Filosofi Ayam Dan Telur

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA, BELAJAR DARI FILOSOFI AYAM DAN TELUR

Salah satu tebak-tebakan legendaris yang tidak pernah ketemu jawabannya adalah, lebih dulu mana ayam atau telur? 

Banyak orang yang berusaha memikirkan pertanyaan ini dari berbagai sudut pandang mereka masing-masing.

Kalau jawaban versi saya, tentu saja lebih dulu ayam. Mengapa demikian? Karena ayam tidak butuh telur untuk tetap hidup, sedangkan telur justru butuh ayam yang mengerami untuk tetap hidup. Telur yang tidak dierami, tentu akan mati.

Oleh karena itu tidaklah mungkin telur ada lebih dulu sebelum keberadaan ayam. Siapa nanti yang mengerami telur tersebut? Akhirnya, teka-teki terpecahkan juga!

Meski hanya tebak-tebakan, kalau kita cermati lagi ternyata menyimpan pesan yang begitu mendalam. Bahwa setiap manusia membutuhkan orang tua. Layaknya telur yang membutuhkan ayam. Maka wajiblah kita berbakti kepada kedua orang tua.

Manusia yang menghindar untuk berbakti kepada orangtuanya, seperti telur yang menghindar untuk dierami oleh induknya. Tentu ia akan mati. Dalam hal manusia bukan berarti usianya yang mati, bisa saja keberkahan hidupnya yang mati.

Apabila semakin kita perdalam lagi, manfaat jika sebutir telur bersungguh-sungguh menerima pengeraman dari induknya, tentu kelak ia akan menetas menjadi seekor ayam. Kemudian pada waktunya nanti, ayam itu akan menghasilkan telur (keturunan).

Dari sini bisa kita tarik kesimpulan, kesungguhan seorang anak untuk berbakti kepada orangtuanya, salah satu manfaatnya adalah menjadi penyebab anak itu akan memperoleh keturunan. 

بِرُّوا آبائكم تبرُّكم أبنائكم 

"Berbaktilah kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu."

Para ulama ketika menguraikan struktur kalimat dari hadist riwayat Thabrani ini mengatakan pada ucapan Rasulullah tersebut tersimpan sebuah kesimpulan bahwa mereka yang berbakti kepada orangtuanya niscaya akan dikaruniai anak oleh Allah.

Sungguh suatu ketelitian yang luar biasa dari para ulama dalam memahami hadist Rasulullah. Hal ini bisa menjadi salah satu ikhtiar bagi kita maupun saudara kita yang selama ini mengharapkan kehadiran momongan di tengah keluarga, cobalah lebih sungguh-sungguh berbakti kepada orangtua.

Insya Allah akan kita dapati kebenaran sabda Rasulullah bahwa dengan bakti yang baik kepada orang tua akan dikaruniai anak. Bukan hanya anak biasa, melainkan anak yang juga berbakti kepada kita.

Bahkan ulama menambahkan lagi manfaat berikutnya yang juga tersimpan dalam pemahaman hadist di atas. Bahwa mereka yang berbakti kepada orang tuanya, insya Allah akan diberikan nikmat berupa panjang umur.

Karena seseorang harus menempuh usia yang cukup panjang hingga ia memiliki anak, lalu anaknya cukup dewasa, sampai anak itu dapat menunjukkan sikap bakti kepadanya.

Setelah menyelami kandungan hadits Rasulullah tersebut, alangkah merugi bagi mereka yang mengabaikan ketaatan kepada orang tua. Seperti meruginya telur yang mengabaikan pengeraman dari induknya.

Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 

0 Response to "Filosofi Ayam Dan Telur"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak