Kisah : Kisah Suraqah

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

Kisah Suraqah  

Suatu pagi para pemuka Quraisy tersentak bangun dari tidur mereka. Kabar buruk mengusik ketenangan:  Muhammad lolos dari kepungan para pemuda Quraisy  yang berniat membunuhnya. 

Malam itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar telah pergi dari Makkah menuju Madinah. Para pemuda yang mengepung rumah Rasulullah  menyangka beliau masih ada di dalam karena melihat seseorang berbaring di atas ranjang beliau. 

Padahal, itu  adalah Ali ibn Abi Thalib yang diperintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk tidur di atas ranjangnya dan mengenakan selimut  beliau. 

Pagi itu Makkah dilanda kepanikan. Para pemuka  Quraisy langsung berkumpul dan memerintahkan  pasukannya pergi mengejar dan mencari Muhammad  ke segala penjuru, tetapi mereka tak kunjung menemu kannya. 

Para pembesar putus asa, dan akhirnya meng gelar sayembara kepada para kabilah yang tersebar  sepanjang jalan antara Makkah dan Madinah: 

“Siapa pun yang berhasil membawa Muhammad hidup atau mati ke  hadapan para pembesar Quraisy, ia akan diberi hadiah  sebanyak seratus ekor unta betina terbaik!” 

Suraqah ibn Malik yang mendengar sayembara itu segera menyiapkan baju besi, pedang, dan pelana  kudanya. 

Setelah menyiapkan segala bekal dan  perlengkapan, ia pacu kudanya sekencang-kencangnya  menyusul Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Memang ia terkenal sebagai  penunggang kuda yang cekatan. Perawakannya tinggi  besar dengan sorot mata yang tajam. Ia pun dikenal sebagai pencari jejak yang cermat dan berpengalaman. 

Ia lewati dengan tangkas jalan-jalan yang sukar dilalui orang biasa. Ia bergerak dengan sangat waspada dan hati-hati. Matanya nyalang melihat ke segala arah. 

Namun, tanpa diduga, ketika ia memacu kudanya dengan kencang, tiba-tiba kaki depan kudanya tersandung dan ia jatuh terpental dari punggung kuda. “Kuda sialan!” serapahnya kesal. 

Tanpa pedulikan rasa sakit, ia berdiri dan kembali memacu kudanya. Namun, untuk kali kedua, kudanya tersandung lagi, melontarkan penunggangnya. 

Tentu saja Suraqah makin kesal. Namun, ia tak berputus asa. Ia bangkit lagi dan sigap melompat ke punggung kudanya. 

Belum begitu jauh dari tempatnya jatuh, ia melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan berdua dengan sahabatnya.  

Maka, ia julurkan tangannya untuk mengambil busur. Namun, tiba-tiba tangannya kaku tak bisa digerakkan. 

Suraqah heran bercampur marah. Tak hanya itu, kini  kaki kudanya terbenam di pasir. Debu beterbangan di sekitarnya membuat matanya kelilipan, nyaris tak bisa melihat. Ia berusaha menggerakkan kudanya, tetapi tak berhasil. Hewan itu seperti terpancang lekat di bumi. 

Suraqah memandang dua laki-laki buruannya itu lalu berseru dengan suara memelas, “Hai … kalian berdua! Berdoalah kepada Tuhanmu supaya Dia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian!” 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa dan kaki kuda Suraqah  terlepas dari tanah. Namun, ketamakan memenuhi  hatinya sehingga ia melanggar janjinya sendiri. 

Saat  kudanya kembali bisa bergerak, Suraqah bangkit hendak menyerang Rasulullah. Sial, kaki kudanya kembali  terbenam lebih parah dari semula. 

Suraqah memohon belas kasihan kepada Rasulullah, “Ambillah perbekalanku, juga harta dan senjataku. Demi  Allah aku berjanji, akan menyuruh pulang setiap orang  yang berusaha melacak kalian.” 

“Kami tidak butuh perbekalan dan hartamu. Cukuplah jika kausuruh kembali orang-orang yang hendak  melacak dan mengejar kami!” jawab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Setelah itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa, dan kaki kuda Suraqah pun terbebas. Saat hendak beranjak  pergi, Suraqah berkata, “Demi Allah, aku tidak akan  mengganggumu!” “Apa yang kau inginkan dari kami?” Rasulullah  bertanya. 

“Demi Allah, hai Muhammad! Aku yakin agama  yang kaubawa akan menang dan engkau mendapatkan kekuasaan yang tinggi. 

Berjanjilah kepadaku, jika kelak aku datang ke kerajaanmu, bermurah hatilah kepadaku. Tuliskanlah itu untukku!” pinta Suraqah. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh Abu Bakar menuliskannya pada sepotong tulang, lalu diberikannya kepada Suraqah  sambil berkata, “Bagaimana hai Suraqah, jika kelak kau  memakai gelang kebesaran Kisra?” 

“Gelang kebesaran Kisra ibn Hormuz?” tanya Suraqah  takjub. “Ya, gelang kebesaran Kisra ibn Hormuz!” Rasulullah meyakinkan. 

Dan, ucapan Rasulullah itu benar-benar menjadi nyata di masa akhir kekhalifahan Umar ibn Khaththab  setelah pasukan Muslim menaklukkan kerajaan Persia di  bawah pimpinan Kisra ibn Hormuz.

0 Response to "Kisah : Kisah Suraqah "

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak