KEBUTUHAN KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari hubungan, kepentingan, atau bantuan manusia lainnya, dan semua aktivitas itu membutuhkan komunikasi di dalamnya.

Karena komunikasi, seperti halnya kebutuhan akan relasi dengan manusia lainnya, merupakan kebutuhan dasar yang hampir setiap orang merasakannya. 

Tidak ada satu manusia pun yang tidak membutuhkan komunikasi. Ia merupakan penghubung maksud dari kehendak manusia lain, sehingga tercipta relasi yang di maksud, baik itu di dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, di kampus, di ruang-ruang publik serta seluruh tempat di mana pun di dunia ini.

Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.

Usaha-usaha manusia untuk berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu.

Dengan demikian, sejak awal pendirian tempat-tempat pemukiman pada masyarakat di daerah aliran sungai dan tepi pantai, dipilih untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi dunia luar. 

Mereka menggunakan perahu, rakit, dan sampan dalam berkomunikasi. Pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina merupakan simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.

URGENSI KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI SOSIAL

Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas.

Komunikasi bukan sekadar alat yang menggambarkan pikiran, namun komunikasi adalah pikiran dan pengetahuan. Suatu dunia tertentu diciptakan dalam komunikasi, dan setiap penafsiran komunikasi tersebut harus mempertimbangkan konteks yang memungkinkan terjadinya praktik-praktik komunikasi.

Sebagai dasar kehidupan, komunikasi pada mahluk terjadi melalui pertukaran pesan. Menurut Prof. Dr. Ibnu Hamad dalam Ruben & Stewart (2013: viii), ada lima jenis pesan yang lazim digunakan saat berkomunikasi: pesan penglihatan (visual message), pesan sentuhan (tactile message), pesan penciuman (olfactory message) dan pesan pengecapan (gustatory message), dan pesan pendengaran (auditory message). 

Melalui pesan penglihatan, manusia bisa saling bertukar lambang, gambar, dan tanda lainnya untuk dibaca dan tentu saja untuk ditafsirkan sehingga bermanfaat untuk dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Dengan pesan sentuhan orang dapat berbagai perasaan sekalipun tak harus terucapkan.

Bahkan untuk pengungkap perasaan dipercayai pesan melalui sentuhan lebih efektif dibandingkan dengan pesan yang 

dikatakan. Pesan penciuman juga mengajari kita kesadaranbahkan kewaspadaan dengan apa yang terjadi di sekitar kita sekligus memberi kita ruang pikiran mengenai respons yang seharusnya dibuat. Begitu pula dengan pesan pengecapan memberi kita ukuran apa yang sedang terjadi dan tindakan yang sebaiknya dilakukan. Adapun pesan pendengaran telah memungkinkan kita melakukan percakapan dengan berbagai orang untuk membincangkan beragam topik.

Begitu juga halnya dalam keluarga, komunikasi adalah kegiatan keseharian. Pertukaran pesan antar anggota sebuah keluarga merupakan syarat yang diperlukan bukan saja untuk mempertahankan, tetapi sekaligus untuk menghidupkan keluarga itu. Tanpa ada komunikasi di dalamnya, berarti sudah tidak ada keluarga tersebut. 

Melalui komunikasi, keluarga membangun ikatan, membicarakan agenda, menyelesaikan masalah, dan membangun masa depan. Keluarga harmonis ditandai dengan bagusnya komunikasi di tengah keluarga itu.

Sebagaimana hal dengan keluarga, komunikasi bagi kelompok merupakan ikatan yang menyatukan orang-orang dalam kelompok. Kelompok ada jika ada komunikasi di dalamnya. Bahkan kalau sudah tidak ada lagi komunikasi antara anggota kelompok, sesungguhnya kelompok itu sudah tidak ada.

Dalam kelompok, komunikasi berfungsi terutama untuk membentuk identitas dan menetapkan tujuan kelompok.

Kelompok dengan identitas komunikasi yang baik umumnya berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok (Ruben & Stewart, 2013: x).

Demikianlah pula untuk menyelenggarakan kehidupan sosial, kita juga memakai komunikasi. Ketika bersosialisasi dengan kenalan atau tetangga kita menggunakan komunikasi.

Sewaktu melakukan transaksi untuk mendapatkan barang atau jasa kita juga memanfaatkan komunikasi. Melalui komunikasi pula kita mencari mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menemukan kembali informasi dan ilmu pengetahuan. Kita membangun dan mengembangkan sistem sosial dengan

komunikasi; nilai, norma, dan lembaga sosial dibentuk dan diberlakukan kepada para anggota sistem sosial melalui komunikasi.

GAYA DAN PROSES KOMUNIKASI DALAM KONTEKS BUDAYA DAN SOSIAL

Gaya personal atau cara kita dalam berbicara tentu berbeda-beda. Setiap pribadi masing-masing orang memiliki gaya tersendiri dalam berkomunikasi apalagi jika memiliki latar belakang kebudayaan yang bebeda, jelas gaya berkomunikasinya berbeda.

Seringkali pula kita berhadapan dengan orang yang cerewet atau orang yang mudah tersinggung dan cepat marah. Kadang pula kita berhadapan dengan orang yang memiliki gaya berbicara dengan nada tinggi. 

Contohnya, gaya berbicara orang Jawa yang seperti kita ketahui lembut, halus dan bertemu dengan orang Makassar dengan gaya bicaranya yang kasar dan suara yang besar tentu akan memengaruhi gaya komunikasi di antara dua ras yang berbeda.

Berkaitan dengan hal tersebut, Candia Elliot dalam Liliweri (2009:18) menerangkan pengaruh gaya personal tersebut: “Secara normatif komunikasi antara pribadi itu mengandalkan gaya berkomunikasi yang dihubungkan dengan nilai-nilai yang dianut seseorang. 

Nilai-nilai itu berbeda di antara kelompok etnik yang dapat menunjang dan mungkin merusak perhatian tatkala orang berkomunikasi. Di sini gaya itu bisa berkaitan dengan individu maupun gaya dari sekolompok etnik”.

Kemudian dijelaskan bahwa gaya komunikasi antara pribadi dapat diterangkan secara kognitif maupun sosial.

Beberapa orang memiliki gaya komunikasi yang menunjukkan dominasi (sok kuasa) sebaliknya orang lain mungkin memilih gaya komunikasi yang submisif. Ada orang yang bercakap-cakap dengan kehangatan namun orang lain menampakkan wajah dingin dan kurang bersahabat sehingga membuat perasaan Anda kurang enak. 

Kadang-kadang Anda berhadapan dengan orang yang bersikap otoriter namun orang lain sangat demokratis dan partisipatif serta terbuka, ada orang yang cepat bereaksi dan mendahului, namun orang lain menunggu.

Pengalaman sosial dalam berkomunikasi, terutama berkomunikasi antara budaya, dengan bermacama-macam orang dari latar belakang budaya yang berbeda-beda akan membuat Anda semakin berpengalaman, berpendapat, dan mungkin memberikan evaluasi secara kognitif tentang gaya personal maupun gaya suatu kelompok tertentu.

Selanjutnya, Candia (Liliweri, 2009: 19) mencontohkan gaya promosi diri mungkin sangat sedikit ditampilkan penduduk asli orang Amerika termasuk orang Asia umumnya.

Disusul orang Hispanik, dan gaya seperti itu kebanyakan digunakan oleh orang Afrika. Gaya berpakaian orang formal mungkin sedikit ditunjukkan oleh orang Hispanik dan penduduk asli orang Afrika, namun sangat banyak dipamerkan oleh orang Anglo (Amerika campuran).

Gaya penampilan volume suara paling sedikit ditampilkan pada orang Asia, disusul Hispanik, namun terbanyak ditampilkan orang Afrika, gaya mengajukan pertanyaan langsung dalam percakapan paling sedikit digunakan oleh orang Asia, disusul Hispanik namun kebanyak orang Afrika dan Anglo. 

Demikian pula dengan gaya pandangan langsung paling sedikit digunakan oleh orang Asia namun kebanyakan pada orang Afrika, atau gaya menghargai “tepat waktu” paling banyak ditaati oleh orang Anglo namun paling sedikit Hispanik.

Berkaitan dengan proses komunikasi, sebenarnya masyarakat telah memiliki struktur dan lapisan yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin

kompleks suatu masyarakat, maka struktur masyarakat itu semakin rumit pula. Kompleksitas masyarakat juga ditentukan oleh ragam budaya dan proses-proses sosial yang dihasilkannya. 

Semakin masyarakat itu kaya dengan kebudayaannya, maka semakin rumit pula proses-proses sosial yang dihasilkannya.

Dengan demikian menurut Bungin (2008: 67), mengatakan bahwa berbagai proses komunikasi dalam masyarakat sangat terkait dengan struktur dan lapisan maupun ragam budaya dan proses sosial yang ada dalam masyarakat tersebut, serta tergantung pula pada adanya pengaruh dari khalayak, baik secara individu, kelompok, ataupun masyarakat luas. Sedangkan substansi bentuk atau wujud komunikasi dapat ditentukan oleh: 

(1) pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi (komunikator dan khalayak); 

(2) cara yang ditempuh; 

(3) kepentingan atau tujuan komunikasi; 

(4) ruang lingkup yang melakukannya; 

(5) saluran yang digunakan; dan 

(6) isi pesan yang disampaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan komunikasi dalam masyarakat dapat berupabkomunikasi tatap muka yang terjadi pada komunikasi interpersonal dan kelompok serta kegiatan komunikasi yang terjadi pada komunikasi massa.

Pada komunikasi langsung (tatap muka) baik antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan keolompok, kelompok dengan masyarakat, maka pengaruh hubungan individu termasuk dalam pemahaman komunikasi. 

Namun demikian, indvidu yang memengaruhi proses komunikasi tidak lepas dari pengaruh kelompok baik yang primer maupun sekunder, termasuk pula pengaruh media massa terhadapnya. 

Walaupun komunikasi individu tak terlepas dari pengaruh kelompok, namun konsep komunikasi ini hanya melihat apa konteks dari komunikasi yang dibangun oleh individu masing-masing. 

Hal ini berbeda dengan konsep komunikasi kelompok, di mana kontennya dipengaruhi oleh motivasi bersama dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai, persepsi bersama, kesan-kesan yang tumbuh dalam kelompok, model kepemimpinan yang dibangun.

Begitu pula pengaruh eksternal yang dialami kelompok akan saling memengaruhi masing-masing anggota kelompok, termasuk juga terhadap kelompok itu secara keseluruhan dan sampai pada tingkat tertentu seluruh individu dalam kelompok dan kelompok tersebut akan saling mengontrol atau mengendalikan satu sama lain. 

Namun, persyaratan yang harus ada dalam konunikasi tatap muka adalah antara komunikator dengan komunikannya harus langsung bertemu dan prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan di antara kedua belah pihak.

Persyaratan “harus langsung bertemu” dalam komunikasi itu karena masing-masing pihak dapat memperoleh umpan balik dari proses komunikasi yang sedang terjadi. Pengaruh komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya dan sebaliknya. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, maka makin tinggi pengaruh komunikator dan atau sebaliknya.

Biasanya publik figur memiliki akses informasi yang akurat dari berbagai sumber. Termasuk media massa. Informasi yang diperoleh publik figur itu memperkuat citra publik figur dan sering kali informasi tersebut secara tidak langsung memengaruhi pendapat masyarakat. 

Walau konteks ini menjadi bagian dari komunikasi massa, namun bentuk-bentuk keterpengaruhan masyarakat dari informasi tokoh dan publik figurnya langsung adalah bentuk dasar dari komunikasi tatap muka.

Persoalan yang muncul akhir-akhir ini adalah sebuah penggugatan terhadap konsep “tatap muka antara kedua belah pihak” ini yaitu ketika proses tersebut terjadi dengan menggunakan teknologi telematika. Dalam kasus tersebut, beberapa pendapat sepakat bahwa konsep tatap muka yang dijelaskan di atas itu lebih berkembang menjadi konsep hubungan antara pribadi. 

Jadi tatap muka yang dimaksud adalah sebuah konsep yang fleksibel tidak saja tatap muka dalam arti langsung saling melihat satu sama lain, namun tatap muka yang dimaksud adalah hubungan interpersonal yang memungkinkan kedua belah pihak mengembangkan theater of the mind pada saat berkomunikasi melalui media berdasarkan pengalaman saling melihat di antara mereka sebelumnya (Bungin, 2008: 71)

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini perubahan teknologi tidak dapat disangkal telah menuju ke arah komunikasi yang lebih cepat dan efisien. 

Sebelumnya Kita telah telah mengenal pager, surat elektronik, mesin faksimili, telepon, telekonfrensi, video konferensi, dan layanan pesan singkat (SMS), saat ini dalam era internet of things (IOT) dan perpaduan antara media sosial dan media digital, telah mampu membuat kita berkomunikasi lebih cepat dan lebih efisien serta lebih beragam. 

Segala yang kita lakukan setiap hari melibatkan komunikasi dalam pelbagai bentuk di tempat kerja dan di rumah, dalam hal politik, perdagangan, pendidikan, olah raga, hiburan, dan dunia keuangan. Komunikasi menyentuh setiap lapisan kehidupan kita.

Salah satu peran penting komunikasi adalah dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah segala hal tentang komunikasi-dasar diskusi dan perdebatan bukan hanya fakta-fakta nyata namun juga pikiran dan ide-ide dan rancangan.

Seorang guru yang baik, yang bisa mengkomunikasikan fakta-fakta, ide dan teori secara efektif, pada gilirannya akan menghasilkan murid-murid yang berkualitas. 

Tetapi ada satu hal yang kurang diajarkan oleh hampir seluruh sistem pendidikan dunia: bagaimana mengajarkan sang murid perihal cara mengkomunikasikan pikiran kepada orang lain. (Denny, 2015: 16)

Lebih lanjut menurut Denny, para pendidik punya keyakinan bahwa pengetahuan adalah kekuatan. 

Hal ini sama sekali tidak benar. Pengetahun bukanlah kekuatan, melainkan kekuatan potensial. Kita dihargai bukan sekadar karena ilmu yang kita punya melainkan apa yang kita lakukan dengan ilmu tersebut. 

Ketika kita mendapatkan pengetahuan, hal yang paling penting ialah bagaimana menggunakannya bagaimana kita mengkomunikasikannya atau menyampaikannya kepada orang lain.

Dalam dunia modern saat ini kemampuan berkomunikasi secara baik semakin dibutuhkan, bahkan bagi mereka yang telah menduduki posisi tinggi. Ini berlaku bagi mereka yang telah meraih posisi dan berprestasi atau berkedudukan dalam bidang politik, bisnis, olah raga, dunia hiburan, atau lapisan kehidupan lainnya. 

Adalah mustahil bagi siapa pun yang menduduki jabatan di perusahaan atau posisi umum untuk memukul tugas kerja tanpa menguasai ketrampilan berkomunikasi dengan pegawai, menguasai media

komunikasi itu, atau bicara di depan khalayak ramai. Itu

sebabnya keseimbangan mempunyai pengetahuan itu penting

tetapi mesti pula punya kemampuan untuk

mengkomunikasikan pengetahuan itu secara efektif.


0 Response to "KEBUTUHAN KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak