Satu Koin Emas Yang Menyibukkan

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

1 KOIN EMAS YANG MENYIBUKKAN

Sebuah bilik kecil terlihat berdiri di tepi sawah. Tampak sepasang petani suami istri sedang berada di sana. 

Mereka berdua tampak gembira sekali. Satu sama lain saling bercanda penuh keriangan.

Pemandangan seperti itu dilihat oleh seorang saudagar kaya yang kebetulan lewat bersama pengawalnya. Ia berkata,

"Keluarga tersebut tampak bahagia meski mereka adalah orang-orang tidak mampu. Aku iri pada mereka."

Pengawalnya menjawab, "Tuan, aku punya ide untuk menguji apakah mereka benar-benar bahagia atau tidak,"

"Bagaimana caranya?"

"Berikan aku koin emas sebanyak sembilan puluh sembilan keping, dan Tuan akan lihat sendiri nanti."

Terdorong rasa ingin tahu dengan apa yang akan dilakukan pelayannya, ia pun memberikan sekantung keping emas. 

Pada zaman itu, satu kantung berisi seratus keping. Maka ia mengambil terlebih dahulu satu keping, agar jumlahnya sesuai dengan yang diminta. 

Kantung itu lantas diletakkan tepat di depan pintu rumah sang petani pada tengah malam. 

Ketika pagi menjelang, alangkah kagetnya mereka melihat apa yang tergeletak di depan pintu, 

"Tampaknya seseorang sengaja memberikan sekantung keping emas ini untuk kita!" Kata si isteri. 

"Pasti mereka kasihan melihat kondisi kita, dan ingin memberi hadiah secara diam-diam. Mari bawa masuk kantung tersebut dan kita hitung isinya!" Jawab si suami. 

Mereka berdua lantas membuka dengan hati-hati kantung tersebut dan menghitung jumlahnya. 

"Totalnya ada sembilan puluh sembilan keping emas!" 

"Pasti kita salah hitung. Dilihat dari kantungnya yang seperti ini seharusnya berisi seratus keping emas!" 

"Ayo kita hitung kembali."

Demi merasa bahwa ada yang tidak beres dengan perhitungan mereka, maka keduanya kembali menghitung ulang. Hasil yang kedua pun tetap sama, ada sembilan puluh sembilan keping. 

Mereka kembali mengulangi untuk ketiga dan keempat kali, tetap saja jumlahnya tidak pernah seratus. 

"Siapa yang telah mengambil satu keping emas milik kita ini?" Tanya si suami. 

"Mungkinkah tetangga sebelah telah melihat kantung ini sebelum kita? Lalu ia mengambilnya satu keping karena mengira kita tak akan tahu?" Isterinya mulai menaruh curiga. 

"Apapun yang terjadi, aku harus bekerja lebih keras agar bisa mendapatkan satu keping emas lagi! Rasanya memiliki keping emas satu kantung yang tidak sempurna itu sangat menyiksa sekali!" Tekad suaminya. 

Sejak hari itu, mereka berdua bekerja sangat keras. Setiap hari dilalui dengan kelelahan. 

Kantung berisi sembilan puluh sembilan keping emas itu sama sekali tidak dimanfaatkan, hanya disimpan saja karena mereka sibuk mencari satu keping yang "hilang" tersebut. 

Suasana dalam rumah tangga berubah. Keceriaan yang dulu ada kini berganti dengan kejenuhan karena letih bekerja. 

Apalagi mereka terus menaruh curiga kepada para tetangga. Persaudaraan pun tidak lagi harmonis. 

Hingga di suatu siang, saudagar kaya melalui jalan yang sama bersama pengawalnya seperti dulu. Pandangannya mengarah kepada bilik sang petani. 

"Kini mereka telah berubah. Sungguh aneh, mereka telah mendapatkan sembilan puluh sembilan keping emas, tetapi justru kehilangan kebahagiaan." 

"Begitulah Tuan. Manusia terkadang sibuk mengharapkan yang tidak ia miliki, dan lupa menikmati apa yang ia miliki." 

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim) 

Hikayat petani dan saudagar di atas hendaknya kita petik hikmahnya bahwa kebahagian itu terjadi apabila kita bersyukur dan merasa cukup (qana'ah) dengan apa yang telah Allah tetapkan kepada kita.

Sallam Bahagia, Sukses Dunia Akhirat 

0 Response to "Satu Koin Emas Yang Menyibukkan "

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak