Akhir Yang Menentukan

Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya. 

Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.

RAMADHAN DAN AKHIR YANG MENENTUKAN

Coba ingat-ingat, saat masa sekolah SMA dulu siapa teman kita yang tipenya murid sejati? Atau jangan-jangan kita sendiri? Tipe murid sejati yaitu kalau duduk di kelas selalu mencari kursi paling depan.

Dalam urusan mencatat pelajaran, dia menjadi rujukan teman-temannya yang ketinggalan. Nilai ulangannya pasti bagus-bagus. Saat pembagian rapot selalu masuk tiga besar.

Di setiap kelas, pasti ada saja tipe siswa yang seperti ini. Biasanya, mereka pun tak kesulitan saat ujian masuk perguruan tinggi negeri. Bahkan terkadang diterima melalui jalur khusus tanpa ujian lagi.

Saya sendiri, bisa dibilang termasuk tipe kedua. Prestasi di kelas biasa-biasa saja, sesekali mungkin kurang bagus. Hari demi hari di sekolah saya habiskan bukan untuk belajar murni. Masih banyak main-mainnya.

Baru setelah kelas tiga di semester terakhir saya sadar bahwa untuk masuk perguruan tinggi favorit bukan hal yang ringan. Maka mulailah saya serius belajar dan ikut bimbingan.

Bimbingan intensif saya ikuti setiap hari. Latihan-latihan dari buku soal-soal tahun lalu juga saya paksa untuk selesaikan. 

Jadi dalam beberapa kondisi, sikap kita di akhir itu justru yang jadi penentu. Meski saat sekolah awal-awal kurang serius belajar, asalkan sungguh-sungguh nanti di akhir ketika persiapan masuk kampus favorit, Insya Allah bisa lulus juga. 

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya." (Hadist Riwayat Bukhari) 

Dalam mengelola bulan Ramadhan, kaum muslimin juga terbagi menjadi dua tipe mirip seperti di atas. Al-Imam Ibnu Rajab berkata bahwa sebagian orang merupakan hamba sejati sejak awal Ramadhan. Maka bagi mereka, tinggal menyempurnakan saja ketika bulan suci ini hendak berakhir. 

ﻓَﻤَﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃَﺣْﺴَﻦ ﻓِﻴْﻪِ ﻓَﻌَﻠَﻴِْﻪ ﺍﻟﺘَّﻤَﺎﻡ

"Maka barang siapa yang telah berbuat kebaikan selama bulan Ramadhan, baginya tinggal menutupnya dengan kesempurnaan."

Tetapi ada pula hamba tipe kedua. Orang-orang seperti saya ini, yang ibadahnya saat Ramadhan biasa-biasa saja, sesekali mungkin kurang bagus. Hari demi hari saya habiskan bukan untuk ibadah murni. Masih banyak main-mainnya.

Maka Al-Imam Ibnu Rajab pun membesarkan hati kita yang seperti ini agar jangan putus asa. Karena terkadang amal itu ditentukan di akhir. Yang harus kita lakukan adalah ikhtiar total dalam menutup bulan suci ini. 

ﻭَﻣَﻦْ ﻓَﺮَّﻁَ ﻓَﻴَﺨْﺘِﻤْﻪُ ﺑِﺎﻟْﺤُﺴْﻨٰﻰ

"Dan barang siapa yang telah melalaikan bulan Ramadhan yang terlewat, baginya tinggal menutupnya dengan sebanyak-banyaknya kebaikan."

Ulama telah berwasiat agar jangan berkecil hati, boleh jadi sikap kita di akhir Ramadhan itu justru yang jadi penentu. Meski saat awal-awal kurang serius beramal, asalkan sungguh-sungguh di akhir seperti sekarang, insya Allah bisa lulus juga meninggalkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. 

Ikhtiar total! Inilah yang harus kita lakukan. Jangan ucapkan sayonara dulu karena Ramadhan belum berakhir. Kerahkan tenaga terbaik. Tumpahkan kekuatan paling hebat untuk menutup bulan suci ini. Semangat! 

Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 💪

0 Response to "Akhir Yang Menentukan"

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar dengan Bijak