Terbuai Nafsu

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

NAFSU SELALU INGKAR JANJI

Di masa pandemi, banyak wali santri yang menyampaikan kondisi anaknya. Mulai dari yang tidak mau belajar sampai yang kecanduan game.

Kondisi pandemi banyak orang khususnya pelajar yang lalai akan tugas utamanya, yaitu beribadah, belajar, dan beramal. 

Saya pun sempat terbuai nafsu, hampir sepekan tidak memposting tulisan.

Alhamdulillah, perlahan Allah menunjukkan jalan keluar. Efek santri ada di rumah sehingga motivasi untuk belajar dan memberi, menjadi terkurangi..

"Sepertinya butuh istirahat dulu sekira dua atau tiga hari, agar semangat bisa tumbuh lagi, mumpung santri baru ada segini!"

Begitu kata nafsu dalam diri. Saya pun percaya pada bisikan nafsu ini. Saudara tahu sendiri, siapapun yang merencanakan istirahat dua hari maka pada kenyataannya ia pasti menghabiskan dua pekan. Itu pun belum cukup!

Nafsu kembali berjanji, "Kali ini yang dibutuhkan adalah mengumpulkan ide agar saat menulis, bercerita, dan berbagi inspirasi nanti kalimat-kalimat segar bisa mengalir. Cukup dua atau tiga hari saja!"

Tampak masuk akal memang, apalagi yang berkata bagian dari diri kita sendiri. Saya pun kembali percaya pada sang nafsu. Meskipun lagi-lagi ia ingkar janji. Bukannya menjadi lebih siap, justru saya semakin terpenjara oleh rasa malas.

Tak satu pun mahluk di muka bumi ini yang ingin hidup dalam penjara, bahkan hewan sekalipun. Hewan-hewan yang tinggal di dalam kandang, mustahil atas kemauan mereka sendiri. Mereka pasti dipaksa. Jika bisa memilih tentu mereka ingin hidup bebas di habitatnya.

Anehnya manusia justru senang hidup dalam penjara. Jika seandainya ia tak punya, maka dibuatnya sendiri penjara pikiran, dan dengan suka rela ia masuk ke dalamnya. Benar-benar aneh manusia itu!

Saya sadar bermalas-malasan itu laksana penjara, tetapi saya justru dengan senang hati tinggal di dalam penjara tersebut. Saya tahu pintu penjara itu tak terkunci, namun saya sudah terlanjur nyaman tinggal di sana.

Jadi dapatlah kita simpulkan, jangan percaya dengan apapun yang dijanjikan oleh hawa nafsu. Jika ia berjanji akan bersemangat kembali setelah bermalas-malasan dua hari, ia pasti ingkar! 

Malas itu seperti pasir hisap, jika kita biarkan diri kita terjebak di sana semakin lama justru akan semakin tenggelam. Padahal kita berandai-andai habis malas terbitlah semangat. Tapi tak ada ceritanya pasir hisap yang menerbitkan semangat.

Satu-satunya cara adalah dengan melawan! Tabuhkan genderang perang kepada nafsu. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Ankabut ayat 69,

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

“Dan orang orang yang berjihad di jalan Kami, Kami akan memberikan kepada mereka hidayah kepada jalan-jalan Kami.”

Al-Imam Junaid menerangkan bahwa berjihad yang dimaksud dalam ayat di atas adalah melawan nafsu. Jangan menuruti kemauannya, jangan percaya dengan janjinya. Nafsu bukan merpati, percayalah ia pasti ingkar janji. Karena hanya merpati yang tak pernah ingkar janji.

Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 

0 Response to "Terbuai Nafsu"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak