Keutamaan Memberi Maaf

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah

Sejarah telah menunjukkan penerimaan masyarakat terhadap Islam bukan karena dari adanya suatu paksaan ataupun peperangan. Akan tetapi karena kebanyakan orang simpati dan tertarik dengan Islam dikarenakan keelokan prilaku pendakwahnya.

Keindahan akhlak sejak dari Zaman dulu sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam. Beliau dikenal sebagai orang yang paling baik akhlak dan perangainya.

Sebab kebaikannya itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya disegani oleh para sahabatnya, akan tetapi oleh para musuhnya pun menghormati dan menyanjung etika beliau. Tak jarang orang yang membencinya beralih menghormati dan menjadi pengikut setianya. 

Ini menunjukkan betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam. Kebencian tidak pernah ia balas dengan amarah dan dendam.

Justru beliau menyambut murka orang kafir Quraisy dengan kasih sayang dan penuh maaf. Aisyah RA pernah ditanya mengenai watak pribadi Rasulullah, ia pun menjelaskan:

كان أحسن الناس خلقا، لم يكن فاحشا ولا متفحشا، ولا سخابا في الأسواق، ولا يجزي بالسيئة السيئة، ولكن يعفو ويصفح

"Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam orang yang paling bagus akhlaknya. Beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan," (HR Ibnu Hibban).

Di antara sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ialah suka memberi maaf. Beliau acapkali memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya. Memaafkan kesalahan orang bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji.


Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf. Sebagaiman firman Allah Ta'ala:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.". (QS Asy-Syura: 40).

Dalam hadis Nabi disebutkan: 
وما زاد الله عبد بعفو إلا عز

"Tidaklah Allah menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan". (Al-Muwatta’ karya Imam Malik).

"Memberi maaf bukan berati pengecut, sebab Allah memuliakan orang yang bersedia memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang tersebut," kata ulama yang pernah belajar di Hadhramaut Yaman itu.

Pastinya, tidak ada kerugiaan bila kita berbuat baik. Memang pada saat memberi maaf, amarah kita tidak terlampiaskan. Tetapi sesungguhnya pada saat itulah keislaman kita tampak. Andaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seorang pemarah dan pendendam, mungkin pemeluk agama Islam tidak sebanyak sekarang ini.

Dengan memberi maaf, paling tidak kita sudah mencoba untuk mengikuti perilaku Rasulullah. Mengikuti etika dan kesopanan yang beliau ajarkan tentu lebih utama daripada mengikuti model pakaian Nabi saja.

Saking sopan dan lembutnya Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam, sahabat Al-Bara bin 'Azib, seperti dikutip dari Syamailul Muhammadiyah, menggambarkan wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam layaknya bulan purnama, bukan seperti pedang.

0 Response to "Keutamaan Memberi Maaf"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak