannya kembali kepada kebenaran secara suka rela jika memungkinkan, namun jika tidak, maka boleh dipaksa untuk menerima kebenaran. Ini lebih baik daripada tetap dibiarkan berada di atas pembangkangan dan kebandelan.

• Kedua orang tua hendaknya mengapresiasi anak jika menuruti perintah dan menjauhi larangan mereka. Sesekali hendaknya memberi anak hadiah sesuatu yang ia senangi baik itu berupa makanan, mainan atau wisata.

• Tidak melarang anak bermain selama itu masih aman, biarkan ia bermain pasir dan permainan-permaian lainnya yang mubah meskipun bajunya kotor. Karena bermain di fase usia ini adalah perkara dhorûrî (harus dilakukan) untuk pembentukan motorik fisik dan akal (kognisi) anak.

• Mendidik anak agar menyenangi permainan-permainan mubah seperti bola, mobil-mobilan, pesawat-pesawatan, dan selainnya dan dididik agar anak tidak suka untuk bermain dengan mainan-mainan yang mengandung gambar yang haram dari makhluk bernyawa seperti manusia atau hewan.

• Membiasakan anak untuk menghormati milik orang lain dengan cara tidak merampas mainan atau makanan orang lain, meskipun itu mainan saudaranya.

0 Response to "MEMBERIKAN PERHATIAN PADA ANAK DI USIA 6 TAHUN PERTAMA KEHIDUPANNYA"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak