Islam Tidak Mengenal Toleransi Dalam Hal Keimanan Dan Peribadatan



Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah.

Seperti diakui oleh ulama, al-Quran diturunkan pada dua bagian. 

1. Bagian yang diturunkan secara spontan (tanpa sebab tertentu), ia adalah mayoritas isi al-Quran. 
2. Diturunkan setelah adanya kejadian tertentu atau adanya pertanyaan. Pada sepanjang masa turunnya wahyu, yaitu dua puluh tiga tahun.

Surah al-Kafirun termasuk surah Makiyyah yang kandungan pokoknya menegaskan bahwa sesembahan yang disembah orang-orang kafir sangat berlainan dengan sesembahan yang disembah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam beserta para pengikutnya.

Yang mereka sembah adalah berhala, sementara yang disembah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan para pengikutnya adalah Allah subhanahu wa ta'ala.

Oleh sebab itu kaum kafir Quraisy berusaha keras membujuk dan mempengaruhi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, agar bersedia mengikuti ajaran mereka. 

Mereka menawarkan harta kekayaan yang sangat banyak, agar menjadi milioner terkaya di kota Makkah, kepada beliau dijanjikan akan dikawinkan dengan wanita yang paling cantik, baik gadis maupun janda yang beliau kehendaki. 

Mereka membujuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seraya mengatakan: “Inilah wahai Muhammad yang kami sediakan buatmu agar kamu tidak memaki dan menghina Tuhan kami selama satu tahun, 

Jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : “Saat ini aku belum bisa menjawab, aku akan menunggu wahyu dari Allah subhanahu wa ta'ala, menurunkan wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berupa surah al-Kafirun, yakni sebagai jawaban penolakan terhadap tawaran kaum kafir.”

Adapun menurut riwayat lain bahwa beberapa orang kaum musyrik, termasuk al-Walid bin Mughiroh dan al-Ash bin Wail, al-Aswad bin al-Muthallib dan Umayyah bin Khalaf datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menawarkan harta kekayaan dan gadis tercantik kepadanya, 

Dengan syarat beliau bersedia meninggalkan kecaman terhadap Tuhan-Tuhan mereka, ketika Nabi menolak tawaran tersebut, mereka menawarkan, 

“Bagaimana jika anda menyembah Tuhan-Tuhan kami sehari, dan kami menyembah Tuhanmu sehari (bergantian)?.”

Tetapi tawaran itu juga ditolak oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan turunlah surah al-Kafirun (sebagai penegasan bahwa tidak ada toleransi di dalam peribadatan). 

Mengetahui surat ini turun untuk memberitahu pada umat manusia terutama umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Islam tidak mengenal toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan.

Pemahaman konsep toleransi? beragama dalam Islam bukanlah membenarkan dan mengakui semua agama dan keyakinan yang ada saat ini, karena ini merupakan persoalan aqidah dan keimanan yang harus dijaga dengan baik oleh setiap pribadi muslim.

Kesalahan dalam memahami arti toleransi dapat berakibat fatal karena terjadinya "Talbisul haqqa bil bathil", atau bercampur aduk antara yang hak dan bathil, karena sesungguhnya? agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.

Toleransi bukan mengakui semua agama sama, apalagi membenarkan tata cara ibadah umat beragama lain. 

Toleransi adalah mengakui adanya keberagaman keyakinan dan kepercayaan di masyarakat, tanpa saling mencampuri urusan keimanan, kegiatan, tata cara dan ritual peribadatan agama masing-masing.

Dikatakannya, toleransi jangan salah diartikan sebagai bentuk pengakuan kita dalam soal aqidah dan ibadah terhadap orang lain.

Jadi, toleransi Islam antar umat beragama itu hanya menyentuh ranah sosial. Sehingga, toleransi yang melampaui wilayah sosial ini tidak tepat apalagi jika sudah mengarah pada simbol-simbol agama lain.

Membenarkan keyakinan agama lain bukanlah disebut toleransi, tapi pluralisme agama yang mengarah pada sinkretisme Sedangkan pluralisme tidak ada dalam kamus Islam

Pluralisme, terdiri dari dua kata plural dan isme yang berarti paham atas keberagaman. Secara luas, pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing.

Masyarakat Indonesia memeluk dan menghayati beragam agama dan kepercayaan. Ada enam agama besar di Indonesia, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dengan begitu, pluralisme agama bisa dilihat pada tempat ibadah, tradisi, dan cara ibadah tiap agama yang berbeda-beda.

Sinkretisme adalah suatu upaya untuk menyatukan agama-agama di seluruh dunia dengan harapan terbentuknya satu agama untuk seluruh umat. Penganut sinkretisme tidak mengakui adanya wahyu unik dalam agama-agama

0 Response to " Islam Tidak Mengenal Toleransi Dalam Hal Keimanan Dan Peribadatan"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak