Arti Sebuah Kesunyian

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.


ARTI SEBUAH KESUNYIAN

Untuk menikmati dua video di bawah ini, keraskan volume ponsel saudara hingga maksimal. Jika saudara tidak mendengar suara apapun pada video pertama, memang demikianlah adanya.

Video pertama mengajak kita semua untuk berada pada posisi saudara-saudara kita yang tidak bisa mendengar. Saat seseorang membaca Surat Al-Ikhlas di hadapan kita, beginilah rasanya. Hanya kehampaan.

Semaksimal apapun kita berusaha untuk mendengarkan lantunan ayat suci ini, tetap saja tak satu huruf pun yang bisa kita rasakan. Keindahan Al-Quran hanya bisa kita "dengar" melalui bahasa isyarat. Allahu Akbar!

Kini kita beralih pada video kedua, yaitu sebuah acara talkshow di stasiun televisi Qatar. Tuan Fahad sebagai host acara ini mengawali wawancaranya dengan membaca ayat-ayat pertama surat Ar-Rahman.

Nyonya Rebecca sebagai tamu mengatakan ia tak mendengar sama sekali apa yang sedang diucapkan sang pembawa acara. Hal ini karena si tamu memang tidak bisa mendengar sekaligus tidak bisa berbicara sejak lahir.

Meski demikian, ia mempelajari selama bertahun-tahun gerakan bibir dari orang yang membaca Al-Ikhlas, kemudian ia berusaha keras mengikuti gerakan tersebut dengan segenap keterbatasannya sebagai tuna wicara.

Dan untuk pertama kalinya, Tuan Fahad serta jutaan pemirsa televisi menyaksikan lantunan tersyahdu surat Al-Ikhlas dari seorang yang seumur hidupnya tidak pernah mendengar maupun berbicara. Allahu Akbar!

Seseorang yang tak pernah tahu seperti apa suara hujan, suara kicau burung, suara tangis bayi di malam hari, bahkan suara orang yang sedang berbicara, apalagi suara orang yang sedang mengaji. 

Tuan Fahad kemudian menjadi begitu emosional, "Saya tak mampu melanjutkan wawancara ini lagi. Saya merasa malu. Allah memberi nikmat melihat, mendengar, dan berbicara. Al-Quran ada di hadapan kita. Tetapi saya mengabaikannya. Saya merasa malu." 

Apa yang kita lihat pada mereka? Sepi, hampa, dan sunyi? Tidak, sebenarnya mereka begitu tenang dan damai karena selalu dekat dengan Al-Quran. Jangan-jangan kita yang sebenarnya di dalam hati ini merasa sepi, hampa, dan sunyi? Karena jauh dari Al-Quran. 

Salam Sukses Dunia Akhirat

0 Response to "Arti Sebuah Kesunyian "

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak