MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI UNTUK BERBICARA
APA ITU KEPERCAYAAN DIRI
Kepercayaan diri sering disebut sebagai kunci utama penentu keberhasilan seseorang.
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan mana pun.
Orang yang pandai secara intelegensi belum tentu memiliki rasa percaya diri yang baik, terkadang kepandaiannya belum tentu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Terkadang kita dapat melihat orang yang penuh percaya diri dari pembawaan dirinya
Berkaitan dengan pengertian kepercayaan diri, menurut Lauter Peter (2002: 4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Artinya seseorang yang mempunyai kepercayaan diri dapat dilihat dari karakteristiknya yaitu tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan dari orang lain, dan optimis.
Demikian pula dengan Thursan Hakim (2002: 6) yang menyatakan bahwa “kepercayaan diri adalah suatu keyakinan individu terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki dan dengan keyakinan tersebut membuat individu yang bersangkutan mampu dan biasa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya”.
Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi tersebut individu akan melihat keadaan dirinya, kemudian bagaimana individu lain melihat dirinya, dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bangga atau kecewa dengan keadaan diri sendiri.
Selanjutnya seperti yang dinyatakan oleh Daniel Goleman (2001: 68) bahwa melalui evaluasi diri, remaja dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang akan berkembang menjadi kepercayaan diri.
Goyahnya kepercayaan diri umumnya bersumber pada anggapan tertentu tentang dirinya yang menyebabkan kurangnya keberanian untuk bertindak maupun kurangnya penghargaan terhadap
kehebatan- kehebatan diri. Kepercayaan diri dikaitkan dengan kemampuan atau keberanian individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang bukan hanya membawa risiko fisik tetapi juga risiko-risiko psikologi.
Individu dapat dikatakan tidak memiliki rasa percaya diri jika individu tersebut tidak berani untuk berbicara atau tampil di depan umum, malu mengungkapkan ide-idenya dalam diskusi dan rapat.
Rasa percaya diri sangatlah diperlukan oleh setiap orang, terutama para mahasiswa untuk mendukung aktivitas perkuliahan dan organisasi sosial.
Tanpa rasa percaya diri, individu mungkin akan merasa sebagai orang yang asing, bahkan mungkin aneh. Beberapa aktivitas sangat membutuhkan rasa percaya diri misalnya saja ketika berada di depan umum untuk berpidato, mempresentasikan sesuatu yang telah dibuat dan untuk menyampaikan pendapat.
Oleh sebab itu kepercayaan dalam diri seseorang sangat penting untuk individu tersebut guna menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Sesuai dengan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah penilaian seseorang akan kesanggupan dan keterampilan yang dimilikinya yang menimbulkan ketegasan atau keyakinan untuk bertindak dalam area yang lebih luas.
Seorang mahasiswa memerlukan kepercayaan diri untuk berhasil dalam hidupnya, rasa percaya diri berperan dalam memberikan semangat serta memotivasi individu untuk bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang datang padanya maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan dalam hidupnya.
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI
Self confidence dikenal dengan percaya diri. Kebalikannya adalah minder yaitu kurang percaya diri. Seorang pembicara publik dituntut harus bisa menghancurkan perasaan minder sesegera mungkin karena minder tidak lain adalah tembok penghalang kesuksesan seorang pembicara.
Dengan kata lain, minder membatasi keberhasilan, menghalangi seseorang untuk mewujudkan sesuatu yang ingin ia capai dalam hidupnya.
Akan tetapi, sifat minder ini tidak bisa hilang begitu saja dengan cara memaksakan diri untuk percaya diri. Tugas seorang pembicara publik bukan melawan minder, tetapi bagaimana belajar untuk percaya diri dengan meyakinkan pada dirinya bahwa ia akan mengalami banyak kerugian bila tidak percaya diri.
Untuk itu, menurut Fitria Zelfis (2016: 148) pembicara publik juga harus mendeteksi penyebab-penyebab mengapa dirinya kurang percaya diri dan kemudian melakukan tindakan antisipasi dengan cara:
1. Menyadari Pentingnya Self Confidence
Percaya diri mutlak diperlukan oleh seorang yang berkarier di bidang public speaking. Ini adalah salah satu modal utama orang yang kurang percaya diri tidak akan bisa menjadi ahli dalam public speaking.
Mengapa seorang pembicara publik wajib memiliki self confidence? Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh bila seseorang memiliki percaya diri baik yaitu:
Pertama, bisa menyampaikan ide dan pikiran denganbaik ketika seseorang memiliki rasa percaya diri, ia akan leluasa akan leluasa dalam meyampaikan suatu penjelasan kepada orang lain. Ia tidak hanya bisa menjelaskan sesuatu, tetapi juga bisa membuat orang yakin kepada dirinya karena caranya dalam menyampaikan sesuatu sangat meyakinkan.
Sebaliknya, orang yang minder sering kacau dalam menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. Kalaupun ia bisa menyampaikan beberapa hal biasanya tidak maksimal.
Orang yang percaya diri menyampaikan sesuatu secara menyeluruh sementara orang yang minder biasanya tidak bisa menyampaikan sesuatu secata total, hanya setengah-setengah.
Kedua, tidak takut menghadapi berbagai masalah. Orang yang percaya diri selalu percaya dengan kemampuannya dalam menyelesaikan sebuah masalah. Ia selalu yakin bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya. Ia memiliki prinsip bahwa tidak ada masalah yang tidak akan terselesaikan asalkan ia mau mencari jalan keluarnya. Ia yakin bahwa setiap penyakit ada obatnya.
Menurutnya, masalah adalah hal biasa yang tidak bisa dihindari sehingga ia sudah tidak takut lagi bila dihadapkan pada masalah.
Ketiga, berani menerima tantangan. Orang yang percaya pada dirinya sendiri tak pernah menolak tantangan selama tantangan itu baik dan berguna untuk kemajuan dirinya. Tak peduli menang atau kalah, berhasil atau gagal, baginya yang terpenting adalah berani maju dan tidak kalah sebelum bertanding.
2. Mengetahui Gejala Minder
Seorang pembicara publik harus menilai dirinya sendiri apakah ia “terjangkit” virus minder atau tidak.
Dengan mengetahui apakah dirinya memang minder atau tidak, seorang pembicara publik bisa melakukan usaha penyembuhan. Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan tolak ukur untuk mengenali pribadi minder atau tidak minder.
Sebagaimana halnya virus yang mengganggu kesehatan, seperti pula minder yang mengganggu kepribadian seseorang. Untuk itu, setiap orang perlu mengetahui gejala-gejala minder. Berikut beberapa gejala minder menurut Elshabrina dalam Fitria Zelfis (2016: 155):
Pertama, Demam Panggung
Demam panggung adalah suatu keadaan yang mana seseorang mengalami ketakutan berbicara di depan orang banyak (public speaking phobia).
Kata demam adalah kata-kata yang akrab di telinga kita yang mana demam berkaitan dengan sesuatu yang tidak enak seperti panas dingin, keringatan, pusing dan sebagainya. Begitu juga dengan demam panggung sama tidak enaknya.
Demam panggung merupakan kekhawatiran, ketakutan atau fobia yang berhubungan dengan penampilan di depan penoton atau kamera.
Ketakutan dan kekhawatiran ini dapat mendahului atau menyertai penampilan di depan umum. Pada umumnya, apa pun yang berhubungan dengan panggung “biasanya” ada sebuah pola yang membuat si pelaku tersebut merasa grogi.
Memang tidak semua orang pernah mengecap rasanya tampil di depan umum, tetapi hampir semua orang yang tampil pertama kali di atas panggung ataupun mimbar pernah merasakan yang namanya demam panggung.
Demam panggung yang dialami oleh orang minder lebih kepada perasaan ketidaksiapan dan ketidakpercayaan terhadap dirinya sendiri. Selain karena merasa dirinya tidak mampu untuk tampil dengan baik, tetapi juga stres memikirkan apa penilaian orang tentang dirinya.
Kedua, Sulit Bergaul
Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Ini dilakukan agar keberadaan manusia mampu bertahan dalam lingkungannya. Kebalikan dari penyesuaian diri yang baik adalah tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Sulit bergaul dapat juga dikatakan dengan keadaan seseorang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya.
Saat seseorang tidak mampu menyesuaikan dirinya terhadap orang lain maupun lingkungannya, orang tersebut bisa dikatakan kurang berhasil dalam beradaptasi.
Hal ini secara tidak langsung bisa menambah rasa tidak percaya diri dalam bersosialisasi. Ia tidak hanya kesulitan mengenai dirinya sendiri, tetapi juga mengenal orang lain. Ia mengalami kesulitan dalam bergaul.
Kesulitan bergaul bisa berupa tidak mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif, susah memahami jalan pikiran orang lain, tidak bisa menerima budaya dan kebiasaan yang lain dari dirinya. Di samping itu, ia juga tidak bisa membaca situasi orang lain sehingga ia tidak bisa membawa dirinya dengan baik di tengah-tengah pergaulan dengan teman-teman di masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Ketiga, Memiliki Sedikit Sahabat
Salah satu gejala minder yang harus diperhatikan adalah kebiasaan yang suka menolak orang lain. Ia tidak terlalu suka kehadiran orang lain terutama orang yang baru dikenal.
Ketika ada yang ingin mendekatinya dan mengenalinya lebih lanjut, ia malah berusaha menghindar dari orang tersebut. Ia selalu merasa kurang nyaman jika ada seseorang yang mendekatinya.
Menolak orang lain disebabkan oleh perasaannya sendiri yang mana ia takut mengecewakan orang lain, tidak bisa membahagiakan dan memberikan yang terbaik untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain.
Bukan karena semata perasaan bencinya. Ia khawatir tidak bisa bergaul dan memahami sahabat-sahabatnya, orang yang menyukainya dan sebagainya. Ia selalu menolak bila diajak pergi bersama.
Menurutnya, menolak adalah sesuatu yang lebih baik ketimbang menerima seseorang menjadi temannya, tetapi justru nanti ia tidak bisa membuat temannya itu bertahan di sisinya karena kekurangan-kekurangannya.
Keempat, Tidak Berani Memulai
Salah satu gejala penyakit minder adalah tidak berani untuk memulai sesuatu. Ia takut akan diperhatikan oleh semua orang. Kalau ia menjadi pusat perhatian tentu saja ia merasa orang akan menyorot kelemahan-kelemahan dirinya.
Berani memulai berarti menjadi membuka atau yang pertama baik itu dalam sebuah diskusi, seminar, mengenalkan diri dan sebagainya.
Orang minder selalu tidak ingin berada di depan, tidak suka mencolok dan menjadi orang pertama karena ketakutan akan kemampuan dirinya.
Ini adalah gejala minder yang akut. Ia memang tidak akan pernah aman untuk memulai sesuatu, termasuk memutuskan apa yang paling penting untuk masa depannya. Ia tidak berani menjadi yang terdepan dan juga tidak berani bergabung dengan orang-orang yang terdepan.
Kelima, Merasa Rendah Diri
Rasa rendah diri adalah keadaan emosi yang mengakibatkan munculnya berbagai perasaan negatif seperti kegelisahan, rasa tidak aman, rasa tidak mampu, takut gagal.
Rendah diri merupakan gejala satu pribadi yang kurang mampu dalam melihat eksistensi dirinya pada tatanan kehidupan sosial. Sehingga dengan begitu, pribadi yang terjangkit “virus” rendah diri tersebut cenderung mengklaim keberadaan dirinya berbeda dan merasa tidak berguna di hadapan orang lain. Merasa lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal.
Rada rendah diri adalah kondisi psikologis yang berakar dari pengalaman masa kecil dan diwujudkan dalam kehidupan dewasa. Mereka yang menderita rasa rendah diri secara terus-menerus akan merendahkan dirinya sendiri.
Sebagian orang mungkin sudah diajarkan untuk mengenali, dan mengeliminasi dirinya saat beranjak dewasa sehingga tidak lagi merasa rendah diri.
Keenam, Tegang atau Grogi
Orang yang minder biasanya suka salah tingkah, bimbang, ragu, kaku, tegang atau grogi ketika berhadapan dengan orang lain yang baru dikenal sehingga tingkah lakunya terlihat dingin atau seperti dibuat-buat. Ia seolah-olah tidak menjadi dirinya sendiri.
Seperti memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang berada di luar kebiasaannya.
Seorang yang tegang dapat dilihat dari matanya, wajah, dan bahasa tubuh lainnya.
Tegang atau grogi memang hampir dialami oleh semua orang. Mungkin tegang karena merasa orang yang dihadapi adalah orang yang superior sementara dia merasa dirinya inferior. Rasa tidak percaya diri membuat ia semakin grogi dalam menghadapi berbagai hal. Apalagi kalau diperhatikan oleh orang lain, ia akan menjadi lebih tegang lagi.
Berbeda dengan orang yang percaya diri yang mampu mengendalikan suasana, berpikir dengan tenang, dan berbicara dengan tenang.
Ketujuh, Sensitif
Orang yang sensitif adalah orang yang kurang bisa mengontrol emosi, kesabaran, lebih sering berpikir negatif,begois, berhati dan berpikiran sempit.
Sifat sensitif itu gampang sekali dialami oleh setiap orang. Sifat sensitif biasanya terjadi bila ada kesalahpahaman antara teman, sahabat, bahkan dengan orang yang kita cintai.
Namun, itu semua wajar, sifat cemburu juga hampir sama dengan sensitif. Kalau kita kurang komunikasi, apalagi salah komunikasi, sifat itu selalu muncul dan sampai-sampai menuduh teman kita macam-macam, pikiran jelek langsung muncul di benak seseorang.
Orang yang minder mudah dan cepat sensitif. Kenapa demikian? Orang minder selalu melihat pada kekurangan dirinya dan tidak hanya itu, ia juga marasa orang lain memperhatikan kekurangannya.
Ketika ada orang lain yang sedang membicarakan sesuatu, ia merasa dirinyalah yang dibicarakan oleh orang lain, meskipun pada kenyataannya bukan dia yang dibicarakan.
Atau, memang orang sudah jelas-jelas membicarakan tentang dirinya, aka ia mungkin bisa marah, memberontak, dan sebagainya. Ia tidak suka dirinya dibicarakan oleh orag lain apalagi sesuatu yang ia anggap kurang dalam dirinya, ia merasa hal itu menurunkan harga dirinya.
Kedelapan, Merasa Bermasalah dengan Penampilan
Salah satu gejala minder adalah merasa berasalah dengan penampilan. Orang yang seperti ini adalah orang yang tidak pernah mau menerima kenyataan apa yang ada pada dirinya.
Dia merasa penampilannya terus bermasalah walau bagaimanapun ia memperbaikinya. Ia cenderung terbawa arus, ini disebabkan karena memang kurang percaya diri itu sudah mulai bersarang dalam dirinya, sehingga tidak pernah puas akan penampilannya.
Awalnya seseorang merasa bahwa penampilannya kurang dalam hak bajunya, ia pun berusaha mengubah penampilan bajunya. Begitu pun ketika melihat teman yang baru memakai pakaian baru, ia kemudian beruasaha untuk mengubah lagi penampilannya, begitu terus-menerus. Ia tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya.
3. Mengidentifikasi Penyebab Minder
Ketika seorang public speaker mendapati bahwa dirinya menderita gejala minder, maka ia harus melakukan identifikasi dari mana munculnya sifat minder tersebut. Ia harus menemukan masalah utama yang menyebabkan dirinya menjadi kurang percaya diri.
Dalam tulisannya Elshabrina (2012) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat memicu munculnya rasa minder yaitu:
Pertama, diremehkan dan dianggap tidak penting.
Sifat minder akan semakin bercokol bila seseorang semakin sering atau diremehkan terus-menerus. Dianggap rendah dan disepelekan oleh orang lain memang menyakitkan. Selain membuat hati terluka, diremehkan atau dianggap tidak penting berpengaruh buruk terhadap pengembangan diri seseorang.
Seseorang cenderung kehilangan rasa percaya dirinya bila harga dirinya turun atau direndahkan oleh orang lain. Ia merasa dirinya tidak lebih baik dan tidak berkualitas dibanding orang-orang di sekitarnya. Semakin sering seseorang diremehkan, maka bisa jadi ia akan semakin menutup diri dari pergaulan dan semakin susah baginya untuk membangkitkan rasa percaya dirinya.
Kedua, korban kemarahan orang tua.
Seseorang menjadi kurang percaya diri bisa jadi karena pengaruh pendidikan orang tuanya. Memperhatikan pola pendidikan dan pengasuhan yang dilakukan orang tua perlu dilakukan untuk menemukan penyebab minder. (h.170)
Mungkin seseorang tidak sadar bahwa perlakukan orang tua telah membentuk rasa mindernya dalam bergaul dengan orang lain. Begitu juga perlakuan saudara. Kakak yang suka menyepelekan dan memarahi adiknya terus-menerus akan membuat sang adik kurang percaya diri.
Selain itu dimarahi terus-menerus juga akan membuat hati seorang anak semakin dongkol dan ciut nyalinya. Ia akan beranggapan bahwa apa yang ia kerjakan tidak ada benarnya dan selalu menurut orang tua.
Ketiga, kurang kasih sayang dan pujian.
Minder juga bisa muncul karena kurang medapat kasih sayang, penghargaan atau pujia dari keluarga dan orang-orang terdekatnya seperti sahabat. Pujian adalah dorongan yang bisa membuat seseorang berbuat melewati batas kemampuannya.
Dalam situasi dan kondisi yang seperti itu, seseorang tidak hanya akan kekurangan kasih sayang tetapi juga perhatian, penghargaan dan pujian.
Ketika perhatian tidak ada, tidak ada tempat berbagai dalam suka dan duka, tidak ada yang memberikan semangat dan penghargaan, maka hati dan pikiran seseorang akan gersang.
Di kala gundah dan sedih tidak ada tempat untuk berbagai sehingga jiwanya tertekan. Semua beban pikiran dan hatinya semakin menumpuk.
Jika tidak ditangani dari awal dan diabiarkan, hal ini bisa berlanjut dan ia akan megalami kelainan psikologis seperti stress, depresi, dan sebagainya. Ia bermasalah dengan dirinya sendiri yaitu perjuangan untuk melawan pertentangan dalam diri sendiri sehingga dimungkinkan ia akan kehilangan kepercayaan diri.
Keempat, Trauma kegagalan.
Trauma kegagalan di masa lalu juga dapat memicu munculnya sifat minder. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa suatu kepribadian bisa berubah dari yang baik menjadi kurang baik atau malah lebih buruk atau sebaliknya,dari yang tidak baik kepada yang baik. Seperti halnya, ada orang yang sangat percaya diri, penuh semangat dan kreatif.
Ia dengan penuh keyakinan mewujudkan impiannya. Akan tetapi, ternyata kemudian ia mengalami kegagalan.
Hasilnya tidak sesuai dengan yang ia merencanakan dan harapkan. Dalam keadaan yang seperti ini ada dua tipe orang, yaitu pertama, orang yang langsung putus asa, malu serta minder atas kegagalannya. Kedua, orang yang mengesampingkan rasa pesimis dan rasa malu karena dicemooh orang lain dengan tetap mempertahankan sikap percaya dirinya.
Orang pertama akan benar-benar terjatuh dan menetap dalam lubang kegagalannya. Perasaan malu dan tidak percaya diri akan menjadi penghalang baginya untuk bangkit lagi. Ia dilanda dua ketakutan, yaitu pertama, ketakutan akan ketidakmampuan diri untuk berhasil atau dengan kata lain takut gagal lagi dan gagal lagi. Baru sekali mencoba, rasa percaya dirinya yang begitu luar biasa langsung hilang. Ini dialami oleh orang-orang berkepribadian lemah yang sekali dihantam masalah atau tantangan langsung menyerah. Ia hanyut bersama tantangan, bukan tetap berdiri meskipun sebelumnya ia adalah orang yang sangat percaya diri dan penuh keyakinan akan kemampuan diri sendiri.
Kedua, ketakutan akan penilaian buruk dari orang lain seperti perkataan orang lain yang merendahkan dirinya,
yang menganggap dirinya adalah orang yang tidak berkompeten, hanya memiliki ide-ide yang cemerlang, tetapi tidak punya kemampuan untuk membuatnya menjadi kenyataan. Mungkin hanya sebagian kecil di antara orang sekelilingnya yang benar-benar memiliki pemikiran seperti itu kepadanya, tetapi karena sifatnya yang mudah tidak percaya diri dan menyerah, ia menganggap semua orang menatapnya dengan pandangan yang tajam dan tidak enak.
Alhasil, ia tidak akan memperoleh apa pun dalam hidupnya kecuali dikuasai oleh rasa mindernya.
Kelima, pengaruh lingkungan
Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal atau menetap, bergaul dan melakukan banyak aktivitas.
Tentu saja, faktor lingkungan adalah faktor yang tak kalah penting pengaruhnya terhadap pembentukan watak dan karakter, selain peranan orang tua. Di samping itu, sudah tak asing bagi kita mendengar bahwa siapa yang bergaul, berada atau meniru suatu kelompok, maka secara tidak langsung adalah bagian dari kelompok tersebut.
Hal tersebut tidak selamanya benar, tetapi hal tersebut menunjukkan betapa hebatnya pengaruh dari lingkungan terhadap diri seseorang, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, sahabat dan sebagainya.
Lingkungan keluarga adalah faktor intern, sedangkan selebihnya adalah faktor ekstern.
Seyogianya, selain menciptakan iklim pendidikan dan pengajaran yang bagus dalam keluarga orang tua juga harus lebih jeli terhadap faktor luar, yaitu lingkungan, karena anak akan bergaul dengan lingkungan di mana ia berada. Anak bukanlah “binatang peliharaan” yang bisa dikurung di rumah oleh si pemiliknya.
Ketakutan terkontaminasinya anak oleh pergaulan di luar rumah seharusnya tidak serta merta membuat orang tua menutup akses kepada anak untuk mengenal dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Hal yang harus dilakukan adalah mengawasinya dan membatasi pergaulannya.
Bila seorang anak tidak paernah minder dalam keseharian di keluarganya, mungkin yang menyebabkan minder adalah pengaruh lingkungan.
Seseorang bisa menjadi minder apabila selalu dilarang, disalahkan, tidak dipercaya, diremehkan oleh lingkungannya. Mungkin teman sebayanya yang menganggap rendah dirinya dan mengucilkannya dalam bermain. Atau mungkin teman-teman di sekolah yang menganggapnya bodoh dan selalu mencemoohnya ataupun warga sekitar yang menertawakan diri si anak bila anak punya kekurangan. Hal-hal tersebut membuatnya jadi takut melakukan sesuatu.
Enam, kurangnya kemampuan berkomunikasi.
Dalam berinteraksi dengan keluarga maupun masyarakat disatukan oleh media komunikasi yang baik, yang bentuknya nonverbal seperti bahasa tubuh maupun verbal berupa bahasa yang digunakan.
Mungkin juga, saat berkomunikasi seseorang tidak menyadari bahwa komunikasi yang begitu mudah dan sederhana mampu mengubah atau terkadang memperburuk keadaan karena adanya kesalahan dalam berkomunikasi.
Secara gamblang komunikasi adalah interaksi yang disampaikan manusia satu dengan manusia lainnya dengan menggunakan bahasa tubuh maupun lisan, sehingga yang disampaikan mampu di mengerti dan dipahami oleh orang yang diajak berinteraksi, tidak pedului bahasa apa yang digunakan dan apa medianya, yang terpenting adanya hubungan timbal balik, yakni mengerti maksud dan tujuan dari yang disampaikan.
Begitu pentingnya komunikasi sehingga setiap harinya hampir bisa dikatakan bahwa setiap orang menjalin komunikasi dengan sesamanya. Memang semua orang bisa berkomunikasi, tetapi belum tentu semua orang mampu berkomunikasi secara efektif.
Ada orang yang berusaha menyampaikan pikirannya dengan baik, tetapi ternyata orang lain sama sekali tidak mengerti dan menangkap apa yang disampaikan, padahal idenya sangat bagus.
Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah keterampilan berkomunikasi yang baik akan semakin meningkatkan percaya diri seseorang. Sebaliknya, orang yang memiliki kekurangan tertentu sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain secara maksimal akan merasa kurang percaya diri.
4. Ingat setiap orang memiliki Kesempatan yang Sama
“Tidak ada gading yang tak retak” itulah istilah yang pantas diberikan kepada manusia, tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan. Ini semua hanyalah suatu hal yang bagus jika kesalahan tersebut dijadikan sebuah pelajaran. Seseorang yang menjadikan kesalahan masa lalunya sebagai pelajaran baginya untuk lebih hati-hati dalam melakukan sesuatu.
Harus diingat semua masalah yang ada di dunia ini tidak akan pernah bisa menghancurkan seorang anak manusia, kecuali jika masalah-masalah tersebut mampu merasuk ke dalam jiwanya. Keberhasilan akan datang pada mereka yang bersedia untuk belajar mengatasi semua rintangan dalam hidupnya.
Kesalahan masa lalu adalah guru yang baik untuk dipedomani agar tidak kembali terjatuh ke dalam lubang yang sama.
Namun, jika seseorang malah merasa malu, minder dan tidak percaya diri karena kesalahan yang pernah ia perbuat, itu adalah sebuah sikap yang kurang baik, karena memang kita harus belajar dari kesalahan yang pernah kita buat, bukannya hancur karena kesalahan masa lalu.
Dengan begitu hidup akan semakin baik, dan benih-benih minder akan dapat teratasi, akan timbul sikap percaya diri dan tampil dengan semangat yang menyala-nyala.
Ada dua hal yang perlu Anda perhatikan agar tidak merasa minder atas kesalahan masa lalu, yakni:
Pertama, Jadikanlah Kesalahan Sebagai Guru. Banyak orang yang bijak yang mengatakan bahwa guru yang paling baik adalah pengalaman, baik itu pengalaman baik ataupun pengalaman buruk.
Jika kita berbicara tentang pengalaman yang baik, maka ini adalah suatu pelajaran yang harus tetap dilakukan agar rasa percaya diri itu tetap ada.
Kedua, Berhati-hati Dalam Bersikap. Seseorang yang telah telanjur melakukan suatu kesalahan di masa lalunya dan dengan membuatnya merasa minder.
Hal yang perlu dilakukannya adalah tetap merasa percaya diri dengan bersikap hati-hati dalam perbuatannya. Jangan sampai kesalahan yang penah diperbuat terulang kembali.
Anda harus menjadikan sikap hati-hati ini agar rasa minder itu tidak datang di kehidupan Anda.
Ketiga, Berani Mengambil Resiko. Komitmen atau tekad untuk berubah bukanlah sesuatu yang gampang dimiliki oleh semua orang. Karena memang suatu tekad yang besar akan dihadang oleh risiko. Cobalah untuk berusaha dan berbuat secara nyata.
Tanamkan pada diri Anda bahwa Anda tidak akan mendapatkan sesuatu tanpa adanya resiko. Apa pun yang anda lakukan pasti ada dampaknya. Tidak ada suatu perbuatan yang tidak beresiko, berdagang, belajar, bahkan orang berbuat baik menolong orang pun juga punya resiko.
Jadi menagapa harus takut untuk mengambil resiko? Kita adalah manusia yang memiliki akal dan pikiran, jika mendapatkan suatu masalah karena berbuat sesuatu, ya karena itu resikonya, yang bisa dilakukan adalah mengganti resiko tersebut dengan kebaikan dan kerja keras.
Keempat, Fokus Pada Kelebihan Diri. Fokuslah pada potensimu karena sesungguhnya dalam dirimu terdapat potensi yang kuat. Dengannya Anda bisa menggapai prestasi diri.
Jangan pernah berfokus pada kekurangan karena semakin Anda terfokus pada kekurangan diri, maka semakin besar peluang Anda bagi sikap minder, ingin menyendiri dan malas bergaul, melekat dalam diri Anda.
Merasa bentuk fisik tidak sempurna. Padahal, berapa banyak tokoh besar yang tetap percaya diri meskipun secara fisik kurang menarik? Kecacatan tidak menghalangi orang untuk berkarya.
Sebenarnya seseorang itu tidak hanya dilihat dari bentuk fisik semata, tetapi yang dilihat itu adalah perbuatan dan tingkah lakunya, jadi tidak ada alasan bagi Anda untuk minder karena alasan bentuk fisik yang tidak sempurna ini.
Hal yang paling baik adalah dengan fisik yang dimiliki, baik itu sempurna atau tidaknya menjadikan Anda tetap percaya diri dan memiliki karya dan prestasi, jangan samapi fisik yang tidak sempurna berhasil membuat Anda merasa rendah dan minder untuk terus membuat sesuatu yang cemerlang dan tampil dengan prestasi yang memuaskan. Buktikan kepada mereka, bahwa bentuk fisik bukanlah jalan yang mampu membuat Anda Minder dan rendah diri (h. 2018)
Kelima, Melatih Mental. Berbicara tentang mental selalu dikatakan dengan kepercayaan diri dan rasa minder. Orang yang unggul adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan memusnahkan rasa minder.
Para ahli banyak yang mengatakan bahwa percaya diri adalah modal yang sangat penting untuk meraih kesuksesan. Hal ini juga menjadi pembeda antara pemenang dan pecundang.
Percaya diri merupakan sikap positif seseorang yang mampu mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan dan situasi yang dihadapinya.
Bukan berarti ia mampu dalam segala hal. Ia tetaplah manusia dengan segala keterbatasannya, tetapi pada saat yang sama ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa melakukannya.
Hal ini semata-mata didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistis terhadap diri sendiri. Ingat, setiap orang itu berbeda dengan keistimewaannya masing-masing.
Kesadaran akan hal tersebut, akan membantu Anda untuk mengungkap keistimewaan yang Anda miliki. Hal ini akan mendorong Anda untuk bangkit dan bergerak dengan percaya diri, merumuskan cita-cita hidup dan mendukung tercapainya cita-cita tersebut.
Berhentilah, menjadi orang minder, yang sering kali cepat menyerah, tersiksa atas kesuksesan orang lain, kehilangan percaya diri, sensitif, hingga tidak memiliki minder sama sekali.
Jika anda masih merasa kurang dalam beberapa sisi, jangan memposisikan diri dalam posisi bertahan dan lari dari kenyataan.
Ini semua bukanlah solusi. Anda akan tetap saja seperti ini. Keunggulan seseorang dilihat pada kematangan pribadinya.
Kehidupan yang dinamis membutuhkan proses berhubungan baik dengan orang lain yang mana hal itu akan berpengaruh pada kesuksesan.
5. Mencari dan Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan watak seseorang.
Oleh karena itu, untuk menjadi orang yang percaya diri salah satu jalannya adalah dengan mencari lingkungan yang baik, yang kira-kira menunjang dan meningkatkan kualitas kepribadian.
Memang waktu yang kondusif bisa diciptakan, begitu pun dengan lingkungan yang kondusif bisa diciptakan. Namun, karena lingkungan menyangkut orang banyak, maka untuk mengkondisikan lingkungan haruslah ada kesamaan visi dan misi orang yang tinggal di lingkungan tersebut.
Bila tidak terdapat kesamaan pandangan untuk memperbaiki lingkungan bersama-sama, maka mulailah dari dirimu sendiri.
Bila orang-orang disekitar; lingkungan tetap mempertahankan iklim yang tidak bagus, maka cobalah bentengi diri.
Bentengi diri dengan membuat lingkungan yang kondusif untuk dirimu agar tidak mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar yang banyak merusak kepribadianmu.
Perbanyaklah bergaul dengan orang-orang yang memiliki percaya diri tinggi. Sebab, rasa percaya diri itu pun bisa menular. Bila kamu berteman dengan orang penakut, maka kamu akan menjadi orang penakut pula. Bila kamu berteman dengan kelompok orang yang memiliki kepribadian yang baik, maka kepribadianmu juga akan sedikit-sedikit membaik.
Memupuk Semangat. Motivasi layaknya makanan yang dibutuhkan setiap hari, setiap saat agar Anda tetap kuat.
Orang yang unggul dalam kepribadiannya adalah orang yang memiliki motivasi yang tinggi dalam hidupnya. Ia memiliki semangat yang luar biasa, selalu terlihat tersenyum manis diwajahnya. Ia selalu antusias dan menyenangi setiap apa pun yang dilakukannya. Ia selalu yakin bahwa ia memiliki semangat yang tinggi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia pasti akan mendapatkannya.
Inilah salah satu hak yang biasa menghilangkan penyakit minder yang bersarang dalam tubuh Anda, yakni dengan terus memupuk semangat. Tunas yang dulunya kecil, bila dipupuk terus-menerus akan tumbuh dan besar seiring berjalannya waktu, begitu pulalah halnya dengan memupuk semangat.
Orang yang hanya mempunyai dengan motivasi tinggi, maka semangat yang ada di dalam dirinya akan semakin tumbuh dan tumbuh.
Dengan bermodal semangat itulah ia akan mampu untuk menghadapi segala rintangan, kesusahan, kepedihan bukanlah alasan yang mempan membuat Anda menjadi orang yang lemah dan tidak bernyali untuk bangkit dan bergerak beriringan dengan orang lain.
0 Response to "MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI UNTUK BERBICARA"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak