KEUTAMAAN MENAHAN AMARAH
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan sallam atas junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang dirahmati Allah ta'ala.
Sering kita merasa sangat perlu untuk menang, tapi siapa sesungguhnya yang menang ? Kebenaran atau nafsu ?
Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar,
Al Imam Abu Dawud rahimahullah
Sering kita merasa sangat perlu untuk menang, tapi siapa sesungguhnya yang menang ? Kebenaran atau nafsu ?
Rasulullah Saw, bersabda
“Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam
gulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya...”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Ibnu Mas’ud ra
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, bersabda
“Siapa yang dikatakan
paling kuat diantara kalian...? Sahabat menjawab : yaitu diantara kami
yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda : “Bukan begitu, tetapi dia
adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika marah.”
(HR.
Muslim)
Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al Juba’i
bahwa Rasulullah
Saw bersabda
“Barangsiapa yang mampu menahan marahnya
padahal dia
mampu menyalurkannya,
maka Allah menyeru pada hari kiamat
dari atas
khalayak makhluk
sampai disuruh memilih bidadari
mana yang mereka mau.”
(HR. Ahmad dengan sanad hasan)
Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar,
bahwa Rasulullah
Saw bersabda
“Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi
Allah Swt,
dari meneguk kemarahan karena mengharap wajah Allah Swt.”
(Hadits shahih riwayat Ahmad)
Al Imam Abu Dawud rahimahullah
mengeluarkan hadits secara makna
dari
shahabat Nabi,
bahwa Rasulullah Saw bersabda
“Tidaklah seorang hamba
menahan kemarahan
karena Allah Swt
kecuali Allah Swt
akan memenuhi
baginya
keamanan dan keimanan.”
(HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)
Dari Abu Hurairah ra,
bahwa seseorang berkata
kepada Nabi Saw
berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda
“jangan menjadi seorang
pemarah”
Kemudian diulang-ulang beberapa kali.
Dan beliau bersabda
“janganlah menjadi orang pemarah”
(HR. Bukhari)
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada
pribadinya dan beliau sangat marah ketika melihat atau mendengar sesuatu
yang dibenci Allah, maka beliau tidak diam, beliau marah dan berbicara.
Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam melihat kelambu rumah Aisyah ada gambar makhluk
hidupnya (yaitu gambar kuda bersayap) maka merah wajah Beliau dan
bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari
kiamat adalah orang membuat gambar seperti gambar ini.” (HR. Bukhari
Muslim).
Al Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Anas ra :
“Anas
membantu rumah tangga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam selama 10 tahun, maka tidak pernah
beliau berkata kepada Anas : “ah”, sama sekali. Beliau tidak berkata
terhadap apa yang dikerjakan Anas : “mengapa kamu berbuat ini.” Dan
terhadap apa yang tidak dikerjakan Anas,”Tidakkah kamu berbuat begini.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Begitulah keadaan beliau senantiasa
berada diatas kebenaran baik ketika marah maupun ketika dalam keadaan
ridha/tidak marah. Dan demikianlah semestinya setiap kita selalu diatas
kebenaran ketika ridha dan ketika marah. Rasulullah Saw, bersabda : “Ya
Allah, aku memohon kepada-MU berbicara yang benar ketika marah dan
ridha.” (Hadits shahih riwayat Nasa’i).
Dr, Aidh bin Abdullah
Al-Qarni M.A mengatakan, Berhati-hatilah terhadap keributan, karena ia
sangat melelahkan. Jauhilah sikap mencerca dan mencela, karena ia sangat
menyiksa.
Setelah kita mengetahui keutamaan menahan marah,
seperti yang diuraikan diatas, sekarang coba kita tanyakan dengan jujur
pada diri kita sendiri, bagaimana kita kalau sedang marah selama ini...?
Apakah kita mampu menahan marah...? Atau apakah saat marah kita tetap
mampu menahan dan mengendalikan amarah kita hingga tidak berlebihan.
Sesungguhnya
Iblis itu berdiri di hadapanmu,
nafsu di sebelah kananmu,
dunia di belakangmu,
anggota di sekelilingmu dan
Allah juga bersamamu.
Iblis yang dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama.
Nafsu menyuruhmu
berbuat maksiat.
Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat.
Dunia
menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat.
Anggotamu menyerumu berbuat
dosa.
Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya.
Siapa yang
menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya.
Siapa yang menyahut seruan
nafsu terkeluar rohnya (roh kemanusiaan).
Siapa yang menyahut seruan
syahwat, terkeluar akalnya.
Siapa yang menyahut seruan anggota,
terkeluarlah Syurganya.
Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah
kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
Semoga bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan kita.
0 Response to "KEUTAMAAN MENAHAN AMARAH"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak