Rantai Dosa Jariyah
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Kalau seorang ayah tidak punya uang hari itu, bisa jadi ia gelisah dan segera mencari kemana ia bisa, minimal pinjam.
Tapi kalau seorang anak menangis karena dimarahi, biasanya dibiarkan atau malah semakin dimarahi agar diam. Tak ada kekhawatiran anak bakal memendam emosi negatif hingga dewasa.
Dengan kata lain, uang selalu dianggap isu utama dalam keluarga, ada pun kebutuhan emosi anak karena abstrak dianggap bukan utama.
Pun kalau anak sakit, langsung dicari solusinya minimal pakai herbal sesuai anjuran tetangga. Bahkan ada yang langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan serius.
Tapi saat ada edukasi tentang menterapi luka batin anak, sering diabaikan. Nanti saja dulu, uangnya masih butuh untuk yang lain.
Padahal kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosi. Emosi yang cerdas artinya emosi yang sehat, bukan yang baperan, sensitif, egois, atau tempramen.
Sementara luka batinlah yang menyebabkan seseorang seperti diatas, jauh dari kata "kecerdasan emosi".
Bahkan luka batin menimbulkan perilaku cari penawar atau cari pelarian, bisa ke hal-hal yang berdosa. Namanya juga pelarian atau penawar, sering dianggap wajar.
Dengan kata lain, efek luka batin sebenarnya juga sangat besar, sama halnya dengan bila seseorang tak punya uang, atau seseorang sakit. Intinya mesti sama-sama mendapat priorotas penanganan.
Tapi ya itu, karena ketidakpahaman atau sudah paham pun merasa tidak prioritas, akhirnya luka batin anak berubah menjadi sikap negatif melakukan kekerasan ke anaknya lagi.
Menjadi siklus yang terus berlanjut ke setiap generasi, menghasilkan rantai dosa jariyah yang terus menerus mengalir untuk setiap pelakunya.
0 Response to "Rantai Dosa Jariyah"
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak