KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Perlu dipahami bahwa semua orang dapat berkomunikasi dengan baik, bisa menjadi public speaker tanpa memandang status, ekonomi, pendidikan, jabatan ataupun pekerjaan, karena dasarnya setiap orang memiliki sumber daya dalam diri sendiri untuk mencapai apa yang diinginkan.
Public speaking merupakan salah satu bentuk seni berkomunikasi, diartikan sebagai suatu keterampilan seni berbicara di depan khalayak umum yang membuat seseorang lancar dan tepat dalam berbicara, mampu mengontrol emosi, memilih kata dan nada bicara, mampu mengendalikan suasana, serta menguasai materi atau bahan pembicaraan.
Menurut Tantowi Yahya dalam (Wakhyudi, 2019: 3), public speaking merupakan suatu rangkaian teknik yang dilatih, dipraktikkan dan dimanfaatkan untuk berbicara di depan publik. Pendapat tersebut menegaskan bahwa kegiatan public speaking lebih menekankan pada “bagaimana” Anda menyampaikan gagasan, bukan pada
“apa” yang disampaikan. Oleh karena itu, Anda harus memiliki teknik tersendiri untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada khalayak umum.
Kegiatan public speaking dianggap sebagai sarana komunikasi sebab dalam kegiatan tersebut, terjadi suatu bentuk percakapan yang memerlukan umpan balik. Lalu siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut?
Dalam komunikasi ada lima komponen penting, yaitu; pengirim pesan, pesan yang dikirimkan, bagaimana pesan itu disampaikan; penerima pesan dan umpan balik. Pada hakekatnya peristiwa komunikasi terdiri atas Komunikator, pesan dan komunikan. Semua itu akan berfungsi melalui saluran yang disebut media, si pembawa pesan atau komunikator harus mampu menyajikan gagasan dengan tepat, cepat, dan taktis kepda komunikan.
Komunikasi pada dasarnya adalah upaya meraih perhatian minat, kepedulian, simpati, tanggapan atau respons dari orang lain. Hal tersebut menegaskan bahwa setiap komunikasi harus bersifat dua arah; ada timbal balik atau respons dari orang lain.
Oleh karena itu, ada baiknya dipahami dengan baik lima hukum komunikasi yang efektif. Kelima hukum komunikasi efektif tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan publik (Wakhyudi, 2019:5).
Pertama, menghormati dan menghargai audiens, sikap ini harus senantiasa dimunculkan karena pada dasarnya, semua orang ingin dihormati dan dihargai, ketika kita berbicara sebaiknya santun dalam menyampaikan siapa pun hadirin pada saat itu.
Kedua, empati, yaitu kemampuan menempatkan diri pada situasi yang dirasakan orang lain. Empati juga dapat diartikan sebagai kemampuan mendengar dan bersikap perspektif atau siap menerima masukan apa pun yang bersifat positif. Rasa empati akan membantu Anda menyampaikan pesan dengan baik sehingga pesan dapat diterima audiens dengan mudah.
Ketiga, audible, yaitu setiap komunikasi harus dapat didengarkan dan dipahami dengan baik. Artinya, setiap pesan yang Anda sampaikan kepada orang lain harus dapat diterima dan dipahami dengan baik. Hukum ini mengacu pada kemampuan Anda dalam menggunakan beragam media, perlengkapan atau alat bantu visual agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik pula.
Keempat, kejelasan, yaitu setiap pesan yang Anda sampaikan harus dapat diterima dengan baik sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran atau interpretasi yang berbeda. Kejelasan suatu pesan juga dipengaruhi oleh kualitas suara dan penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa yang sulit dipahami audiens akan membuat tujuan pidato atau presentasi Anda tidak tercapai.
Kelima, sikap rendah hati, yaitu tidak sombong dan menganggap diri paling penting ketika berbicara di depan public. Sikap ini terkait dengan hukum yang pertama, yakni untuk menumbuhkan rasa menghargai orang lain.
Berbicara di depan umum dapat menjadi alat yang ampuh untuk memotivasi, memengaruhi orang, berbagi informasi atau sekadar memberikan hiburan. Slagel menegaskan bahwa inti public speaking adalah penyampaian pesan kepada audiens yang tidak hanya melibatkan kata, tetapi juga bahasa tubuh, suara dan visual.
Secara umum public speaking memiliki beberapa kegunaan di antaranya menyampaikan ide atau gagasan secara sistematis dan runtut, memengaruhi massa dan orang lain, menyampaikan dan mempertahankan pendapat, mengikuti sebuah diskusi dengan baik.
Melakukan pidato di depan umum, menambah percaya diri, menyampaikan presentasi, memimpin siding, rapat
dan diskusi; menambah kewibawaan dan citra diri, sarana pengembangan diri, sarana pembelajaran kepada orang lain.
Public speaking juga merupakan cara yang baik untuk menyusun dan menyampaikan gagasan secara efektif guna mengubah orang lain. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk menjauhi kegiatan ini. Public speaking menjadi suatu pilihan yang harus dijalani. Mulailah menetapkan langkah untuk suatu perubahan besar dalam hidup Anda. Melalui public speaking, Anda akan mendapatkan banyak hal berupa penghargaan, rekan dan Suasana baru.
Kemampuan terlibat dalam percakapan yang menarik adalah salah satu aset terbaik yang bisa dimiliki seseorang. Kemampuan itu menjadi alat bantu yang sangat baik untuk kesuksesan bisnis dan sosial serta membuat pihak yang terlibat dalam percakapan juga menjadi lebih senang.
Tak ada yang bisa memberikan kita kesan baik, terlebih kepada mereka yang tidak mengenal kita secara mendalam, selain kemampuan bercakap-cakap dengan baik. Pintar bercakap-cakap, mampu membuat orang tertarik, menarik perhatian mereka, menarik mereka kepada kita secara alami adalah pencapaian kita yang sangat besar. Hal itu tak hanya membantu memberikan kesan yang baik kepada orang asing, tetapi juga membantu kita mendapatkan teman dan menjaganya; membantu kita menjalani kehidupan di dunia; dan membuat Anda mendapatkan klien, pasien atau pelanggan.
Itu alat bantu yang memungkinkan kita membujuk orang menerima gagasan kita, mengikuti kepemimpinan kita, dan membeli produk kita.
Percakapan adalah medium untuk mengembangkan kekuasaan yang luar biasa. Akan tetapi, bicara tanpa berpikir, tanpa upaya mengekspresikan diri dengan jelas dan tepat, akan merugikan kita. Berbasa-basi atau bergosip tidaklah mengesankan. Percakapan itu bersifat terlalu dalam untuk usaha yang bersifat superfisial. Tak ada hal lain yang bisa dengan cepat mengindikasikan kebaikan atau keburukan budaya kita, cara kita dibesarkan, selain percakapan kita. Apa yang kita katakan dan cara kita mengatakannya akan membuka seluruh rahasia kita, akan memberikan gambaran diri kita yang sesungguhnya pada dunia.
Menurut Dale Carnegie (2019: 27), kecerdasan, kekuatan otak, keahlian dalam suatu bidang bisa membantu, tetapi itu bukan penyebab utama pembicara yang baik merebut perhatian orang lain. Kita harus membuat orang merasakan empati kita merasa bahwa mereka berhadapan dengan sosok yang tulus. Jangan sapa orang dengan “Apa kabar?” atau “Senang bertemu dengan Anda” yang kaku, tanpa perasaan ataupun kepekaan di dalamnya.
Bersikap luwes lah dalam percakapan dan adaptasikan diri Anda menghadapi watak yang berbeda-beda. Tatap mata orang yang kita ajak bicara dan buat mereka merasakan kepribadian kita. Tersenyumlah kepada mereka dan berikan kata-kata yang baik kepada mereka sehingga mereka pun merasa senang jika bertemu kita lagi.
Carnegie menambahkan bahwa jika kita ingin menjadi pembicara yang menyambut dengan hangat, kita harus menanamkan keramah-tamahan. Kita harus membuka pintu hati kita lebar-lebar, bukannya, seperti yang banyak dilakukan orang lain, membukanya sedikit saja, seakan-akan berkata kepada orang yang kita temui, “Kau boleh mengintip sedikit, tapi kau tidak boleh masuk sampai saya tau apakah kau akan menjadi kenalan yang sesuai dengan harapan saya atau tidak.”.
Banyak orang hebat pelit dalam beramah-tamah. Sepertinya mereka menyimpannya untuk peristiwa khusus atau teman dekat. Mereka merasa keramahan mereka terlalu berharga untuk diberikan kepada semua orang.
Oleh karena itu, jangan takut membuka hati kita. Buka pintu hati kita lebar-lebar. Singkirkan segala sikap yang hati-hati. Jangan temui seseorang seakan-akan kita takut melakukan kesalahan. Lakukan hal-hal yang akan menyenangkan untuk diingat kelak.
Jabatan tangan dan sapaan yang hangat ini akan menciptakan ikatan dan iktikad baik di antara kita dan orang-orang yang kita temui. Mereka akan berkata kepada diri mereka sendiri, “Pribadi di hadapan saya ini menarik.
Saya ingin tahu lebih lanjut tentangnya. Dia melihat sesuatu dalam diri saya, yang tidak dilihat oleh sebagian besar orang.
Tanamkan kebiasaan beramah tamah, menemui orang lain dengan sapaan yang hangat dan tulus, dengan hati yang terbuka. Kebiasaan ini akan membawa hal-hal yang luar biasa kepada kita. Kita akan mendapati bahwa sikap kaku, sikap malu-malu dan ketidakpedulian, kurangnya minat dari semua orang, yang begitu meresahkan saat ini, akan menghilang. Orang-orang akan melihat bahwa kita benar-benar menaruh perhatian kepada mereka, bahwa kita benar-benar ingin mengetahui, memuat mereka senang dan manarik minat mereka.
Kebiasaan beramah tamah akan membawa revolusi kepada kekuatan sosial kita. Kita akan mengembangkan kualitas-kualitas yang menarik yang kita pikir tidak akan pernah kita miliki.
Ditegaskan oleh Carnegie (2019: 28) bahwa banyak orang beranggapan faktor terbesar yang memengaruhi keberhasilan mereka adalah kemampuan berbicara dengan baik. Kemampuan menarik perhatian orang dalam percakapan dan menjaga perhatian tersebut adalah sebuah kekuatan luar biasa.
Orang yang memiliki ekspresi serampangan, yang mengetahui sesuatu tetapi tidak menuturkannya dengan logis, menarik atau berwibawa, selalu mendapatkan kerugian.
Rasanya menyenangkan menyimak orang-orang yang menguasai seni percakapan. Bahasa mereka mengalir denah keindahan yang luwes. Kata-kata mereka dipilih dengan cita rasa dan keakuratan yang indah. Artikulasi mereka begitu bagus dan keakuratan yang indah artikulasi mereka begitu bagus sehingga mereka membuat semua orang mendengarkannya bicara menjadi terpesona.
Secara spesifik, Larry King (2005: 47) memaparkan ada delapan hal yang diminati pembicara terbaik, ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Mereka memandang suatu hal dari sudut baru, mengambil titik pandang yang tak terduga pada subjek yang umum
2. Mereka mempunyai cakrawala luas. Mereka memikirkan dan dan membicarakan isu-isu dan pengalaman luas di luar kehidupan mereka sehari-hari
3. Mereka antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka dan pada apa yang Anda katakan pada kesempatan itu
4. Mereka tidak pernah membicarakan diri sendiri.
5. Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya “mengapa?” Mereka ingin lebih mengetahui tentang apa yang Anda katakan.
6. Mereka memberi ketegasan. Mereka berusaha menempatkan diri pada posisi Anda untuk memahami apa yang Anda katakan.
7. Mereka mempunyai selera humor. Dan mereka tidak keberatan mengolok-ngolok diri sendiri. Sungguh konversasionalis terbaik sering mengisahkan pengalaman lucu mereka sendiri.
8. Mereka mempunyai gaya bicara sendiri.
MENGUASAI TEKNIK BERBICARA
Digali dari pengalaman praktis Gene R Hawes (2013: 187) tentang cara berbicara di depan ribuan pendengar, cara melatih pembicara yang sering gugup dan kurang percaya diri, juga cara menerangkan, meyakinkan orang tentang suatu metode baru, serta “membujuk” orang untuk membeli dan lain-lain.
Menurut Hawes’ teori ini tak sekadar teori biasa. Setiap kata mengandung nilai-nilai yang sanggup mengubah ribuan “orang biasa” menjadi pembicara ulung dan mengagumkan.
Mengetahui teknik berbicara yang baik, benar-benar membuahkan keuntungan lebih lebih dari yang Anda bayangkan. Untuk mendapaatkan bidang pekerjaan Anda dambakan, untuk keperluan promosi, untuk mendapatkan uang lebih banyak lagi, atau untuk menimbulkan kekaguman di antara teman-teman dan hadirin. Kehidupan pribadi Anda akan menjadi lebih baik menyenangkan dan penuh kesan. Anda akan menemukan kesulitan untuk menguasai teknik berbicara ini, Anda tidak akan kecewa, karena program ini sangat produktif.
Hasilnya sangat menggembirakan, dapat dinikmati dalam waktu singkat. Anda akan terpesona nanti, melihat manfaatnya yang beragam dalam kehidupan bisnis maupun pribadi.
1. Perhatikan Kontak Mata
Selain suara, mata merupakan alat terpenting untuk berbicara; dan selain telinga, mata juga merupakan alat terpenting untuk mendengar. Bila orang bisa melihat, bahwa mata Anda memandang tepat pada matanya itu tanda Anda telah berhasil menggunakan “kontak mata”.
Kontak mata juga memungkinkan Anda untuk dapat langsung “membaca” pikiran pendengar secara tepat. Tanpa kontak mata. Anda tidak akan tahu, apakah Anda telah mendapatkan kesan yang Anda inginkan atau belum. Dengan menangkap pikiran pendengar melalui kontak mata, Anda mempunyai kesempatan untuk menyampaikan maksud Anda secara jelas. Sorot mata seseorang tidak akan pernah berdusta, karena mata adalah jendela hati.
Supaya efektif, menurut G R Hawes, ada tiga cara praktis dalam menggunakan kontak mata:
a. Pandanglah Tepat pada Matanya
Ini tidak berarti bahwa Anda harus memandang pendengar secara terus-menerus. Sesekali Anda perlu juga mengalihkan pandangan atau mengejapkan mata secara wajar. Yang pokok, ketika Anda sedang berbicara, pandanglah ia tepat pada matanya. Bukan pada dahinya, bibirnya, kumisnya, atau yang lain. Inilah yang sebetulnya dinamakan “kontak mata” yang sesungguhnya.
Jadi, selama Anda memandang tepat pada matanya, pendengar pasti memerhatikan dan mendengarkan apa pun yang Anda katakan padanya.
“Kontak mata yang sesungguhnya”, menjamin bahwa pendengar pasti mudah mengikuti apa yang disampaikan pembicara kepadanya, secara tepat. Karena “kontak mata yang sesungguhnya”, memudahkan pembicara untuk menyampaikan maksudnya secara tepat pula. Jika suatu saat, pendengar merasa kurang paham akan apa yang dimaksud oleh pembicara, hal itu akan terpancar dimatanya. Bila saat itu pembicara benar-benar melakukan “kontak mata yangvsesungguhnya”, dia akan segera mengetahuinya. (h. 189)
Dari sini, dengan mudah pembicara mengubah pola berbicaranya, atau memberi keterangan lebih lanjut, sehingga pendengar yang kurang paham tadi menjadi
paham. Boleh jadi pendengar tersebut menjadi paham, hanya karena pembicara mengadakan kontak mata. Jadi, pendengar mencari jawabnya sendiri melalui kontak mata. Sorot mata seorang pembicara, yang betul-betul menggunakan “kontak mata yang sesungguhnya”, mampu berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang diucapkan.
Sejak kecil orang Arab sudah dididik untuk “memperhatikan mata”. Karena dengan memerhatikan matanya, mudah diketahui, apakah orang itu berbohong atau tidak. Jadi kalau tidak mau kena tipu, perhatikan saja mata orang yang Anda ajak bicara itu. Pada umumnya, para politikus Arab, senang memakai kacamata hitam sekalipun sedang berada di dalam gedung. Tahukah Anda sebabnya? Mereka ingin “menyembunyikan” mata mereka.
b. Kontak Mata dengan Sekelompok Orang
Bila Anda berbicara dengan sekelompok orang, kewajiban Anda adalah membuat setiap orang merasa hanya dirinya sendirilah, yang Anda perhatikan. Caranya?
Untuk satu pendengar, adakan kontak mata khusus dengan satu kalimat utuh. Jangan sampai terbagi! Begitu kalimat itu selesai, beralihlah kepada pendengar lain; dengan kontak maya khusus, untuk sebuah kalimat yang utuh pula. Demikian seterusnya bergantian, satu demi satu. Pertahankan keadaan ini sampai usai. Dengan
demikian, setiap orang yang mendengarkan akan merasa dianggap “penting”.
Mudah, kan? Asal Anda giat berlatih. Sebab tanpa latihan, Anda takkan mampu melakukannya secara wajar. Andaikan Anda berbicara dengan lima orang pendengar, lihatlah tekniknya.
Pertama, adakan kontak mata dengan pendengar di depan Anda. Pertahankan sampai kalimat pertama selesai. Kemudian pilihlah pendengar di sebelah kiri Anda.
Seperti tadi, adakan kontak mata khusus dengannya sampai satu kalimat selesai. Selanjutnya beralih kepada pendengar yang di sebelah kanan (melewati pendengar yang di depan tadi), lalu kembali ke pendengar yang di sebelah kiri belakang dan kanan belakang.
Setelah itu, mulailah kembali ke depan, seperti awalnya. Ini berarti Anda mempunyai kesempatan memberi perhatian khusus secra merata kepada “beberapa” pada waktu yang bersamaan, tidak ada kesan “khusus” di sini. Percuma saja kontak mata Anda itu, mata Anda letih, pendengar pun tidak merasa “diperhatikan”. Kontak mata Anda tidak efektif dan berakhir sia-sia.
Bagaimana kalau pendengarnya tidak hanya beberapa orang, melainkan ribuan banyaknya? Mudah juga. Anda tentu ingat, bahwa mata seorang pembicara bergerak ke sana ke mari ketika sedang berbicara.
Setiap pembicara pasti selalu tampak memandang “lurus” ke depan kearah hadirin, dengan kontak mata khusus, dan mempertahankannya sampai pidato atau ceramahnya usai. Kenapa bisa begitu? Begini ceritanya.
Ada dua lembar “plastik” transparan yang terbentang di sebelah kanan dan kiri mata sang pembicara. Pada lembar-lembar plastic itulah kata-kata sang pembicara tadi diproyeksikan. Hadirin tidak bisa melihat kata-kata itu.
Jadi, satu kalimat diproyeksikan kepada pendengar di sebelah kiri, lalu kalimat selanjutnya di sebelah kanan dan seterusnya.
Untuk itu, seorang pembicara harus memandang ke lembar “plastik” yang satu dulu, baru kemudian ke lembar yang lain. Gerakan kepala dan mata sang pembicara inilah, yang menyebabkan hadirin merasa bahwa sang pembicara “memandang tepat pada mata mereka masing-masing”.
Manakala pidato usai, hadirin pun meninggalkan tempat dengan satu perasaan pasti, bahwa pembicaraan mereka kagumi, telah “berbicara langsung” kepada mereka. Ini semua bisa terjadi karena kontak mata yang efektif.
c. Berbicara Lewat Mata
Bila Anda ingin menyampaikan suatu situasi yng hangat, biarlah mata Anda yang menunjukkan “kehangatan” itu.
Bila Anda ingin menyampaikan simpati, biarlah mata Anda menunjukkan perasaan itu. Pokoknya, perasaan atau emosi apa pun yang hendak Anda sampaikan, dukunglah penyampaian itu dengan bantuan mata Anda.
Anda adalah seorang manusia dengan kehangatan, simpati, keinginan dan keterusterangan, ketulusan dan sejumlah perasaan manusiawi lainnya.
Oleh sebab itu, biarlah mata Anda ikut “berbicara”, mengungkapkan kebenaran dan kejelasan makna, yang terkandung dalam ucapan-ucapan Anda, di mana saja saja dan kapan saja Anda berbicara.
Jika Anda sedang memuji sebuah kelompok kerja atas keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu tugas, mata Anda bisa berperan banyak dalam penyampaian rasa ini.
Atau jika Anda sedang mengkritiknya lantaran suatu kealpaan, biarkan mata Anda melakukan “tugasnya”, memperkokoh kritikan yang berbentuk kata-kata itu.
Kontak mata ini bermanfaat untuk “menangkap” perhatian pendengar dan menguasainya ketika Anda sedang berbicara. Dengan demikian, mereka menjadi tahu dan mengerti apa yang Anda ingin sampaikan, secara jelas.
Bila mata Anda “mengatakan” A, sedangkan ucapan Anda berarti B, maka pendengar menjadi bingung, tak mengerti maksud Anda.
Pendengar lebih mempercayai mata sang pembicara, daripada kata-katanya. Karena mata dan ucapan tidak searti, akibatnya komunikasi menjadi terhambat.
Kelancaran terganggu, respons berkurang. Anda menuju suatu kegagalan. Kalau tidak percaya, coba saja Anda praktikkan sendiri di depan kaca.
Jadi, jelas di sini, bahwa mata ikut berperan aktif ketika Anda bicara.
2. Bicaralah Agak Keras supaya Terdengar
Bertahun-tahun yang lalu, sebuah perusahaan penerbangan meminta bantuan kami untuk memenangkan suatu kontrak yang paling penting dari yang lain. Komposisi ini telah berlangsung selama dua tahun. Hampir semua perusahaan penerbangan yang besar ikut serta, tapi belum ada yang terpilih.
Kini tinggal dua peserta yang belum dinilai gugur. Pembelinya belum memutuskan untuk memilih yang mana, karena desainnya hampir serupa, harganya sama-sama memadai, dan kedua perusahaan tersebut dinilai mampu menghasilkan produk-produk bermutu dengan segala keistimewaannya, maka dari itu pembelinya memutuskan untuk mengundang chief engineer (insinyur kepala) dari masing-masing perusahaan, untuk maju dalam babak final.
Aturan permainannya? Tanpa bantuan alat peraga sama sekali! cukup maju di depan kedua puluh anggota panitia seleksi dan berbicara selama lima belas menit. Berbicara tentang apa saja yang ingin disampaikan oleh para insinyur kepala tersebut.
Setiap orang harus tampil sendirian di hadapan panitia seleksi. Tugas kami adalah membantu salah satu dari kedua insinyur kepala itu, untuk mempersiapkan dan menyampaikan pidato yang paling baik dari yang pernah dilakukan. Ratusan ide telah tertuang dalam bentuk konsep.
Insinyur itu hanya punya waktu seminggu lagi. Sewaktu menemuinya pertama kali, kami sangat terkesan oleh tingkat kecerdasan, pengetahuannya dan sikapnya yang menarik.
Dia sangat percaya diri, sebagai calon tangguh untuk tugas yang cukup berat, dia tidak kurang dari suatu apa, kecuali satu kenyataan bahwa pada jarak beberapa meter saja, suaranya sudah tidak kedengaran lagi. Ternyata, dia memang hanya biasa berbicara di depan sekelompok pendengar yang tidak banyak jumlahnya.
Begitu teks sudah sempurna, dia langsung mempelajarinya dengan mudah, sehingga mampu memeragakannya dengan sangat baik, tanpa teks ataupun catatan kecil lainnya.
Namun sesungguhnya demikian, kami lebih menekankan, untuk tetap mempertahankan kontak mata dengan panitia. Oleh karena kami dapat informasi, para panitia akan duduk menghadap sebuah meja panjang adi sebuah ruangan yang agak sempit, maka kami melatih insinyur kepala tersebut di dalam suatu ruangan yang mirip dengan informasi tadi.
Kami mengumpulkan dua puluh orang pendengar untuk membantu latihan ini. Seandainya ada yang tidak mendengar ucapan pembicaraan, orang itu diharuskan mengacungkan tangan ke atas memberi tanda.
Setelah latihan selama beberapa kali, insinyur kepala tersebut akhirnya menjadi terbiasa juga, untuk berpidato dengan suara yang cukup jelas terdengar di dalam ruangan tipe itu. Ingat pepatah; bisa karena biasa? Di sini terbukti kebenarannya.
Siapa pun memang tidak bisa mengatakan, bahwa perusahaan si insinyur tadi memenangkan kontrak lantaran suaranya jelas terdengar sewaktu menyampaikan pidato; tapi setidaknya ada indikasi ke arah itu, tatkala panitia seleksi mengumumkan “panitia seleksi sangat terkesan oleh pidato singkat yang telah mencakup seluruh permasalahan pokok dalam persoalan yang dipilihnya, secara tepat efektif.
Saudara telah mampu menyampaikan produk bermutu demi kejayaan dan kesuksesan perusahaan kami terima kasih”.
Nasihat untuk berbicara dengan suara yang jelas terdengar, memang sangat sepele, tetapi sering diabaikan.
Bagi orang yang pemalu atau demam panggung bila berbicara dihadapan sejumlah orang, “peningkatan” kuantitas suara ini (dari pelan menjadi keras), biasanya justru akan mengatasi rasa malunya. Jadi, bila Anda berbicara lebih keras (bukan berteriak), otomatis penampilan Anda juga menjadi lebih baik lagi.
Berkaitan dengan gema suara untuk menarik orang, Oh Su Hyang (2019: 199) memberikan saran “Cara bicara dan suara yang memberi kesan baik sangatlah penting untuk kegiatan bisnis. Ada yang sejak lahir memiliki suara seperti itu. Ada juga yang tidak, tetapi bisa memilikinya dengan rajin latihan.
Saya sarankan. Anda mencoba latihan berbicara dengan memotong suku kata. Seperti saat melakukan staccato tangga nada, berbicara pendek-pendek dan jangan sambung setiap suku kata. Dengan begitu. Anda akan merasakan perubahan suara Anda.”
Menurut Oh Su Hyang, suara memang sangat penting untuk bisa berbicara dengan baik. Kebanyakan wanita menganggap suara lebih penting daripada nonverbal lainnya saat mendengar pria berbicara. Walaupun wajahnya biasa saja, pria yang memiliki suara indah lebih meyakinkan.
Pembicara sekaligus motivator dunia, Zig Ziglar berpendapat bahwa suara seorang salesman bisa bernilai jutaan dollar.
Begitu pula menurut Gene R Hawes (2013: 196), dalam memproduksi kata-kata, kita harus berhati-hati. Sebab jika tidak, risikonya cukup serius, pendengar bisa salah paham.
Sudah seyogyanya bila kita tidak mencampuradukkan bahasa daerah dengan bahasa nasional, kecuali untuk pertemuan-pertemuan informal.
Untuk itu, alat perekam adalah alat terbaik untuk meningkatkan mutu dan kejelasan kata-kata yang Anda ucapkan, rekamlah suara Anda, dengan membaca kelima ratus kata dari penggalan cerita yang telah Anda pergunakan untuk mengukur kecepatan suara Anda tadi.
Perhatikan sampai sampai di mana kejelasan suara dari setiap kata yang dihasilkan. Perhatikan pula pengucapan huruf-huruf hidup dan beberapa konsonan d, b, p dan yang lain. Tanyakan kepada kawan-kawan Anda, apakah kata-kata Anda ada yang sulit didengar dan dimengerti.
Buatlah daftar kata yang sulit Anda ucapkan dengan jelas. Latihlah dengan memanfaatkan tape recorder Anda secara maksimal, untuk mendapatkan hasil yang mengagumkan. Cara ini cukup efektif untuk diterapkan.
0 Response to "KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak