Belajar Memimpin Diri Dari Nabi Ayub Alaihi Sallam

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

BELAJAR MEMIMPIN DIRI DARI NABI AYUB AS

Al-Quran menceritakan dua model manusia yang berada dalam situasi serupa. Keduanya sama-sama dalam keadaan terdesak, dan harus segera berusaha mencari solusi.

Pertama adalah Kan'an yang durhaka. Ketika banjir besar menutupi hampir seluruh permukaan bumi, Kan'an dalam keadaan terjepit. Ia benar-benar harus mencari jalan agar selamat dari musibah tersebut. Lihatlah apa yang diucapkannya saat hendak ikhtiar itu, 

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ 

Ia berkata, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" (Surat Hud: 43)

Perhatikanlah bahwa Kan'an sangat yakin dengan solusi yang akan ia lakukan, sampai ia tidak ingat sama sekali kepada Allah. Ia hanya bergantung kepada ikhtiarnya. 

Adapun model yang kedua adalah Nabi Ayub yang saleh. Ketika diuji dengan musibah berupa sakit, Nabi Ayub tentu saja menjalankan ikhtiar sebagai seorang hamba untuk berobat. Tetapi simaklah apa yang ia ucapkan, 

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ 

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Surat Al-Anbiya: 83)

Memang betul Nabi Ayub juga berusaha mencari solusi, namun sebelum melakukan usahanya itu yang pertama kali ia ingat adalah Allah. Ia tidak bergantung kepada ikhtiarnya, melainkan hanya bergantung kepada Allah. 

Inilah perbedaan yang sangat tampak dari keduanya, dan sesungguhnya mewakili dua jenis manusia di dunia ini. Sama-sama berusaha, namun berbeda dalam keyakinan. 

Sebagian manusia saat menghadapi musibah yang genting, mereka bergegas melaksanakan aneka ikhtiar tanpa sedikitpun ingat kepada Allah.

Dan sebagian lagi, sebelum mengerjakan apa yang menurut mereka bisa menjadi solusi, terlebih dahulu yang diingatnya adalah Allah. 

Menghadapi siswa yang belum baik, model mana yang akan kita pilih? Bergantung sepenuhnya kepada ikhtiar? Atau bergantung kepada Allah? 

Tentu saja keteladanan para Nabi yang kita contoh. Meski kelihatannya kita berusaha menghadapi dengan aneka solusi seperti memberikan nasihat dan pemahaman bahkan hukuman, namun hakikatnya dalam hati ini kita sepenuhnya yakin bahwa hidayah datang dari Allah. 

Ingat Allah dulu pertama kali, barulah menjalankan ikhtiar sebagai kewajiban seorang hamba. Insya Allah akan berakhir dengan manis layaknya Nabi Ayub, bukan berakhir tragis seperti Kan'an. 

Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 

0 Response to "Belajar Memimpin Diri Dari Nabi Ayub Alaihi Sallam"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak