Psychological well being

Pengertian Psychological well being

Istilah psychological well being (PWB) dipopulerkan oleh Ryff dengan konsep dasar yang berasal dari penelitian psikologi klinis, psikologi perkembangan dan kesehatan mental. 

Konsep Ryff berawal dari adanya keyakinanbahwa kesehatan yang positif tidak sekedar tidak adanya penyakit fisik saja. 

Kesejahteraan psikologis terdiri dari adanya kebutuhan untuk merasa baik secara psikologis (psychologically-well). 

Ryff  menambahkan bahwa gambaran karakteristik individu yang memiliki kesejahteraan psikologis merujuk pada beberapa pandangan tokoh psikologi yang sesuai dengan teorinya. 

Konsep Rogers tentang orang yangberfungsi penuh (fully-functioning person), pandangan Maslow tentang aktualisasi diri (self actualization), 

Pandangan Jung tentang individuasi, konsep Allport tentang kematangan, dan terakhir sesuai dengan konsep Erikson dalam menggambarkan individu yang mencapai integrasi. 

Psychological well being (PWB) merupakan suatu konsep yang berkaitandengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari serta mengarah pada pengungkapan perasaan pribadi berdasarkan apa yang dirasakannya sebagai hasil dari pengalaman. 

Seperti yang dikatakan Hurlock bahwa Psychological well being adalah kebahagiaan seseorang yang bisa dicapai melalui sikap penerimaan diri (acceptance), kasih sayang (af ection), dan pencapaian tujuan hidup (achivement). 

Psychological well being adalah keadaan atau kondisi dimana individu mampu menerima dirinya dengan apa adanya serta mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, dapat menciptakan dan mengatur dirinya ditengah lingkungan yang kompatibel sesuai kebutuhannya, dan memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial. 

Psychological well being (PWB) dapat ditandai dengan diperolehnyakebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi dalam menjalani hidupnya. 

Kebahagiaan (hapiness) merupakan komponen penting dalam psikologi positif dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia. 

Bradrum  mendefinisikan Psychological well being (PWB) adalah sebuah kebahagian yang merupakan hasil kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh manusia. 

Sejalan dengan hal tersebut Aristoteles menjelaskan bahwa eudomonia (Yunani) merupakan konsep kesejahteraan dimana manusia tersebut menjalani hidupnya sesuai dengan keadaan dirinya.

Dari uraian definisi diatas dapat disimpulkan Psychological well being adalah konsep kesejahteraan psikologis individu yang mampu menerima dirinya apa adanya, tidak memiliki gejala-gejala depresi dan selalu memiliki tujuan hidup yang di pengaruhi oleh fungsi psikologi positif yang berupa aktualisasi diri, penguasaan lingkungan sosial dan perkembangan pribadi.

Dimensi Psychological well being

Terdapat enam (6) dimensi psychological well being yang merupakan intisari dari teori positive functioning psychology yang di rumuskan oleh Riff :

1. Dimensi penerimaan diri (self acceptence)

Dimensi ini merupakan ciri utama kesehatan mental dan juga sebagai karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal, dan kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan menerima diri apa adanya. 

Kemampuan tersebut memungkinkanseseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalaninya. Hal tersebut menurut Ryff menandakan psychological well being yang tinggi. 

Individu yang mimiliki tingkat penerimaan diri yang baik ditandai dengan bersikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya baik positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap masa lalunya.

Demikian pula sebaliknya, seseorang bisa dikatakan rendah dalam dimensi penerimaan dirinya apabila ia memunculkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, merasa kecewa dengan apa yang terjadi pada masalalu, dan memiliki pengharapan untuk tidak menjadi dirinya saat ini.

2. Hubungan positif dengan orang lain

Dimensi ini berulangkali ditekankan sebagai dimensi yang penting dalam konsep psychological well being. 

Kemampuan mencintai seseorang di anggap kemampuan utama dari kondisi mental yang sehat. Ryff menekankan pentingnya menjalin hubungan saling percaya dan hangat dengan orang lain. 

Individu yang tinggi atau baik dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain ini ditandai dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan dan saling percaya dengan orang lain. 

Begitu sebaliknya jika seseorang tidak memiliki hubungan positif dengan orang lain ditandai dengan ketidak percayaan kepada lingkungan, ia akan menjadi pribadi yang tertutup dan tidak peduli dengan orang lain, merasa terisolasi dari lingkungannya dan tidak ingin berkompromi dengan lingkungan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain. 

3. Dimensi otonomi (autonomy)

Dimensi otonomi menjelaskan mengenai kemandirian, kemampuan untuk menentukan diri sendiri, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. 

Ciri individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan adanya penolakan terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu, serta dapat mengevaluasi diri sendiri dengan standar personal. 

Begitu juga dengan individu yang kurang baik dalam dimensi otonomi ini akan memperhatikan harapan dan evaluasi dari orang lain, membuat keputusan berdasarkan penilaian orang lain, cenderung bersikap konformis dan bertingkah sesuai dengan penilian serta harapan oranglain. 

4. Kemampuan penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Salah satu karakteristik kondisi sehat secara mental adalah bagaimana menciptakan lingkungan yang kondusif secara psikis. 

Dimensi ini menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk mencapai tujuandalam hidupnya. Alport  mengatakan bahwa manusia yang matangakan mampu berpartisipasi dalam aktivitas diluar dirinya. 

Individu dengan PWB yang baik memiliki kemampuan untuk memilihdan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisik dirinya. 

Individu tersebut mempunyai kemampuan dalam menghadapi kejadian-kejadian diluar dirinya, mampu untuk memanipulasi keadaan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang dianutnya, serta mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif melalui aktivitas fisik maupun mentalnya.

Begitupula individu yang kurang baik dalam dimensi ini akan menampakkan ketidakmampuan untuk mengatur kehidupan sehari-hari, dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungan luar. 

5. Dimensi tujuan hidup

Kondisi mental yang sehat memungkinkah individu untuk menyadari bahwa ia memiliki tujuan tertentu dalam hidupnya dan mampu menjalani segala konsekuensi kehidupannya. Dimensi ini menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. 

Seseorang yang memiliki dimensi tujuan hidup baik akan mempunyai rasa keterarahan dalam hidupnya, ia akan memiliki perasaan bahwa kehidupan saat ini dan masa lalunya mempunyai keberartian, dan mempunyai target yang ingin dicapai dalam hidup. 

Sebaliknya, seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini mempunyai perasaan bahwa tidak ada tujuan yang ingin dicapai dalamhidup, tidak melihat adanya manfaat dalam masa lalu kehidupannya, hilangnya keterarahan hidupnya dan tidak mempunyai kepercayaan yang dapat membuat hidup lebih berarti. 

6. Dimensi pertumbuhan pribadi (personality growth)

Kebutuhan aktualisasi diri untuk mengembangkan potensi diri individu adalah tujuan utama dari pada dimensi ini. 

Pengoptimalan fungsi psikologis tidak hanya sebatas pencapaian karakteristik saja namun pada sejauh mana seseorang terus dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan meningkatkan kualitas positif dirinya. 

Dimensi ini dibutuhkan oleh setiap individu agar dapat mengoptimalkan dirinya untuk berfungsi secara psikologis. 

Salah satu hal penting dalam dimensi ini adalah adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, misalnya dengan keterbukaan terhadap pengalaman. 

Seseorang yang baik dalam dimensi ini mempunyai perasaan untukterus berkembang bahwa perkembangan hidupnya berkesinambungan, melihat diri sendiri sebagai sesuatu yang bertumbuh, menyadari potensi yang terdapat di dalam dirinya untuk dikembangkan, dan mampu melihat peningkatan dalam diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu. 

Sebaliknya, seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini akan menampilkan ketidakmampuan untuk mengembangkan sikap dan tingkahlaku baru, mempunyai perasaan bahwa ia adalah seorang pribadi yang tidak dapat mengembangkan potensinya, dan tidak tertarik dan bosandengan kehidupan yang dijalani. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological well being

Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap psychological well being seseorang, sehingga tidak semua orang memiliki tingkat psychological well being yang sama. 

Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan psychological well being seseorang :

1. Usia

Riff mengatakan bahwa usia seseorang dapat mempengaruhi perbedaan dimensi-dimensi psychological well being. 

Dalampenelitiannya Riff menemukan bahwa dimensi pengusaan lingkungan dan dimensi otonomi mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia, terutama pada masa dewasa muda dan dewasa madya. 

Riff menambahkan bahwa begitu juga sebaliknya, dimensi tujuan hidupdan pertumbuhan pribadi mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Hal ini terjadi pada masa usia madya hingga dewasa akhir. 

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan gambaran berbagai ungkapan perilakusuportif (mendukung) yang diterima oleh individu yang lainnya dari orang-orang yang cukup bermakna dalam hidupnya. 

Robinson juga mengatakan bahwa dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna dalam kehidupan seseorang dapat memberikanperamalan akan well being seseorang. 

3. Ideologi peran jenis kelamin

Sejumlah penelitian menyatakan adanya kaitan yang erat antara peranyang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari dan psychological well being seseorang. 

Salah satunya ditemukan bahwa wanita (isteri) yang melaksanakan perannya secara tradisional mengalami beban peranyangberlebih dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang lebih modern dan wanita dengan peran tradisional ini mengalami gejala-gejala distress dan menunjukkan ketidakpuasan hidup. 

Ryff  menemukan hasil penelitiannya bahwa wanita memiliki skor yang lebih tinggi di bandingkan pria dalamhal membangunhubungan positif dengan orang lain. 

4. Status sosial dan ekonomi

Perbedaan kelas ekonomi-sosial individu juga dapat mempengaruhpsychological well being individu. 

Study yang dilakukan oleh Wisconsin tentang gradasi sosial dalam kondisi well beingpadadewasa madya. 

Penelitian ini menghasilkan bahwa pendidikan tinggi dan status pekerjaan meningkat dapat meningkatkan psychological well being terutama pada ranah penerimaan diri dan dimensi tujuan hidup. 

5. Budaya

Penelitian psychological well being dilakukan di Amerika dan Korea Selatan. 

Pada penelitian tersebut menghasilkan bahwa pada dimensi hubungan positif dengan orang lain pada Korea Selatan lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika. 

Hal ini dikarenakan budaya yang tercipta di Korea Selatan bersifat kolektif dan saling menggantungkan pekerjaanpada lingkungannya. 

Dimensi pertumbahan pribadi ini di Amerika memiliki skor yanglebihtinggi. Hal ini disebabkan karena budaya yang terciptadisana mengatur segala aktifitas pribadinya dengan idiologi masing- masing individu. 

6. Pengalaman Hidup

Pada pengalaman-pengalaman hidup tertentu dapat mempengaruhi psychological well being seseorang yang mencakup berbagai bidangkehidupan dalam berbagai periode. 

Evaluasi individu terhadap pengalaman hidupnya memiliki pengaruhyang penting terhadap psychological well being, pernyataan ini didukungpenelitian yang dilakukan oleh Riff dan Essex mengenai interpretasi dan evaluasi individu pada pengalaman hidupnya terhadap kesehatan mental. 

Hasil penelitian ini adalah bahwa mekanisme evaluasi diri berpengaruh pada psychological well being terutama pada dimensi penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan hubungan yang positif dengan orang lain.

0 Response to "Psychological well being"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak