Filologi
Pengertian Filologi
Filologi berasal dari Bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari philos yang berarti teman dan logos yang berarti pembicaraan atau ilmu.
Dalam Bahasa Yunani philologia berarti senang berbicara yang kemudian berkembang menjadi senang belajar, senang kepada ilmu, senang kepada tulisan-tulisan, dan kemudian senang kepada kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi seperti karya-karya sastra.
Dalam Bahasa Arab filologi adalah ilmu “tahqiq al- Nushus” Az-Zamakhsyari misalnya menyebutkan dalam kitab “Asas al-Balaghah” dengan mengungkapkan
Tahqiq adalah sebuah teks atau nash, melihat sejauh mana hakekat yang sesungguhnya yang terkandung di dalam teks itu.
Mengetahui suatu berita dan menjadi yakin akan kebenarannya. Oleh sebab itu yang dimaksud dengan “tahqiq” dalam bahasa ialah pengetahuan yang sesungguhnya dan berarti juga mengetahui hakekat suatu tulisan.
Dengan mempertimbangkan beberapa definisi diatas, dan jika dihubungkan dengan penelitian atas teks-teks dalam naskah tulisan tangan, maka filologi dapat diartikan sebagai “investigasi ilmiah atas teks-teks tertulis (tangan), dengan menelusuri sumbernya, keabsahan teks dan karakteristiknya.
Seperti dikemukakan Abdussalam Harun, sebuah teks yang telah melalui penelitian filologis seharusnya bisa dianggap sebagai karya yang valid judul dan pengarangnya (jika ada), serta bacaannya dianggap paling dekat dengan versi yang pertama kali ditulis oleh sang pengarang.
Alur Penelitian Filologi
1. Penentuan Teks
Tahap paling awal dan menentukan dalam sebuah studi naskah adalah memilih dan menentukan teks apa yang akan dikaji.
Dalam hal ini, setiap peneliti memiliki preferensi yang berbeda-beda terkait teks apa yang menurutnya menarik.
Sangat mungkin bahwa teks yang dianggap menarik oleh seseorang, akan dianggap biasa-biasa saja dimata orang lain, atau mungkin sebaliknya.
Intinya, teks yang telah dipilih untuk diteliti tersebut berguna bagi masyarakat umum.
2. Inventarisasi Naskah
Secara sederhana, inventarisasi naskah dimaksudkan sebagai upaya secermat- cermatnya dan semaksimal mungkin untuk menelusuri dan mencatat keberadaan naskah yang memuat Salinan dari teks yang akan kita kaji.
Untuk menelusuri naskah tersebut dapat kita lakukan melalui katalog naskah setempat maupun katalog naskah nasional, kemudian penelusuran terhadap koleksi naskah milik perorangan.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mendatangi langsung orang tersebut yang biasanya terkenal dengan koleksi naskahnya.
3. Deskripsi Naskah
Tahap ketiga dalam penelitian filologi adalah deskripsi naskah, yakni melakukan identifikasi, baik terhadap kondisi fisik naskah, isi teks, maupun identitas
kepengarangan dan kepenyalinannya dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah deskripsi naskah dan teks secara utuh.
4. Suntingan Teks
Tahap keempat dalam penelitian filologi adalah membuat suntingan teks, atau dengan kata lain menyiapkan edisi teks dari tulisan Melayu atau tulisan Asing lainnya menjadi tulisan latin.
Dalam menyunting naskah ini terdapat beberapa edisi yang dapat dipakai oleh peneliti yaitu :
1. Edisi Diplomatik
Edisi Diplomatik adalah model suntingan teks yang dihasilkan melalui upaya transkripsi setia dari sebuah teks agar sesuai dengan aslinya yaitu teks dari naskah yang sedang diteliti.
Dalam hal ini, pengkaji naskah tidak bertujuan untuk menghadirkan teks yang memiliki bacaan terbaik, melainkan untuk menyajikan teks apa adanya.
Setidaknya, dalam edisi diplomatic ini pun tanda-tanda diakritik atau tanda baca tertentu yang niscaya digunakan untuk menandai bagian teks yang terpaksa harus dihilangkan atau ditambahkan.
2. Edisi Campuran
Edisi campuran atau edisi gabungan, adalah model suntingan teks yang dihasilkan melalui penggabungan bacaan lebih dari satu versi naskah.
Artinya, penyunting tidak mendasarkan teks yang diproduksinya dari satu sumber naskah Salinan saja, melainkan dari beberapa Salinan naskah yang menurutnya patut digabungkan.
3. Edisi Kritis
Edisi kritis adalah model suntingan teks yang dihasilkan melalui hasil oleh penyunting yang menginginkan terbentuknya bacaan terbaik.
Dalam hal ini, penyunting biasanya tidak membiarkan teks yang idhadapinya itu apa adanya, melainkan melakukan campur tangan, baik berupa perbaikan, pengurangan, penambahan, atau penggantian kata sejauh dapat dipertanggungjawabkan.
5. Terjemahan Teks
Dalam konteks filologi Indonesia, tentu saja penerjemahan ini dilakukan jika teks yang dikajinya ditulis dalam Bahasa asing atau Bahasa daerah yang tidak banyak dikenal oleh kebanyakan calon pembaca, seperti Bahasa Arab, Jawa, Sunda, Bugis, Makassar, Bali, atau Bahasa-bahasa lainnya. Biasanya, teks yang ditulis dalam
Bahasa Melayu tidak lagi diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, meski beberapa unkapannya terdengar arkais dan tidak digunakan lagi. Beberapa kata yang dianggap arkais itu dapat dijelaskan tersendiri dalam catatan kaki.
6. Analisis Isi
Tahap keenam atau yang terakhir dalam penelitian filologi adalah analisis isi, yakni dengan melakukan telaah atas teks dan konteksnya sesuai dengan perspekstif yang digunakan.peneliti harus mampu menjelaskan makna-makna yang terdapat dalam teks yang dikajinya sehingga dapat berguna bagi masyarakat umum sebagai salah satu sumber pengetahuan.
0 Response to "Filologi"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak