MENGATASI BEBAN DAN RASA TAKUT SAAT BERBICARA
MENGAPA ANDA TAKUT?
Natalie Rogers, seorang ahli terapi perilaku yang khusus menangani orang-orang yang menghadapi kesulitan tampil di depan publik, dalam bukunya How to Speak without Fear mengungkapkan bahwa ada jutaan orang Amerika Serikat yang mengidap fobia rasa takut (Rogers, 2004: 19).
Ia mengungkapkan bahwa dengan putus asa, ribuan orang mendaftarkan diri dalam seminar kekuatan bicara. Mereka takut, bermasalah mereka tidak bisa diatasi, bahwa mereka tidak akan pernah memiliki elemen-elemen yang dibutuhkan untuk bicara di depan publik.
Sebagian kesulitan dari orang-orang yang takut berbicara di depan publik adalah, mereka percaya, bahwa orang lain yang bisa tampil dengan baik di depan publik, para politisi, rohaniawan, guru dan sebagainya, memperoleh kemampuan tersebut secara alami.
Rogers menambahkan bahwa meskipun kadang-kadang kita bertemu dengan orang yang memiliki bakat alami untuk tampil di depan publik, tetapi, sebagian besar orang memperolehnya melalui kerja keras dan latihan, belajar mengendalikan perasaan, mengatasi ketidaknyamanan fisik, dan mengahadapi pendengar dengan cara yang meyakinkan.
Meskipun kemampuan berbicara dengan baik di depan publik sangat penting untuk sejumlah profesi, tetapi pada saat-saat khusus, kemampuan ini hampir selalu dibutuhkan dalam setiap jenis profesi, terutama kalau Anda terus menanjak.
Ketidakmampuan untuk bicara di depan publik bukan saja memalukan, tetapi juga bisa menghambat promosi Anda, dan menghancurkan kesempatan Anda untuk menunjukkan keahlian.
Kalau Anda takut bicara di depan umum, atau “gagal” setiap kali Anda melakukannya, maka Anda mengabaikan sukses Anda sendiri.
Sistem ilmiah yang saya kembangkan, dirancang untuk secara sistematis melatih Anda mengatasi rasa takut yang menghambat Anda, dan menghambat banyak orang, untuk memanfaatkan secara maksimal semua keahlian Anda.
Rasa takut yang menyebabkan Anda sulit menemukan kata-kata, membuat Anda mengulang-ulang kalimat, melupakan hal-hal penting atau membuat Anda tertegun, tidak tahu, apa yang harus diucapkan selanjutnya.
Menurut Rogers (2004: 20), ada tiga gejala umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang sulit bicara di depan public.
Yang pertama adalah gejala fisik. Gejala fisik bisa dirasakan jauh sebelum penampilan Anda, dan muncul dalam bentuk ketegangan perut, atau sulit tidur. Ketika presentasi berlangsung, gejala fisik tersebut bisa berbeda untuk setiap orang, tetapi umumnya berupa:
- Detak jantung semakin cepat.
- Lutut gemetar, membuat Anda sulit berdiri, atau berjalan menuju mimbar, atau sulit berdiri tenang di depan pendengar Anda.
- Suara yang bergetar, seringkali disertai mengejangnya otot tenggorokan, atau terkumpulnya lendir di tenggorokan.
- Gelombang hawa panas, atau perasaan seperti akan pingsan.
- Kejang perut, kadang-kadang disertai perasaan mual.
- Hiperventilasi, yaitu termasuk kesulitan untuk bernapas.
- Mata berair, atau hidung berlendir.
Gejala-gejala yang masuk ke dalam kategori kedua terkait dengan proses mental, dan umumnya terjadi selama pembicara tampil, antara lain:
- Mengulang kata, kalimat atau pesan, sehingga pembicara terdengar seperti radio rusak.
- Hilang ingatan, termasuk ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara tepat, dan melupakan hal-hal yang sangat penting.
- Bentuk-bentuk kekacauan umum yang lain.
- Tersumbatnya pikiran, yang membuat pembicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.
Gejala fisik dan mental biasanya disertai atau diawali dengan sejumlah gejala emosional, termasuk:
- Rasa takut yang bahkan bisa muncul sebelum Anda tampil.
- Rasa tidak mampu
- Rasa kehilangan kendali
- Rasa tidak berdaya, seperti seorang anak yang tidak mampu mengatasi masalah
- Rasa malu
- Panik
- Rasa malu atau merasa dipermalukan, saat presentasi berakhir.
Ketiga kelompok gejala di atas bisa saling berinteraksi. Rasa ngeri yang muncul saat Anda duduk dan menunggu giliran untuk bicara, bisa menyebabkan jantung Anda berdetak cepat tanpa kendali.
Detak jantung yang tanpa kendali, bisa membuat Anda merasa lebih gugup, sehingga tenggorokan Anda mulai menegang. Gejala-gejala fisik tersebut kemudian mengganggu konsentrasi Anda, sehingga bicara Anda menjadi kacau.
Ketika Anda berusaha dengan susah payah untuk menemukan kata-kata mengulang kalimat, atau kehilangan ide, rasa malu dan rasa kehilangan kendali bisa muncul dengan sangat mudah.
Gejala fisik berupa sikap gugup, meskipun hanya sesaat, bisa memengaruhi seorang pembicara ulung sekalipun, orang-orang yang biasanya mampu bicara dengan teratur, bisa saja tiba-tiba diserang lupa ingatan.
Tetapi seorang pembicara yang ulung dan berpengalaman biasanya tahu, bagaimana mengembalikan kontrol, mangatasi rasa gugup, dan menutupi fakta, bahwa ingatannya, meskipun sekejap pernah hilang.
Sebelum Anda bisa mengatasi suatu masalah, Anda harus menyadari dulu mengapa masalah tersebut muncul, dan apa penyebabnya? Mengapa Anda gugup kalau kalau harus berbicara di depan umum?
Sejumlah klien dan siswa yang saya tangani selama beberapa tahun, seringkali tidak memahami, mengapa mereka sulit bicara di hadapan sekelompok pendengar “padahal” demikian kata mereka, “Saya tahu, bagaimana bicara,”
“Teman-teman mengatakan bahwa saya sangat pintar dan lucu, tetapi, begitu saya tampil di depan selusin orang, lidah saya bukan terasa kelu, saya juga tidak bisa berkata apa-apa,”
“Berhari-hari saya menyiapkan sebuah pidato, tetapi begitu berdiri di depan mimbar, semuanya seperti terbang dari kepala saya, saya tidak tahu mengapa!“
Jadi apa sebabnya? Padahal, pendengar Anda mungkin hanya tiga atau empat orang saja. Barangkali Anda mengenal sebagian pendengar Andan dengan baik. Lalu, mengapa Anda menjadi gugup? Mengapa orang-orang yang biasanya penuh percaya diri dan pandai bicara, tiba-tiba saja berubah jadi seonggok agar-agar, hanya karena mereka harus tampil di depan sekelompok pendengar?
Setiap kali Anda menghadapi sekelompok pendengar, baik dalam posisi duduk maupun berdiri. Anda jadi terpisah dari pendengar Anda. Mereka mendengarkan dan mengamati Anda, mereka sebuah kelompok, sedangkan Anda, yang tampil di hadapan mereka, hanya sendiri.
Bicara di depan publik terkait dengan keahlian mental dan fisik untuk tampil, yang berbeda dengan keahlian yang dibutuhkan dalam pembicaraan biasa.
Keahlian mental dan fisik yanag terkait dengan konsentrasi, koordinasi dan bereaksi secara cepat, benar-benar penting bagi seorang pembicara, sama pentingnya untuk seorang petenis atau pegolf.
Apabila Anda bermain tenis untuk pertama kalinya, raket Anda mungkin menangkap angin atau Anda memukul bola ke arah jaring.
Tetapi, karena Anda ingin terampil bermain tenis, maka Anda terus berlatih dan belajar dengan tekun. Bicara di depan public sama-sama membutuhkan pelatihan sistematis dan latihan.
Ada satu pendapat tentang bicara di depan publik yang dituangkan dalam sejumlah buku. Pendapat itu mengatakan, bahwa Anda bisa menjadi seorang pembicara yang terampil, kalau Anda yakin bahwa Anda cukup percaya diri, dan cukup melakukan latihan. Teori ini sepertinya mengatakan bahwa rasa percaya diri dan ketenangan hanyalah sekadar tekad.
Kenyataannya, rasa percaya diri dan ketenangan, dan ini berlaku untuk semua aspek kehidupan, merupakan hasil pengembangan sejumlah keahlian untuk menyelesaikan sebuah tugas dengan sukses.
Menurut Rogers (2014, 26) beberapa keahlian tampil di depan publik yang bisa diraih melalui program “Kekuatan Bicara”, yaitu:
- Keahlian menutup diri: Anda akan bisa menutup semua pikiran atau rangsangan negatif yang datang dari
pendengar Anda.
- Keahlian berkonsentrasi: Anda akan mengendalikan semua pikiran, ingatan dan imajinasi Anda.
- Keahlian Koordinasi: Anda akan bisa bergerak dengan mudah, menggunakan berbagai bentuk isyarat untuk menyatakan perasaan Anda.
- Mengendalikan diri: Anda akan mampu mengontrol gerakan-gerakan yang tidak terkendali, seperti menggerak-gerakkan tangan secara berlebih-lebihan, menganggukkan kepala, menggoyangkan badan, berpindah dari satu kaki ke kaki yang lain, atau mengontrol tubuh yang gemetar.
- Mengendalikan emosi: Anda akan bisa mengendalikan dan mengurangi rasa cemas, panik dan rasa takut.
- Reaksi yang mengalir: Anda akan bisa menanggapi pertanyaan, gangguan, selingan dan kejadian-kejadian yang tidak direncanakan, secara tenang dan nyaman.
- Kehangatan: Anda akan bisa bersikap cukup rileks, sehingga bisa menyisipkan sedikit humor, kepedulian, dan kesungguhan ke dalam pidato Anda.
- Kharisma: Anda akan nbisa membangun gambaran diri yang mantap dan terpuji.
- Berpikir Spontan: Anda akan belajar menghilangkan kebiasaan berpikir seperti mesin, dan membiasakan diri untuk berpikir secara kreatif.
- Pemahaman tentang tubuh: Anda akan belajar bagaimana memahami sepenuhnya penampilan fisik Anda, sehingga Anda menjadi pusat perhatian pendengar.
- Keahlian untuk melawan: Anda akan bisa mengenali dan menolak dorongan untuk bersikap terburu-buru, sebaliknya, Anda bisa menahan diri dan mengendalikan kesadaran Anda.
- Keahlian vokal: Anda akan belajar, bagaimana membuat pita suara Anda tetap santai sehingga suara Anda mengalir tanpa gangguan.
- Keahlian imajinasi: Anda akan bisa membayangkan dan menvisualisasikan urutan kejadian saat dari cerita yang Anda kembangkan. Anda akan belajar bicara tanpa terlalu bergantung pada catatan.
Untuk mereka yang memiliki rasa takut untuk bicara di depan publik … di tempat inilah persisnya, di wilayah tinggal landas, saat anda berdiri mulai berbicara, rasa panik bisa muncul dengan sangat mudah.
Saat-saat sebelum Anda Mulai bicara, tubuh Anda yang belum siap akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal dari reaksi panik akibat tekanan karena harus tampil.
Detak jantung menjadi semakin cepat, telapak tangan mulai berkeringat. Saat berdiri, kepala Anda mungkin terasa pusing dan kedua kaki mungkin gemetar.
Oleh karena itu, penting sekali belajar memperlambat rekasi, dan mengembalikan kontrol saat Anda masih berada di wilayah Tinggal Landas.
Apabila Anda duduk di kursi dengan perasaan cemas, berdiri dengan canggung, berjalan terhuyung-huyung ke arah mimbar, dan langsung berbicara tanpa lebih dulu menarik napas dalam, maka sejak awal, pidato Anda akan bermasalah.
Biasa saja, Anda hanya duduk dua atau tiga menit di wilayah tinggal landas sebelum bicara selama lima belas menit atau lebih.
Tetapi, waktu yang dua atau tiga menit tersebut sangat penting, agar Anda bisa duduk tenang dan berkonsentrasi sekaligus menolak dorongan untuk tergesa-gesa, melalui latihan, Anda juga akan mengembangkan sejumlah keahlian untuk bersikap tenang, nyaman, dan membuat penampilan yang anggun.
Menurut Rogers (2004: 37), Anda akan belajar bagaimana mengubah reaksi rasa takut menjadi reaksi yang terkendali dengan cara:
1. Menguasai Panggung
Untuk melakukan latihan dengan benar, Anda memerlukan ruangan yang tenang, tanpa gangguan.
Orang yang lalu lalang, dering telepon, atau suara radio akan membuat anda sulit berkonsentrasi. Anggaplah anda sedang bersiap-siap untuk bicara di hadapan sekelompok pendengar, dan usahakan menciptakan kondisi yang mirip dengan situasi yang sesungguhnya.
- Tentukan, di mana pendengar akan duduk dengan menempatkan kursi-kursi kosong
- Tentukan di mana Anda akan duduk sebelum menyampaikan pidato.
Dengan cara ini, Anda akan mengembangkan sistem sinyal di antara pikiran dan tubuh, yang akan melatih Anda untuk bisa mengatasi yang mungkin muncul saat bicara
- Tempatkan sebuah kursi untuk duduk, dan duduklah.
2. Duduk
Setiap orang punya cara duduk yang berbeda, meskipun cara duduk kita kemungkinan sangat bergantung dari situasi.
Seorang pembicara publik yang ulung, mungin duduk dengan cara yang berbeda, cara-cara yang seringkali menunjukkan kepribadian mereka.
Tetapi untuk mengendalikan rasa takut akibat harus tampil di depan umum, sebaiknya Anda duduk dengan cara sebagai berikut:
Latihan Keseimbangan:
- Sadari pengaruh berat tubuh Anda terhadap kursi. Duduklah dengan posisi tegak dan seimbang, tidak condong ke arah kiri, maupun kanan
- Lemaskan otot-otot pertu
- Rasakan saat tubuh Anda turun ke satu arah, setelah yakin bahwa duduk Anda sudah seimbang, teruskan dengan latihan berikut:
Latihan Konsentrasi:
Rasa cemas yang Anda rasakan saat harus tampil di depan publik biasanya muncul karena Anda tidak berkonsentrasi. Latihan ini dirancang untuk melatih Anda menghalau gangguan, termasuk dari pendengar dan menjaga agar perhatian tetap ke depan. Lakukan latihan ini sambil duduk tegak di kursi:
- Kibaskan tangan keras-keras sebanyak dua puluh kali.
- Berhenti
- Letakkan tangan di atas pangkuan
- Rasakan perhatian (atau detak jantung) yang terasa di ujung-ujung jari tangan. Sedapat mungkin, pusatkan perhatian Anda pada sensasi tersebut.
- Pusatkan perhatian Anda pada ujung jari-jari selama 10 detik. (Apabila tubuh Anda masih tegang, atau jantung Anda masih berdetak kencang, jangan terlalu khawatir)
- Biarkan ke depan, sambil memusatkan perhatian pada ujung-ujung jari tangan Anda
3. Berdiri
Menyadari Keseimbangan Saat anda berdiri di tempat, sebelum mulai berjalan, pastikan bahwa berat badan Anda terbagi secara seimbang di antara kaki kiri dan kaki kanan. Kepala harus tepat di tengah bahu kiri dan bahu kanan. Tetapi sekadar menempatkan tubuh pada keadaan seimbang saja belum cukup, Anda harus benar-benar merasakan dan menyadari keseimbangan tersebut. Berhentilah sebentar, dan rasakan sepenuhnya keseimbangan yang Anda ciptakan.
Tercapainya perasaan seimbang akan membawa dampak yang sangat besar pada diri Anda. Tercapainya perasaan seimbang tersebut membawa dampak positif, yaitu memperlambat detak jantung, sehingga menghentikan reaksi rasa takut yang muncul secara otomatis akibat tekanan bicara di depan publik. Bahkan asa takut yang Anda rasakan bisa berkurang sebanyak sepertiga atau setengahnya. Pada saat yang sama, pernapasan Anda akan menjadi lebih normal.
Secara sadar mengendalikan keseimbangan tampaknya bisa mencegah meningkatnya detak jantung dan napas yang tersengal-sengal.
Berdiri tegak dan berhenti selama beberapa detik untuk merasakan keseimbangan yang Anda ciptakan sebelum mulai berjalan, merupakan hal yang sangat penting.
Selain itu, merasakan keseimbangan seperti ini meningkatkan kontrol diri, sehingga ketika mulai bergerak, Anda tetap mampu berkonsentrasi.
4. Menghadapi Pendengar
Dari sudut pandang pendengar, posisi Anda yang sekarang benar-benar baru. Apabila. Anda membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri pada posisi tersebut, seperti juga pendengar memerlukan waktu untuk menerima Anda, dan menyesuaikan diri terhadap posisi Anda.
Ketika memandang ke arah pendengar, wajah-wajah yang menatap Anda, bisa dengan mudah memicu gelombang rasa cemas yang baru.
Apabila Anda langsung bicara, kemungkinan besar Anda akan kehilangan kontrol. Lutut Anda akan goyang, atau suara Anda akan bergetar.
Apabila Anda maju ke depan tanpa istirahat, maka gerakan Anda akan mendahului pikiran Anda, akibatnya gagasan yang ada di kepala akan tersumbat.
Kemudian, berhentilah 10 sampai 15 detik untuk “periode penyesuaian” selama beberapa detik tersebut, tiga hal akan terjadi;
(1) tubuh harus menemukan keseimbangan yang nyaman pada posisinya yang baru,
(2) otot-otot harus menyesuaikan diri dari ketegangan bergerak ke keseimbangan karena berdiri tegak,
(3) mata harus menyesuaikan arah sinar akibat posisi yang baru, dan pada perubahan ruang antara Anda dengan pendengar Anda.
Untuk bisa memantapkan tubuh dan emosi, Anda harus tahu pasti bagaimana perasaan Anda, beberapa detik sebelum mulai bicara.
Mungkin saja Anda merasakan ketidaknyamanan fisik dan emosi. Bagi sebagian orang, perasaan tidak nyaman seperti itu bisa sangat menakutkan.
Mereka berupaya untuk menolak atau meniadakan perasaan yang nyata-nyata mereka rasakan. Mereka mulai bicara dengan tergesa-gesa. Padahal, di saat seperti itu tubuh dan pikiran tidak saling berhubungan.
Seorang presenter yang langsung bicara tanpa mengenali lebih dulu perasaannya, dan mengabaikan perasaan tidak nyaman yang dirasakan tubuhnya, seringkali mengalami hambatan mental yang parah.
Mengapa? karena mengabaikan apa yang dirasakan tubuh, membutuhkan banyak usaha dan energi, sehingga menciptakan sejumlah ketegangan.
Ketegangan ini tampaknya mengganggu fungsi normal dan konteks serebri (bagian otak manusia yang terkait dengan kegiatan berpikir dan berbicara), akibatnya, pikiran dan bicara Anda tersumbat.
5. Kontak Mata
Dalam pembicaraan biasa, dari waktu ke waktu, biasanya (dan sebaiknya) kita menatap langsung mata pendengar, atau menatap mata orang yang kurang menyenangkan, ketika bicara dengan seseorang yang selalu menatap ke belakang bahu Anda, seolah-olah dia sedang bicara dengan seseorang yang berdiri di belakang Anda.
Dalam pembicaraan biasa, kebiasaan seperti itu sangat tidak menyenangkan, karena merusak suasana intim dari sebuah komunitas dua arah. Tetapi, apabila Anda berbicara pada kelompok pendengar, mengajukan pertanyaan, jawaban yang Anda berikan, harus ditujukan kepada pendengar secara keseluruhan, bukan hanya pada si penanya.
Jangan menatap pendengar. Saat Anda mulai bicara, tekanan emosional yang Anda rasakan menyebabkan kelopak mata Anda membuka lebar.
Apabila Anda berusaha menatap pada satu orang atau satu benda di kejauhan, mata akan terasa lelah dan tegang, dan ini akan menambah secara umum ke segala arah, ke wajah-wajah pendengar, jangan lebih tinggi dari kepala mereka, tetapi juga jangan terlalu rendah, supaya Anda tidak tidak perlahan-lahan ke kiri atau ke kanan, sehingga Anda bisa mengamati seluruh ruangan, alihkan terus menerus pandangan Anda dari dari satu pendengar ke pendengar yang lain, tanpa menatap seorang pendengar secara khusus.
Apabila secara kebetulan mata Anda beradu pandang dengan mata seseorang, atau kalau Anda mengamati bahwa salah satu pendengar menunjukkan ketertarikan khusus pada apa yang Anda katakan, Anda boleh memberi perhatian khusus.
Tetapi jangan menatap atau membiarkan pandangan Anda jatuh pada satu pendengar lebih dari beberapa detik setiap kalinya. Apabila anda secara aktif menatap mata salah satu pendengar, mereka mungkin merasa bahwa Anda sedang menekan. Tidak ada pendengar yang suka ditekan.
Biarkan mereka datang kepada Anda. Diri dan perkataan Andalah yang seharusnya menjadi pusat perhatian.
Kenyataannya kalau Anda mengarahkan kepala untuk mengamati seluruh ruangan, pendengar akan merasa, bahwa Anda bicara secara pribadi dengan mereka, meskipun tidak sekalipun Anda menatap mata seorang pendengar. Jadi hentikan kekhawatiran Anda tentang kontak mata.
Pada umumnya, kita semua cenderung gugup atau paling tidak agak gugup jika berbicara dengan orang yang belum pernah kita temui sebelumnya, atau saat pertama kali berbicara di depan publik.
Cara terbaik untuk mengatasi perasaan malu adalah dengan mengingatkan diri Anda sendiri pada pepatah lama bahwa orang yang Anda ajak bicara memasukkan kakinya ke celana satu demi satu (Larry King, 2005: 11).
Ingatlah bahwa diri kita mulai dengan cara yang sama. Sangat sedikit dari kita yang lahir kaya dan berkuasa. Kebanyakan dari kita adalah mulai sebagai anak-anak dari keluarga dengan pendapatan menengah atau rendah.
Dan orang-orang yang kita ajak bicara kemungkinan juga demikian. Untuk membantu Anda mengatasi perasaan malu, ingatlah bahwa orang yang Anda ajak bicara sama malunya seperti Anda. Kebanyakan dari kita demikian.
Hukum pertama percakapan saya adalah: saya tidak mempelajari apa pun saat berbicara. Setiap pagi saya menyadari bahwa apa pun yang saya katakan hari ini, jadi jika saya belajar banyak hari ini, saya harus melakukannya dengan mendengarkan.
Jika Anda tidak mendengarkan seseorang dengan lebih baik, Anda tidak dapat mengharapkan mereka mendengar Anda dengan lebih baik.
Untuk menjadi pembicara yang baik, Anda harus menjadi pendengar yang baik. Ini lebih dari sekadar nenunjukkan rasa tertarik pada tema bicara Anda.
Mendengarkan dengan seksama membuat Anda dapat memberi respons dengan lebih baik menjadi pembicara yang baik. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat orang lain senang menjawabnya. Ajaklah mereka membuat orang lain senang menjawabnya.
Ajaklah mereka membicarakan diri mereka sendiri dengan prestasi-prestasi mereka. Ingatlah, orang yang Anda ajak bicara seratus kali lebih memerhatikan diri mereka sendiri dan keinginan serta masalah-masalah mereka dari pada Anda dan masalah-masalah Anda. (Larry King, 2005: 18)
Jadi sangat penting untuk membantu orang agar menyukai Anda. Richard Denny (2015: 39) mengemukakan bahwa dengan menjadi seorang komunikator yang baik, Anda akan cenderung disukai ketimbang dibenci.
Salah satu hukum kesuksesan menyatakan: apa yang kita tanam itulah yang kita petik kelak di kemudian hari; dan ingatlah ungkapan “Kalau kau ingin hidupmu ceria, buatlah orang lain menjadi ceria.”
Kita tidak semestinya bersikap egois dengan menolak memberikan kesenangan kepada orang lain dengan alasan bahwa pemberian kita tidak akan dibalas. “Sikap ramah, sebagaimana sikap sopan, tidak membutuhkan biaya apa pun.”
Salah satu dorongan terdalam dalam sifat dasar manusia adalah dorongan untuk dikenali dan dihargai, baik sebagai individu maupun dalam pencapaian prestasi.
Salah satu hal yang menurunkan motivasi orang lain di tempat kerja adalah situasi di mana mereka merasa bukan orang penting-ketika atasan tidak mengakui mereka, atau lebih buruk lagi; tidak mengenal mereka.
Hal ini penting. Jika anda bisa mendekati orang lain melalui nama mereka, maka Anda akan serta merta memberi mereka jalan agar menyukai Anda.
Anda mesti berusaha untuk bercakap-cakap dengan para pegawai anda dari waktu ke waktu, memuji mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, dan secara umum buatlah diri Anda mudah didekati.
Dengan begitu Anda akan menerima rasa hormat dari mereka, dan kalau mereka menghormati anda maka mereka akan bekerja untuk Anda.
Dengan demikian perlu menjadi orang yang menyenangkan dan suka menaruh perhatian. Termasuk juga tanyakan banyak hal dan dengarkan serta beri dorongan agar orang lain bicara tentang diri mereka sendiri.
Dengan mendengarkan perkataan orang lain dan mengajukan pertanyaan, kita semua bisa menemukan sesuatu dalam diri kita yang memiliki kesamaan dengan orang lain, entah itu pekerjaan kita, tempat tinggal, olah raga favorit, kegemaran, kenalan yang sama atau apalah. Dengan berusaha menemukan kesamaan, kita bisa membuat komunikasi jauh lebih mudah.
PENGELOLAAN MENTAL
1. Memahami Prinsip Kerja Pikiran
Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan mental itu terjadi, terlebih dahulu kita harus memahami bagaimana cara kerja pikiran yang membentuk perilaku manusia.
Yukhsan Wakhyudi (2019: 29) mengemukakan bahwa pikiran memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan kita.
Jika diibaratkan sebagai komputer, maka otak adalah perangkat kerasnya dan pikiran adalah perangkat lunaknya.
Wakhyudi menjelaskan bahwa, pikiran mempresentasikan setiap informasi yang diperoleh melalui input internal dan output eksternal dalam bentuk gambar, suara, perasaan, bau/wangi, dan rasa.
Kemampuan mempresentasikan dan mengorganisasi informasi ini bermanfaat untuk membedakan individu yang satu dengan yang lainnya.
Setiap informasi yang terdapat pada diri seseorang sebenarnya merupakan hasil rekaman sejumlah peristiwa di masa lalunya melalui proses melihat, mendengar, menyentuh, mencecap atau merasakannya.
Hal ini berarti tidak ada satu pun informasi atau data yang pada otak manusia yang muncul secara tiba-tiba.
Misalnya, ada seseorang yang takut berbicara di tempat umum. Ketakutan itu tidak serta-merta muncul tiba-tiba dan hanya dipicu oleh kondisi saat itu, tetapi sejumlah informasi atau pengalaman di masa lampau yang membentuknya.
Bisa jadi karena masa kecilnya, ia sering dilarang oleh orang tuanya karena dianggap tidak bisa melakukan sesuatu. Rasa khawatir yang berlebihan dari orang tuanya inilah yang mengakibatkan anak tersebut hilang rasa percaya dirinya, merasa bahwa segala sesuatu yang akan ia lakukan dinilai salah oleh orang lain. Bisa juga karena dahulu pernah gagal dan mendapatkan cibiran dari orang di sekitarnya.
Pengalaman inilah yang akhirnya menjadikan rasa takut itu muncul ketika menghadapi situasi yang sama, mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti terjadi.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Wakhyudi (2019: 29) bahwa dalam dunia psikologi, dikenal beberapa model untuk menjelaskan cara kerja pikiran manusia.
Salah satu model yang terkenal yaitu model conscious mind dan unconscious mind, atau biasa dikenal pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Pikiran sadar (conscious mind) merupakan bagian dari pikiran seseorang yang bertugas melakukan analisis dan pertimbangan yang bersifat rasional. Sifat pikiran sadar adalah kritis, tempat ingatan jangka pendek.
Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, seperti sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara berpikir dan kondisi mentalnya, hanya 12 %. 9h.
Pikiran sadar memiliki fungsi mengidentifikasi setiap informasi yang masuk, membandingkannya dengan data yang sudah ada dalam memori, menganalisis data yang baru
masuk tersebut dan memutuskan apakah data itu akan dibuang atau disimpan. Sementara pikiran bahwa sadar berkaitan dengan memori jangka panjang, kebiasaan, kepribadian, emosi, intuisi, persepsi, kreativitas, kepercayaan dan nilai.
Sifat pikiran bawah sadar adalah netral. Pikiran bawah sadar berisi sejumlah pengalaman, pemahaman dan penalaran dari seseorang lahir hingga saat ini.
Data dalam pikiran bawah sadar dapat berupa pengalaman langsung diri sendiri atau pengalaman dengan orang lain. Pikiran bawah sadar memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan perilaku seseorang yang respons-respons yang ia pilih saat ada stimulus dari luar.
Pikiran bawah sadar tidak melakukan penalaran secara kritis, apakah suatu informasi bersifat positif atau negative.
Dalam pikiran bawah sadar inilah, seluruh informasi atau pengalaman tersimpan dalam jangka waktu yang lama, termasuk pengalaman seseorang yang berhubungan dengan ketakutan atau rasa tidak percaya diri. Yang paling menarik yaitu pola pikir dan tindakan manusia dipengaruhi oleh 12% pikiran sadarnya dan sisanya 88% pikiran bawah sadar.
Berkaitan dengan pikiran manusia, perlu dipahami juga gelombang otak pada manusia. Mengapa perlu memahami hal tersebut? Apakah ada hubungannya?
Tentu saja ada hubungan erat antara gelombang otak dengan proses berpikir manusia. Gelombang otak adalah sarana untuk diterimanya pesan penting dari luar oleh alam bawah sadar. Pesan penting tersebut dapat berbentuk beberapa macam, termasuk kompetensi yang ingin dikuasai.
Kompetensi tersebut akan mudah diterima oleh alam bawah sadar seseorang jika frekuensi gelombang otaknya tepat.
Gelombang otak pada manusia dapat diukur dengan sebuah balat bernama Elektroensefalografi (EEG). EEG adalah alat yang mampu memvisualisasikan gelombang manusia ke dalam bentuk grafik.
Apabila otak seseorang direkam menggunakan EEG, maka akan memancarkan gelombang sesuai dengan kondisi jiwa orang tersebut Gelombang otak ada empat macam. “Pola pikir dan tindakan manusia dipengaruhi oleh 12% pikiran sadarnya dan sisanya 88% pikiran bawah sadar” (Wakhyudi, 2019: 30).
Gelombang Beta atau disebut juga pikiran sadar yaitu gelombang otak yang terjadi saat aktivitas mental seseorang terjaga penuh atau dengan kata lain, seseorang dalam kondisi kesadaran penuh.
Gelombang Beta memiliki frekuensi paling tinggi dan sering dipakai manusia, misalnya ketika berinteraksi dengan orang lain atau ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Gelombang Beta sangat dibutuhkan saat melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan tinggi, serta sangat bermanfaat untuk produktivitas kerja, belajar untuk ujian dan persiapan presentasi. Itu karena kondisi gelombang otak Beta (13-30 Hz) menjaga pikiran kita tetap tajam dan fokus.
Pada kondisi ini, seseorang akan mudah melakukan analisis menyusun informasi, membuat koneksi dan menghasilkan solusi serta ide-ide baru.
Gelombang Alpha, Gelombang otak Alpha (8-13 Hz) sangat kontras dibandingkan Beta. Kondisi relaks mendorong aliran energi kreativitas serta perasaan segar sehat.
Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk merenung, menyelesaikan masalah, visualisasi dan bertindak sebagai gerbang kreatifitas kita.
Gelombang Alpha tercipta saat seseorang mengalami relaksasi atau seseorang mulai istirahat dengan gejala mata tertutup atau mengantuk.
Pada kondisi ini, pikiran dapat melihat gambaran mental secara jelas dan dapat merasakan sensasi sesuatu yang terjadi dan terlihat dalam pikiran dengan lima pancaindra.
Gelombang ini lebih lambat daripada gelombang Beta. Pikiran pada kondisi Alpha merupakan pintu gerbang pikiran bawah sadar.
Gelombang Theta, terjadi saat seseorang tidur ringan atau saat mengantuk. Biasanya ditandai dengan napas yang melambat dan dalam.
Kondisi gelombang otak Theta (4-8 Hz) ini dihubungkan dengan pelepasan stress dan pengingatan kembali memori yang telah lama.
Kondisi “senja kala” (twilight) dapat digunakan untuk meditasi yang lebih dalam, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, kebutuhan kurang tidur, serta meningkatkan kreativitas dan pembelajaran.
Gelombang Theta juga terjadi saat seseorang bermimpi. Bila seseorang masuk dalam kondisi gelombang ini, maka ia akan mengalami kondisi meditative yang sangat dalam.
Gelombang Delta, yaitu gelombang yang paling lambat dan merupakan frekuensi dari pikiran nir sadar (unconscious mind).
Kondisi Deltha (0,5-4 Hz), saat gelombang otak makin melambat, sering dihubungkan dengan kondisi tidur yang amat dalam.
Beberapa frekuensi dalam jangkauan Delta ini diiringi dengan pelepasan hormon pertumbuhan manusia (human Growth hormone) yang bermanfaat untuk penyembuhan.
Kondisi Delta jika dihasilkan dalam kondisi terjaga, akan memberi peluang mengakses aktivitas bawah sadar, mendorong alirannya ke pikiran sadar.
Kondisi Delta juga sering dihubungkan dengan manusia yang memilki perasaan kuat terhadap empati dan intuisi.
Kondisi ini terjadi saat seseorang tertidur lelap otak hanya menghasilkan gelombang Delta agar dapat beristirahat dan memulihkan kondisi fisik. Jika seseorang tidur dalam kondisi gelombang Delta stabil. Kualitas tidurnya akan sangat tinggi.
Meski hanya beberapa menit tertidur, ia akan bangun dengan tubuh terasa segar. Selanjutnya, satu hal yang tidak kalah penting untuk dipahami yaitu tentang aturan main pikiran Anda.
Melalui pemahaman ini. Anda akan mengetahui betapa dahsyatnya pengaruh kerja pikiran terhadap kehidupan kita.
(Wakhyudi, 2019: 32)
Digambarkan bahwa Setiap pikiran atau ide menyebabkan reaksi fisik. Saat Anda cemas atau khawatir, tanpa disadari hal itu akan memicu peningkatan produksi produksi asam lambung dalam tubuh, sehingga menyebabkan perut terasa tidak nyaman.
Pikiran yang membuat Anda marah mengakibatkan jantung berdebar lebih kencang, tekanan darah meningkat, otot dan saraf tegang serta napas tidak teratur. Jika hal ini dibiarkan, tekanan darah Anda akan meningkat.
Harapan dalam pikiran Anda cenderung, menjadi kenyataan. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Pikiran Anda yang akan menciptakan realitas dalam kehidupan Anda. Sistem otak manusia memberikan respons terhadap gambaran yang ada di dalam pikiran.
Artinya, realitas kehidupan seseorang bermula dari imajinasi atau gambaran yang diciptakannya. Tidak masalah dari mana asal gambaran itu muncul, entah dari dalam diri Anda atau dari luar, gambaran ini menjadi blueprint dalam pikiran Anda.
Selanjutnya, pikiran bawah sadar akan menganggap hal ini sebagai sebuah rencana untuk diwujudkan dengan menggunakan sebuah cara dan usaha. Oleh karena itu, berhati-hatilah ketika memikirkan sesuatu.
Jika Anda terbiasa berpikir tentang kegagalan menjalankan bisnis, bersiap-siaplah ketika Anda mencoba menjalankan bisnis; kegagalan akan menjadi sahabat setia bisnis Anda.
Perasaan takut hakikatnya adalah emosi dasar manusia yang bertujuan untuk melindungi diri.
Misalnya, melindungi diri dari rasa malu ditertawakan, dianggap bodoh atau ditolak. Padahal semua ketakutan yang muncul pada diri kita belum tentu menjadi realitas. Semua itu muncul disebabkan persepsi dari kita sendiri. Oleh karena itu, bayangkanlah hal yang positif. Anda bisa mengubah ketakutan menjadi hal yang indah dan menyenangkan.
Cobalah tarik napas yang dalam, lalu hembuskan sambil pejamkan mata Anda. sadari setiap napas yang masuk dan berembus. Berikutnya sembari tersenyum, bayangkan hal yang membahagiakan.
Contohnya, bayangkan Anda masuk dengan senyuman dan penuh rasa percaya diri, mempresentasikan hasil penelitian dengan penuh semangat, menjawab seluruh pertanyaan dosen penguji dengan mudah, dosen penguji selalu tersenyum kepada Anda, dan lain-lain. Lebih indah, kan? Pasti hasilnya juga akan lebih membahagiakan.
Setiap ide yang masuk ke alam bawah sadar akan tersimpan sampai terganti dengan yang baru. Tahukah Anda bahwa setiap informasi yang telah tersimpan di alam bawah sadar Anda akan bersifat permanen atau tersimpan dalam jangka waktu yang lama? Tidak peduli apakah informasi itu bersifat positif atau negative, makin lama ia menetap di alam bawah sadar, ia akan menjadi kebiasaan berpikir yang kuat, Informasi inilah yang akhirnya membentuk kebiasaan, persepsi atau kepribadian Anda.
Setiap sugesti yang diberikan selaras dengan sugesti selanjutnya. Jika suatu ide sudah masuk dan diterima oleh pikiran bawah sadar, sugesti berikutnya akan mudah untuk diterima. Oleh karena itu, disarankan, pada tahap awal pemberian sugesti, buatlah sugesti yang sederhana dan mudah dilaksanakan.
Setelah sugesti awal ini dapat berjalan dengan baik. Anda bisa menggantinya dengan yang lebih kompleks. Emosi negative akan cenderung memengaruhi perubahan fisik Anda bila dibiarkan bertahan cukup lama.
Seperti yang kita ketahui, 70% penyakit manusia dipengaruhi oleh pikiran (psikosomatik) dan sisanya disebabkan virus, bakteri dan lainnya yang membutuhkan penanganan medis dan obat-obatan.
Emosi dan pikiran negatif dalam kondisi tertentu akan berpengaruh pada kondisi tubuh. Jika hal ini diabaikan dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat mengakibatkan perubahan pada kondisi fisik yang bersifat permanen.
Artinya, fungsi tubuh atau organ tertentu dipengaruhi oleh reaksi sistem saraf terhadap pikiran negatif yang tersimpan di alam bawah sadar.
Ketika berurusan dengan pikiran bawah sadar dan fungsinya, makin besar upaya di pikiran sadar, makin kecil respons pikiran bawah sadar, makin kecil respons pikiran bawah sadar. Ya, cara kerja pikiran bawah sadar sangat berbeda dengan pikiran sadar.
Makin besar kehendak yang digunakan makin sulit mengakses pikiran bawah sadar. Saat Anda mulai merasa cemas, jangan paksakan terus mengerjakan sesuatu. Berhenti dan rileks terlebih dahulu.
Setelah merasa rileks, silahkan lanjutkan kembali pekerjaan Anda. Pikiran bawah sadar dapat kita akses dengan mudah; hanya dengan menggunakan pendekatan rileks dan mengizinkan sesuatu yang kita harapkan terjadi. Wakhyudi, 2019: 70)
2. Mengenali Penyebab Rasa Takut
Biasanya seorang dokter, untuk menyembuhkan pasiennya perlu mengenal terlebih dahulu jenis penyakit pasien dan jenis obat yang akan digunakan untuk mengobatinya.
Begitu pula jika Anda akan membuat satu minuman dengan rasa yang nikmat, maka Anda harus tahu dulu bahan apa saja yang diperlukan, juga bagaimana takaran yang sesuai.
Jadi, Anda hanya bisa menghasilkan secangkir kopi yang nikmat sesuai selera Anda jika Anda mengenal dengan baik bahan-bahan yang yang digunakan serta takarannya Anda perlu mengenal jenis kopi, jenis gula, bahkan jenis air yang digunakan.
Satu saja yang tidak dikenali dengan baik, maka hasil yang didapatkan tidak akan sesuai harapan. Misalnya, Anda tidak dapat mengenal dengan baik bentuk atau rasa gula.
Anda juga tidak bisa membedakan gula dengan garam. Tentu Anda tahu sendiri apa yang akan terjadi ketika Anda salah memilih gula dengan garam. Hal ini juga berlaku pada pengenalan potensi yang ada pada diri kita untuk kembangkan menjadi pendukung mencapai kesuksesan. Kita perlu mengenal dengan baik bentuk-bentuk hambatan, seperti apa penghalang kesuksesan kita, termasuk kesuksesan berbicara di depan umum.
Jadi, tidak ada namanya kegagalan, hanya umpan balik.
Hal ini menegaskan pada dasarnya, setiap orang bisa sukses.
Jika saat ini belum bisa, bukan berarti gagal mencapai kesuksesan. Lebih tepatnya, itu karena ia belum mengenal dengan baik pengetahuan yang tepat atau pengetahuan yang cukup untuk mencapai kesuksesannya.
Seorang ahli perang Tiongkok, Sun Tzu, pernah berkata:
“Apabila Anda tidak mengenal siapa diri Anda, Anda juga tidak mengenal siapa musuh Anda, maka dipastikan 1005 dalam setiap peperangan, kekalahan akan menjadi milik Anda.
Begitu pun dalam kehidupan sehari-hari, ketika Anda tidak mengenal siapa diri Anda dan tidak mengenal orang lain (lawan bicara Anda, atasan Anda, bawahan Anda), maka dipastikan Anda kalah dalam setiap interaksi.
Ketika Anda mengenal siapa diri Anda (kekuatan dan kelemahan Anda). Serta mengenal lawan Anda, maka dipastikan dalam setiap pertempuran.
Andalah pemenangnya. Dalam konteks kehidupan sehari-hari pun sama, ketika Anda mengenal secara baik seluruh potensi diri Anda, mencakup kelebihan dan kekurangan diri Anda, serta mengenal betul orang lain (rekan kerja Anda, atasan Anda, bawahan Anda maka dipastikan akan menang).
Menurut Wakhyudi (2019: 40), umumnya, gejala yang sering muncul ketika seseorang merasa takut atau tidak percaya diri berbicara di depan publik meliputi dua hal.
Pertama, gejala fisik berupa detak jantung yang berdebar lebih kencang, kaki gemetar, suara bergetar, keringat bercucuran. Kedua, gejala yang terkait dengan mental, seperti pengulangan kata atau kalimat, panik, malu, memori yang tiba-tiba hilang dan bicara terputus-putus.
Kesiapan mental untuk berbicara di depan publik dapat dibangun dengan cara mengurangi ketegangan fisik, yaitu dengan melakukan senam ringan. Anda tidak akan bisa menurunkan ketegangan mental jika otot seluruh tubuh masih tegang. Anda bisa memegang ujung jari dengan posisi badan berdiri membungkuk.
Setelah itu, tariklah napas panjang, tahan beberapa detik, kemudian hembuskan secara perlahan. Adapun cara lain yang efektif untuk menumbuhkan kesiapan mental yaitu dating lebih awal ke tempat acara.
Berbicara di depan umum memang bisa dikatakan gampang-gampang susah. Bagi yang sudah terbiasa, misalnya seorang pelatih atau motivator, berbicara di depan umum sangat mudah dilakukan, bahkan sangat menyenangkan dan mereka sangat menikmati kegiatan tersebut.
Biasa jadi berbicara di depan umum bagaikan melihat seekor monster yang siap memangsa; sangat menyeramkan dan menakutkan. Hal itu tak terlepas dari minimnya rasa percaya diri.
Padahal, kita tahu bahwa rasa percaya diri akan membawa pengaruh besar pada kesuksesan, termasuk keberhasilan berbicara di depan orang banyak.
Lebih Jauh Wakhyudi (2019: 41) menjelaskan bahwa pada umumnya, munculnya rasa tidak percaya diri disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Pertama, sering mengalami kegagalan. Apa yang terbayang dalam pikiran Anda ketika mendengar kata “gagal”. Mungkin beberapa memori peristiwa masa lalu akan muncul dengan jelas seketika otak Anda.
Seperti sebuah video. Anda dapat memutar kembali semua peristiwa itu dalam ingatan Anda. Sederet rangkaian kegagalan yang dialami seseorang di masa lalu dapat mengakibatkan terkikisnya rasa percaya diri dalam dirinya.
Tentu hal ini berdampak pada munculnya rasa takut atau khawatir berlebihan ketika ingin melakukan sesuatu, semisal takut mengalami kegagalan yang sama seperti sebelumnya.
Beberapa pertanyaan mungkin secara otomatis akan muncul di memori otak orang tersebut “Apakah saya mampu melakukannya? “Apakah saya bisa berhasil?”.
Atau mungkin muncul dalam bentuk pernyataan negatif; “Wah, kalau saya sudah pasti gagal”, “Saya tidak mungkin mampu”, “Saya tidak bisa”, “Saya menyerah saja”, “Itu terlalu sulit buat saya”, dan lain-lain.
Akhirnya, muncul satu pemikiran bahwa kesuksesan hanya milik sebagian orang, dan itu bukan dirinya. Kegagalan yang dialami seseorang juga sebenarnya ada penyebabnya sendiri antara lain malas, suka menunda-nunda, terlalu membesar-besarkan masalah dan sebagainya.
Kedua, mudah berputus asa. Maksudnya, mudah menyerah dalam melakukan sesuatu. Keputusan muncul karena seseorang tidak berani menghadapi masalah. Lalu, apa hubungannya dengan perasaan percaya diri?
Perasaan mudah menyerah atau berputus asa dapat memicu keraguan seseorang untuk melakukan sesuatu. Ragu terhadap kemampuannya sendiri dan ragu terhadap hasil yang hendak dicapai. Mudah berputus asa juga dapat memperbesar rasa takut gagal sebelum melakukan tindakan.
Keputusan bisa muncul lantaran terlalu dimanja oleh keluarga sejak kecil. Terbiasa menjalani hidup yang serba dipermudah orang lain mengakibatkan dirinya menggantungkan segala sesuatu kepada orang lain.
Akhirnya, ketika ia menjumpai satu permasalahan hidup, dirinya merasa tidak mampu untuk menyelesaikannya.
Ketiga, takut yang berlebihan. Takut adalah suatu kondisi merasa mental menghadapi sesuatu karena dianggap akan mendatangkan bencana bagi dirinya.
Setiap orang pasti pernah mengalaminya, termasuk Anda dan saya. Rasa takut biasanya disebabkan oleh pengalaman masa lalu, perasaan takut muncul karena dipicu oleh sesuatu yang dilihat, didengar, dirasa, dicium dan dicecap.
Gambaran, suara dan rasa itu muncul bisa dari diri atau dari imajinasi Anda sendiri. Perasaan takut digolongkan dalam dua jenis, yaitu authentic fear dan unreal fear.
Authentic fear adalah perasaan takut yang disebabkan adanya bahaya yang muncul saat itu, misal takut melihat anjing atau takut karena melihat preman.
Sedangkan unreal fear adalah perasaan takut yang disebabkan imajinasi tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Hal ini biasanya terkait dengan sesuatu yang tidak dinginkan atau persepsi yang muncul dari orang tersebut, misalnya takut berbicara di depan umum.
Ketakutan bisa juga disebabkan pola pendidikan dalam keluarga yang terlalu berlebihan, sering dilarang, atau khawatir yang berlebihan.
Rasa takut berlebihan yang dimaksud di sini adalah takut kepada hal yang sebenarnya tidak perlu ditakutkan. Jika hal ini dibiarkan, rasa percaya diri akan hilang.
Rasa takut terkait public speaking umumnya meliputi beberapa hal, yakni takut gagal atau ingin selalu sukses; takut dinilai tau dihakimi; takut blank atau tidak tahu harus bicara apa ketika berbicara di depan umum, dan takut menghadapi orang banyak.
Keempat, kemampuan komunikasi yang kurang baik.
Ketidakmampuan komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh keterbatasan wawasan, kecerdasan dan keterampilan berbahasa yang rendah.
Rendahnya kemampuan komunikasi seseorang dapat mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya diri ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih intelek.
Jika hal ini dibiarkan, bisa menjadi kendala bagi orang tersebut dalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Ketika proses penyesuaian diri dengan lingkungan terkendala, rasa tidak percaya diri otomatis akan muncul, sehingga orang tersebut akan terkesan sebagai orang yang pendiam dan tidak komunikatif.
Kelima, tidak memiliki status sosial. Status sosial dapat diartikan sebagai kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, bisa berupa pendidikan, kedudukan, jabatan, pekerjaan, atau pangkat.
Status social dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu secara alami atau sejak manusia dilahirkan (gelar bangsawan;kasta, diusahakan (gelar kesarjanaan, gelar Bupati, gelar Gubernur) atau karena pemberian (mahasiswa teladan atau guru berprestasi).
Tidak memiliki status sosial dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri, khususnya ketika orang tersebut sedang berhubungan dengan orang lain yang status sosialnya lebih tinggi.
Hal lain yang dapat memengaruhi tidak adanya rasa percaya diri pada seseorang yaitu kondisi ekonomi keluarganya.
Rasa tidak percaya diri ini mencakup komunikasi dan pembauran, yaitu ketika kondisi mengharuskan seseorang berkomunikasi dengan orang yang tingkat ekonominya tinggi atau menengah ke atas, padahal sesuatu yang terjadi dalam diri kita itu lebih penting daripada sesuatu yang terjadi di luar kita, syukuri dan berdayakan segala hal yang telah dikaruniakan Allah Subhanahu wata'ala
Berhenti mengeluh dan berlindung dari keterbatasan yang Anda buat sendiri. Yang perlu Anda lakukan hanyalah beraksi, nikmati segala proses menuju perubahan. Sekali lagi, saat ini yang perlu Anda lakukan hanya aksi, terus berlatih, terlibat langsung dalam public speaking.
Setelah itu, lakukan evaluasi sebagai tolak ukur seberapa besar peningkatan kualitas, public speaking Anda. Sadari bahwa perubahan Anda lebih penting dari segalanya.
Untuk mempersiapkan mental sebelum berbicara di depan publik, Anda perlu menerapkan beberapa prinsip sebagai berikut (Wakhyudi, 2019: 45):
a. Berbicara di depan publik bukanlah hal yang menakutkan. Dunia ini tidak akan hancur jika Anda tidak melakukan dengan baik.
Tidak ada hal yang buruk yang akan terjadi. Setelah presentasi Anda berakhir, semua akan baik-baik saja dan berjalan semestinya.
Kalaupun Anda melakukan kesalahan atau kegagalan, itu hal yang wajar, semua orang pernah mengalaminya. Jadi, lakukan dengan rileks saja.
b. Anda tidak perlu menjadi orang yang sempurna dan cerdas untuk berbicara di depan publik. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Rasa was-was yang ada dalam diri Anda adalah hal yang manusiawi dan dapat dikurangi dengan melakukan persiapan semaksimal mungkin.
c. Siapkan dua sampai tiga bahan pembicaraan atau pertanyaan, karena hal tersebut lebih mudah diingat audiens. Sebagai pengingat.
Anda dapat menuliskan poin-poin penting di selembar kertas kecil. Namun, perlu Anda ingat, Anda tidak boleh terlalu terpaku pada catatan di kertas kecil tersebut.
d. Tentukan tujuan dan sasaran agar komunikasi lebih terarah. Komunikasi yang tidak fokus atau keluar dari pembicaraan hanya akan membuat audiens merasa bosan.
e. Anda tidak perlu merasa menjadi pembicara publik.
Anda Cukup menyampaikan pesan kepada audiens agar acara lebih menarik dan dapat dipahami dengan baik.
f. Anda tidak harus menguasai atau mengendalikan semua audiens. Fokuskan perhatian pada audiens yang tertarik dan mendengarkan presentasi Anda
g. Ingat, sebagian besar audiens menginginkan presentasi atau penyampaian pesan Anda berhasil dan diterima dengan baik. Jadi lakukan tanpa merasa terbebani.
0 Response to "MENGATASI BEBAN DAN RASA TAKUT SAAT BERBICARA"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak