Jangan Membesar-Besarkan Alasan Kecil

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

JANGAN MEMBESAR-BESARKAN ALASAN KECIL

Charles W Morton adalah jurnalis, penulis, sekaligus bekerja sebagai editor majalah terkemuka The Atlantic selama 26 tahun. 

Salah satu pengalaman yang membekas dalam hidupnya adalah sebuah peristiwa sederhana di Universitas Harvard. Ia mengabadikan momen tersebut dalam tulisannya. 

Suatu hari seorang mahasiswa datang kepada dosen pembimbingnya untuk mengumpulkan tugas. 

"Saya mohon maaf terlambat mengumpulkan tugas ini Pak, karena kemarin-kemarin saya merasa tidak enak badan." 

Sang dosen menerima makalah tersebut sambil mengangguk-angguk. 

"Anak muda, ingatlah. Banyak sekali pekerjaan besar di dunia ini yang diselesaikan oleh orang-orang yang sebenarnya juga sedang merasa tidak enak badan!" 

Sekilas memang seperti ucapan yangsimple saja, namun apabila kita mendengarkan lebih dalam lagi, dalam ucapan tersebut terkandung pesan penting agar jangan mudah menunda hanya karena alasan-alasan kecil. 

Bukankah ini yang kita lakukan setiap hari? Tugas yang seharusnya selesai pekan ini harus diundur menjadi pekan depan karena merasa banyak halangan. 

Kewajiban yang sedianya kita selesaikan bulan ini, terpaksa bergeser hingga bulan depan karena merasa banyak hambatan. 

Pada kenyataannya nanti, pekan depan atau bulan depan yang sudah kita rencanakan ternyata kembali terlambat menjadi depannya lagi, dan depannya lagi.

Padahal kalau mau jujur, halangan dan hambatan tersebut hanya hal-hal kecil saja. Kita lah yang memandangnya besar. 

Apabila kita membuka sejarah, justru sebaliknya yang terjadi pada orang-orang sukses. Mereka menganggap kecil pada halangan besar yang terjadi. 

Misalnya Buya Hamka yang menyelesaikan penulisan tafsir saat dipenjara oleh rezim selama dua tahun. 

Al-Imam Ibnu Atsir menderita sakit yang menyebabkan tangan dan kakinya lumpuh, namun tak menyurutkan semangat beliau untuk berkarya. 

Para murid membantu menuliskan ilmu yang beliau dikte, sehingga menjadi sebuah kitab tentang kata-kata gharib (asing) dalam ilmu Hadist berjudul An-Nihayah.

Hal ini juga mengingatkan kepada guru kami, Al-Allamah Al-Habib Salim As-Syatiri. Bagaimana hari demi hari dihabiskan beliau untuk mengajar pada murid dan mendidik kaum muslimin. 

Tanpa kami ketahui, di balik itu beliau sebenarnya sedang menahan rasa sakit yang masih tersisa akibat penyiksaan dan percobaan pembunuhan di masa lalu, saat negeri Yaman dikuasai rezim komunis. 

Tidaklah salah kiranya jika dikatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan besar justru diselesaikan oleh orang-orang hebat saat mereka sedang tidak baik-baik saja. 

Tanyakan kembali pada diri kita sendiri, sampai kapan kita hanya mau bergerak setelah semuanya baik-baik saja?

Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 

0 Response to "Jangan Membesar-Besarkan Alasan Kecil "

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak