Ketika Ayat Suci Tidak Disucikan

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

KETIKA AYAT SUCI TIDAK DISUCIKAN

Seorang pengusaha kuliner tertangkap basah oleh masyarakat bahwa selama ini menu sop lezat yang ia masak tidak menggunakan kaldu sapi atau kaldu ayam, melainkan kaldu babi.

Merasa bahwa usahanya akan terancam, maka pengusaha sukses ini kemudian menghubungi seorang teman untuk dapat membantunya,

"Bang, tolong carikan dalil bahwa babi itu halal!"

"Bagaimana mungkin Bos?"

"Pasti bisa lah Bang. Tolong diatur gimana caranya. Saya ini kan cuma pakai tulang babi untuk membuat kaldu, sudah itu saja!"

"Baiklah, Bos. Saya akan usahakan."

Dalam hitungan hari, dalil pesanan sang pengusaha akhirnya berhasil diterbitkan dan diumumkan langsung oleh temannya itu sendiri agar masyarakat lebih yakin akan kebenarannya. 

"Saudara-saudara sekalian, mari tahan emosi kita semua. Sebenarnya apa yang dilakukan pengusaha ini sudah benar. 

Dalilnya adalah Surat Al-Baqarah ayat 173, yang menyebut haramnya daging babi. Jadi jelas sekali bahwa yang haram itu dagingnya saja. 

Berarti tulangnya tidak haram. Nah pengusaha ini menggunakan tulang untuk membuat kaldu, tidak pakai dagingnya! Berarti menurut Surat Al-Baqarah ayat 173 kaldu tersebut halal!"

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah."

Alhamdulillah cerita di atas hanya fiktif saja, tokoh-tokoh dalam kisah tersebut rekayasa belaka. Meski demikian, ada pelajaran yang dapat kita petik. 

Bahwa betapa banyaknya ayat-ayat suci yang dipelintir oleh oknum-oknum yang berniat tidak baik, demi kepentingan golongan mereka sendiri. Na'uzubillah.

Kisah di atas memang fiktif, tetapi beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar ini adalah nyata. Misalnya sekelompok orang yang mengatakan hubungan sejenis (LGBT) adalah halal dan mereka membawa dalil dari ayat Al-Quran. 

Bahkan tanpa malu-malu ada pula yang mengemukakan bahwa hubungan tanpa ikatan suami-istri bukan perbuatan haram. Itupun dengan membawa dalil berupa ayat suci.

Boleh jadi suatu hari nanti ada dalil yang menghalalkan minuman keras selama tidak mengganggu. Atau bolehnya hadir dan turut andil dalam ritual ibadah agama lain yang dilakukan di rumah ibadah mereka.

Saya teringat suatu hari saat mengaji di hadapan guru kami, beliau bercerita tentang perusahaan-perusahaan liar yang merusak lingkungan dan mengeruk sumber daya alam untuk keuntungan pribadi. 

Lantas perusahaan tersebut meminta tolong agar guru kami bisa mencarikan dalil sebagai pembenaran tindakan mereka. Pastinya dengan imbalan materi. Tentu beliau menolak. 

Tetapi dari situ beliau mengingatkan kami, bahwa dalil bisa saja dibuat-buat. Ayat suci mungkin saja diputar-putar tafsirannya agar menjadi pembenaran sesuai dengan yang diminta pemesan. 

Untuk itulah beliau menitipkan nasihat, agar mengambil ilmu itu hendaklah kepada ulama yang benar-benar takut kepada Allah. 

Semoga Allah melindungi kita dan keluarga semua serta kaum muslimin negeri ini, dari orang-orang yang menjadikan kalam-kalam suci sebagai permainan demi pembelaan golongannya sendiri. 

Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 

0 Response to "Ketika Ayat Suci Tidak Disucikan"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak